Sumbawa, Jurnalekbis.com – Seorang warga Meronge, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa, bernama Rendy (27), dilaporkan hilang dan diduga tenggelam di muara Sungai Labu Ujung, Desa Brang Kolong, pada Selasa dini hari (8/4) sekitar pukul 01.00 Wita. Kejadian ini sontak mengguncang warga setempat dan memicu respons cepat dari berbagai pihak, termasuk tim SAR, aparat keamanan, hingga relawan lokal.
Menurut keterangan resmi dari Koordinator Pos SAR Sumbawa, Lukman Hidayat, insiden berawal saat Rendy bersama sembilan rekannya memutuskan untuk mencari ikan di wilayah muara sungai yang mengarah ke laut. Aktivitas itu dilakukan pada malam hari, tepatnya menjelang dini hari, saat arus air sedang deras akibat pasang.
“Korban sempat terlihat mengejar ember berisi hasil tangkapannya yang terbawa arus,” ujar Lukman saat memberikan keterangan kepada media. “Namun, tak lama kemudian, rekan-rekannya kehilangan jejak Rendy. Ia tidak lagi terlihat di permukaan dan diduga kuat telah terseret arus deras.”
Upaya pencarian sempat dilakukan secara mandiri oleh para rekan korban. Namun karena kondisi gelap dan arus yang kuat, pencarian tersebut tidak membuahkan hasil hingga akhirnya insiden tersebut dilaporkan kepada pihak berwenang.
Mendapat laporan tersebut, Kantor SAR Mataram segera mengerahkan tim rescue dari Pos SAR Sumbawa. Pencarian dilakukan secara intensif sejak pagi hingga menjelang malam, dengan melibatkan berbagai unsur terkait seperti TNI, Polri, BPBD Kabupaten Sumbawa, nelayan lokal, warga sekitar, serta organisasi relawan.
“Metode pencarian kami lakukan melalui penyelaman dan juga pemantauan permukaan air di sekitar muara hingga ke arah laut terbuka,” jelas Lukman.
Namun, hingga pukul 18.00 Wita, hasil pencarian belum menunjukkan tanda-tanda keberadaan korban. Proses pencarian pun dihentikan sementara karena kondisi cahaya yang tidak memungkinkan dan akan dilanjutkan kembali esok hari.
Wilayah muara Sungai Labu Ujung dikenal memiliki arus yang sangat kuat, terutama saat air pasang. Selain itu, dasar sungai yang berlumpur dan visibilitas rendah menyulitkan proses penyelaman.
“Kondisi arus cukup ekstrem, ditambah dasar sungai yang tidak stabil membuat tim harus ekstra hati-hati. Kami juga menggunakan perahu karet dan alat selam khusus untuk memetakan area sekitar,” terang salah satu anggota SAR yang ikut terlibat dalam operasi pencarian.
Nelayan setempat pun mengonfirmasi bahwa muara tersebut memang menjadi lokasi yang cukup berbahaya, terutama saat malam hari. Mereka menyebutkan bahwa peristiwa serupa pernah terjadi beberapa tahun lalu, meskipun tidak sampai menelan korban jiwa.
Kehilangan anggota keluarga tentu menjadi pukulan berat bagi pihak keluarga Rendy. Sejak kabar menghilangnya Rendy tersebar, warga Meronge dan Desa Brang Kolong turut serta dalam memberikan dukungan moril dan tenaga dalam proses pencarian.
Ibu korban, yang enggan disebutkan namanya, tak kuasa menahan tangis saat berbicara kepada media. “Kami hanya berharap Rendy segera ditemukan, apapun keadaannya. Kami mohon bantuan dan doa dari semua pihak,” ucapnya lirih.
Sementara itu, warga sekitar mengaku terus mengikuti perkembangan pencarian dengan harapan besar bahwa korban dapat segera ditemukan. Sejumlah warga bahkan menyiapkan makanan dan minuman untuk para petugas yang berjibaku di lapangan sejak pagi hari.
Menurut prosedur standar operasi Badan SAR Nasional (Basarnas), pencarian terhadap korban hilang dilakukan selama maksimal tujuh hari. Jika dalam periode tersebut korban belum ditemukan, maka pencarian dapat dihentikan atau dilanjutkan dengan pertimbangan tertentu berdasarkan evaluasi kondisi di lapangan.
“Namun untuk saat ini, kami masih fokus pada pencarian aktif dan intensif,” tegas Lukman. “Selama masih ada harapan, kami akan terus berusaha.”