Jurnalekbis.com – Pohon Asem Jawa yang banyak ditemukan di sepanjang jalan raya tua indonesia/">di Indonesia ternyata menyimpan cerita sejarah yang unik dan strategis. Pohon ini ditanam oleh pemerintah kolonial Belanda dengan tujuan yang lebih dari sekadar penghijauan. Dalam konteks masa itu, Asem Jawa dipilih karena memiliki manfaat praktis, strategis, hingga ekonomis yang mendukung kehidupan masyarakat dan infrastruktur.
Di masa kolonial, perjalanan sering dilakukan dengan berjalan kaki atau menggunakan kereta kuda. Dalam iklim tropis Indonesia yang panas, keberadaan pohon Asem Jawa menjadi penyelamat. Daunnya yang lebat memberikan keteduhan bagi pengguna jalan, membuat perjalanan menjadi lebih nyaman. Keteduhan ini tidak hanya meringankan rasa lelah, tetapi juga membantu menjaga kondisi fisik para tentara, pedagang, dan pengangkut barang yang melintasi jalur-jalur penting.
Salah satu alasan utama Belanda memilih Asem Jawa adalah fungsinya sebagai penanda jalan. Pohon-pohon ini ditanam secara berurutan di sepanjang jalur tertentu, sehingga memudahkan navigasi. Pada masa itu, ketika teknologi seperti peta digital belum ada, pohon ini menjadi penunjuk arah alami yang sangat membantu para pelancong. Selain itu, Asem Jawa juga berfungsi sebagai batas wilayah, memberikan kejelasan administratif di masa kolonial.
Akar pohon Asem Jawa yang kuat dan dalam memiliki peran penting dalam mencegah erosi tanah. Jalan-jalan yang dibangun oleh kolonial sering melewati daerah berbukit atau lereng, yang rentan terhadap longsor. Dengan menanam pohon Asem, struktur tanah menjadi lebih stabil, sehingga jalan tetap kokoh dan aman untuk dilewati, bahkan dalam kondisi cuaca ekstrem.
Selain manfaat praktisnya, pohon Asem Jawa juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Buahnya yang asam tidak hanya digunakan dalam masakan, tetapi juga memiliki khasiat kesehatan. Kaya akan vitamin C dan sifat antioksidan, buah Asem digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit. Nilai ekonomisnya pun tinggi, karena buah ini dapat dijual di pasar lokal, memberikan pendapatan tambahan bagi warga sekitar.
Jalur yang teduh karena deretan pohon Asem juga memiliki fungsi tidak langsung dalam menjaga keamanan transportasi. Keteduhan ini membuat pengendara kuda atau kereta kuda lebih berhati-hati, sehingga kecepatan kendaraan lebih terkontrol. Efek ini menciptakan jalan yang lebih aman, mengurangi risiko kecelakaan di masa lalu.
Pohon Asem Jawa bukan hanya warisan ekologis, tetapi juga simbol perencanaan infrastruktur yang cermat di masa kolonial. Meski tujuan awal penanamannya bersifat pragmatis, manfaatnya tetap relevan hingga kini. Jalan-jalan tua yang teduh dengan pohon Asem tidak hanya menyimpan keindahan, tetapi juga pelajaran penting tentang bagaimana alam dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.