Lombok Barat, Jurnalekbis.com– Tradisi seni budaya Peresean kembali membuktikan pesonanya sebagai salah satu atraksi budaya paling diminati di Nusa Tenggara Barat. Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Lombok Barat ke-67 tahun 2025, ribuan warga memadati Taman Kota Giri Menang, Gerung, untuk menyaksikan pertunjukan Peresean bertajuk ‘Belage Pepadu Angoh Betukah Tatu Saling Kemos’.
Puncak euforia masyarakat terlihat pada hari ketiga pelaksanaan, Jumat (18/4/2025), di mana antusiasme pengunjung meningkat tajam. Pihak Kepolisian Resort (Polres) Lombok Barat bersama Polsek Gerung pun mengambil langkah strategis dengan meningkatkan pengamanan demi menjamin keamanan dan ketertiban seluruh jalannya acara.
Peresean merupakan seni tradisional suku Sasak yang melibatkan dua orang petarung—disebut pepadu—yang saling beradu rotan di atas arena. Pertarungan ini bukan sekadar adu fisik, melainkan juga ajang unjuk keberanian, ketangkasan, dan jiwa sportivitas.
Setiap pepadu dibekali senjata tradisional berupa sebilah rotan sepanjang kurang lebih satu meter dan tameng yang dikenal dengan sebutan ende, yang terbuat dari kayu dan kulit sapi. Kedua alat ini tidak hanya menciptakan suasana laga yang menegangkan, tetapi juga merepresentasikan warisan budaya yang telah dijaga turun-temurun.
Yang membedakan Peresean dari pertarungan pada umumnya adalah nuansa persaudaraan yang menyertai. Setelah laga usai, para pepadu saling berpelukan sebagai simbol penghormatan dan persaudaraan, membuktikan bahwa Peresean bukan ajang permusuhan, melainkan budaya yang menjunjung tinggi nilai kesatria.
Kapolres Lombok Barat AKBP Yasmara Harahap, S.I.K., melalui Kapolsek Gerung, Iptu I Gusti Agung Bayu Damana, menegaskan bahwa peningkatan jumlah penonton menjadi sinyal positif bahwa budaya lokal seperti Peresean tetap relevan dan dicintai masyarakat.
“Seiring meningkatnya antusiasme, kami mengoptimalkan pengamanan agar acara berlangsung aman, tertib, dan lancar,” ujar Iptu Bayu kepada wartawan, Jumat (18/4/2025).
Polres Lombok Barat menerjunkan personel tambahan untuk pengawasan dan pengaturan lalu lintas di sekitar lokasi acara. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kepadatan serta memastikan kenyamanan seluruh elemen masyarakat yang hadir.
Langkah preventif yang diambil kepolisian juga meliputi monitoring terhadap pengunjung, serta pemantauan terhadap arena dan lingkungan sekitar, termasuk area parkir dan jalur masuk-keluar arena. Semua ini dilakukan untuk menghindari potensi gangguan keamanan di tengah euforia masyarakat.
Pada hari ketiga pelaksanaan Peresean, sebanyak 12 pertandingan digelar mulai pukul 16.00 WITA. Setiap pertandingan melibatkan dua orang pepadu yang telah dikelompokkan berdasarkan wilayah domisili mereka. Pertandingan ini dipimpin oleh tiga orang wasit atau pekembar—satu pekembar tengah yang mengatur jalannya pertandingan di arena, dan dua pekembar pinggir yang mengawasi dari sisi kanan dan kiri arena.
Setiap duel berlangsung dalam empat ronde, dengan masing-masing ronde berdurasi sekitar tiga menit. Aturan ini telah menjadi standar dalam turnamen Peresean untuk memastikan pertarungan tetap adil, aman, dan sesuai nilai-nilai budaya.
Yang membuat suasana pertandingan semakin meriah adalah iringan musik tradisional Sasak yang ditabuh selama pertandingan berlangsung. Suara gendang beleq dan serunai khas Lombok menggema di seluruh area Taman Kota Giri Menang, memberikan semangat kepada para pepadu dan menciptakan atmosfer sakral yang memikat penonton dari berbagai usia.
Musik ini bukan hanya pelengkap, melainkan bagian integral dari Peresean yang menambah kekayaan nilai budaya dan spiritual dalam setiap ronde pertarungan.
Acara ini menjadi bagian dari rangkaian perayaan HUT Kabupaten Lombok Barat ke-67 yang digelar dengan tema besar “Berkolaborasi Menuju Sejahtera Dari Desa.” Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lombok Barat menaruh perhatian besar terhadap pelestarian budaya lokal, yang tidak hanya sebagai hiburan, tapi juga sebagai aset identitas daerah.
Dukungan tersebut tercermin dari kehadiran langsung Bupati Lombok Barat, H. Lalu Ahmad Zaini, beserta istri pada hari kedua pelaksanaan. Ia turut hadir didampingi oleh Direktur RS Tripat dan Direktur PTAM Lombok Barat. Kehadiran tokoh-tokoh daerah ini memperkuat pesan bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya masyarakat adat tetapi juga pejabat dan institusi pemerintahan.
Selain sebagai wahana pelestarian budaya, event Peresean juga menjadi daya tarik wisata. Sejumlah wisatawan lokal dan luar daerah turut hadir menyaksikan secara langsung pertarungan antar pepadu, sekaligus menikmati suasana kota Gerung yang kini semakin tertata.
Acara ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi pelaku UMKM lokal. Berbagai stan makanan, kerajinan tangan, dan produk khas Lombok ramai diserbu pengunjung yang hadir. Ini menjadi momentum strategis bagi Pemda Lombok Barat untuk menjadikan budaya sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat desa.
Kapolres Lombok Barat, AKBP Yasmara Harahap, menegaskan bahwa pihaknya akan terus mendukung setiap kegiatan budaya yang digelar di wilayah hukumnya. Tidak hanya melalui pengamanan fisik, tetapi juga dalam bentuk dukungan koordinatif lintas sektor.
“Kami siap mendampingi masyarakat dan Pemda dalam menyukseskan kegiatan seperti ini. Budaya adalah bagian dari kehidupan, dan kami ingin menjadi bagian dalam menjaganya,” tegasnya.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga ketertiban selama acara berlangsung, menghindari kerumunan yang tidak perlu, serta senantiasa mengikuti arahan petugas di lapangan.
Lebih dari sekadar tontonan, Peresean kini digagas menjadi sarana edukatif untuk menanamkan nilai keberanian, persaudaraan, dan sportivitas kepada generasi muda. Melalui acara ini, anak-anak dan remaja bisa belajar tentang bagaimana leluhur mereka membentuk karakter melalui seni dan tradisi.
Program pelibatan pelajar dan mahasiswa untuk ikut serta dalam dokumentasi serta diskusi budaya tentang Peresean juga tengah digagas oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Barat, sebagai langkah lanjutan untuk mendekatkan budaya kepada dunia pendidikan.