Internasional

Putin Ultimatum Ukraina: Menyerah atau Dihancurkan?

×

Putin Ultimatum Ukraina: Menyerah atau Dihancurkan?

Sebarkan artikel ini
Putin Ultimatum Ukraina: Menyerah atau Dihancurkan?

Jurnalekbis.com – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mendesak Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk menyelamatkan nyawa ribuan tentara Ukraina yang terjebak di wilayah Kursk, Rusia. Seruan ini muncul setelah utusan khusus AS, Steve Witkoff, mengadakan pertemuan dengan Putin di Moskow untuk membahas proposal gencatan senjata sementara selama 30 hari.

Pada 13 Maret 2025, Steve Witkoff tiba di Moskow dan mengadakan pertemuan dengan Presiden Putin. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas proposal gencatan senjata yang telah disepakati antara AS dan Ukraina dalam pertemuan di Jeddah, Arab Saudi. Proposal tersebut mencakup gencatan senjata sementara selama 30 hari dan pembukaan kembali bantuan militer serta pertukaran intelijen antara AS dan Ukraina.

Setelah pertemuan tersebut, Presiden Trump mengungkapkan kekhawatirannya terhadap situasi pasukan Ukraina di Kursk. Ia menyebut bahwa ribuan tentara Ukraina berada dalam posisi terjepit dan mendesak Putin untuk mengampuni nyawa mereka. Trump menekankan bahwa pertempuran di Kursk dapat berubah menjadi pembantaian terbesar sejak Perang Dunia II jika tidak ada tindakan segera.

Baca Juga :  Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, Ditangkap dan Dikirim ke ICC

Menanggapi desakan tersebut, Presiden Putin menyatakan bahwa pihaknya akan mengampuni nyawa tentara Ukraina jika mereka memilih untuk menyerah. Putin menekankan bahwa jika pasukan Ukraina meletakkan senjata dan menyerah, mereka akan dijamin keselamatannya dan diperlakukan dengan baik sesuai dengan hukum internasional dan hukum Federasi Rusia.

Mantan Presiden Rusia yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, memberikan peringatan keras kepada pasukan Ukraina di Kursk. Ia menyatakan bahwa jika pasukan Ukraina menolak untuk menyerah, mereka akan dihancurkan secara metodis dan tanpa ampun. Pernyataan ini menekankan urgensi bagi pasukan Ukraina untuk mempertimbangkan opsi menyerah demi menyelamatkan nyawa mereka.

Baca Juga :  Duterte dan ICC: Akankah Filipina Menyerahkannya?

Analis militer melaporkan bahwa pasukan Ukraina di Kursk hampir terputus setelah kehilangan wilayah dengan cepat di area yang sebelumnya menjadi satu-satunya pijakan mereka di wilayah Rusia. Rusia telah melancarkan serangan balasan cepat di wilayah perbatasan barat Kursk selama seminggu terakhir, merebut kembali sebagian besar wilayah yang direbut Ukraina dalam serangan mendadak pada Agustus lalu.

Proposal gencatan senjata sementara selama 30 hari yang diajukan oleh AS dan didukung oleh Ukraina memberikan harapan baru untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama. Meskipun demikian, keberhasilan proposal ini sangat bergantung pada respons Rusia dan langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil oleh semua pihak terkait.

Baca Juga :  Baterai Silikon POSTECH: 1.000 Km, Lebih Murah, Lebih Efisien

Militer Kyiv menyatakan bahwa tidak ada ancaman pengepungan dan pasukannya ditarik kembali ke posisi yang lebih baik. Namun, pernyataan ini berbeda dengan laporan analis militer yang menyebutkan bahwa pasukan Ukraina di Kursk hampir terputus setelah kehilangan wilayah dengan cepat. Perbedaan pandangan ini menimbulkan pertanyaan mengenai situasi sebenarnya di lapangan dan strategi militer Ukraina ke depan.

Masyarakat internasional, termasuk negara-negara anggota G7, terus memberikan tekanan kepada Rusia untuk menyetujui gencatan senjata dan mencari solusi damai atas konflik tersebut. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyatakan bahwa meskipun ada optimisme hati-hati mengenai pembicaraan gencatan senjata, situasinya tetap kompleks dan memerlukan upaya diplomatik yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *