Internasional

Houthi Yaman Kembali Tembak Jatuh Drone Canggih MQ-9 Reaper Milik AS

×

Houthi Yaman Kembali Tembak Jatuh Drone Canggih MQ-9 Reaper Milik AS

Sebarkan artikel ini
Houthi Yaman Kembali Tembak Jatuh Drone Canggih MQ-9 Reaper Milik AS

jurnalekbis.com/tag/1/">1-5:391">Yaman, Jurnalekbis.com – Kabar mengejutkan kembali datang dari Yaman. Sebuah video yang beredar melalui saluran pemantauan militer pada Sabtu (12/4/2025) pagi WIB menunjukkan dugaan kuat penembakan jatuh sebuah drone serang canggih milik Amerika Serikat, MQ-9 Reaper, oleh kelompok pemberontak Houthi. Insiden ini dilaporkan terjadi di wilayah udara Provinsi Al-Jawf pada Rabu (9/4/2025) pagi waktu setempat.

Jika informasi ini terkonfirmasi secara resmi oleh pihak berwenang, maka ini akan menjadi drone MQ-9 Reaper keempat yang berhasil dihancurkan oleh Houthi sejak 3 Maret 2025. Sebuah catatan yang sangat mengkhawatirkan bagi militer Amerika Serikat, mengingat nilai strategis dan finansial dari setiap unit drone tersebut yang mencapai sekitar 30 juta dolar AS atau setara dengan ratusan miliar rupiah.

Meskipun terus menerus menjadi target serangan udara intensif dari Amerika Serikat, termasuk penggunaan pembom siluman B-2 yang dikenal sulit terdeteksi, kelompok Houthi menunjukkan kemampuan yang mengejutkan dalam melumpuhkan aset udara canggih dan mahal milik AS. Keberhasilan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai efektivitas pertahanan udara drone Reaper dan strategi kontra-drone yang diterapkan oleh AS di wilayah konflik Yaman.

Data yang dihimpun menunjukkan bahwa sejak Oktober 2023, setidaknya 17 unit drone MQ-9 Reaper telah dilaporkan ditembak jatuh di wilayah udara Yaman. Jumlah yang signifikan ini menggarisbawahi kerugian besar yang dialami Amerika Serikat dalam operasi militernya di kawasan tersebut, baik dari segi materiil maupun potensi intelijen yang hilang.

Baca Juga :  Trump Ancam Tarif Impor Baru, Indonesia Terkena Dampak

MQ-9 Reaper, yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi pertahanan terkemuka Amerika Serikat, General Atomics, merupakan salah satu drone tempur jarak jauh andalan Angkatan Udara AS. Dirancang untuk menjalankan berbagai misi krusial, mulai dari pengintaian dan pengawasan wilayah yang luas hingga serangan presisi terhadap target-target tertentu, Reaper dibekali dengan teknologi sensor pengawasan yang sangat canggih.

Drone ini mampu terbang selama lebih dari 24 jam tanpa henti, mencapai ketinggian operasional di atas 15.000 meter (sekitar 50.000 kaki), dan dikendalikan dari jarak ribuan kilometer melalui tautan satelit. Kemampuannya membawa berbagai jenis persenjataan, termasuk rudal udara-ke-darat berpemandu presisi seperti AGM-114 Hellfire dan bom berpemandu laser seperti GBU-12 Paveway II, menjadikannya aset yang sangat berharga dalam operasi militer modern.

Namun, di balik kecanggihan teknologinya, MQ-9 Reaper juga memiliki beberapa kerentanan. Ukurannya yang relatif besar dan kecepatannya yang tidak terlalu tinggi dibandingkan jet tempur membuatnya menjadi target yang lebih mudah bagi sistem pertahanan udara, terutama jika operator tidak menyadari adanya ancaman atau jika drone beroperasi di wilayah dengan kepadatan sistem pertahanan udara yang tinggi.

Baca Juga :  Arai Agaska Gebrak Eropa! Podium Ke-3 di Balap Perdana R3 World Cup 2025

Kehilangan setiap unit MQ-9 Reaper tidak hanya menimbulkan kerugian finansial yang besar (sekitar Rp 480 miliar dengan kurs saat ini), tetapi juga berpotensi mengurangi kemampuan intelijen, pengawasan, dan serangan presisi AS di wilayah tersebut. Drone ini memainkan peran penting dalam mengumpulkan informasi vital dan melancarkan serangan terhadap kelompok-kelompok militan.

Kehilangan berulang kali drone MQ-9 Reaper di Yaman memiliki implikasi strategis dan finansial yang signifikan bagi Amerika Serikat. Secara strategis, hal ini dapat mengurangi kemampuan AS dalam melakukan pengawasan, pengintaian, dan serangan terhadap kelompok Houthi, yang telah menjadi pemain kunci dalam konflik regional. Hilangnya aset intelijen juga dapat mempersulit upaya AS dalam memahami situasi di lapangan dan merencanakan operasi selanjutnya.

Secara finansial, kerugian mencapai puluhan juta dolar AS untuk setiap drone yang hilang merupakan beban yang tidak kecil bagi anggaran militer AS. Dengan setidaknya 17 unit yang dilaporkan jatuh sejak Oktober 2023, total kerugian diperkirakan mencapai lebih dari setengah miliar dolar AS (sekitar Rp 8 triliun). Jumlah ini tentu dapat dialokasikan untuk kebutuhan militer atau program lainnya.

Baca Juga :  GT World Challenge Asia Sambangi Mandalika, Logistik Dikebut!

Insiden ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas strategi kontra-terorisme dan operasi militer AS di Yaman. Meskipun telah melakukan serangan udara balasan, termasuk penggunaan pembom siluman, AS tampaknya belum mampu sepenuhnya menetralkan kemampuan Houthi dalam menargetkan aset udara mereka.

Hingga saat ini, pihak militer Amerika Serikat belum memberikan konfirmasi resmi terkait jatuhnya drone MQ-9 Reaper terbaru ini. Namun, beredarnya video yang diduga kuat menunjukkan insiden tersebut menambah kredibilitas laporan dari pihak Houthi.

Dalam beberapa waktu ke depan, diharapkan akan ada pernyataan resmi dari pihak AS yang memberikan klarifikasi mengenai insiden ini. Analisis mendalam mengenai penyebab jatuhnya drone-drone Reaper di Yaman juga sangat penting untuk memahami kerentanan aset udara canggih ini dan mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam menghadapinya di medan perang modern.

Keberhasilan Houthi dalam menembak jatuh drone MQ-9 Reaper sekali lagi menunjukkan kompleksitas dan tantangan dalam operasi militer di wilayah konflik dengan aktor non-negara yang memiliki kemampuan asimetris. Insiden ini juga menjadi pengingat akan pentingnya terus mengembangkan teknologi dan taktik pertahanan udara yang mampu melindungi aset-aset udara canggih dari berbagai ancaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *