Mataram, Jurnalekbis.com- Universitas Mataram (UNRAM) menuai sorotan tajam terkait pembangunan sarana dan prasarana yang seharusnya ramah bagi penyandang disabilitas. Alih-alih memudahkan aksesibilitas, sejumlah fasilitas di lingkungan kampus justru terindikasi menjadi penghalang bagi mahasiswa dan pengunjung berkebutuhan khusus, terutama bagi pengguna kursi roda dan tunanetra.
Pantauan di lapangan menunjukkan ironi yang mencolok. Beberapa titik trotoar yang seharusnya menjadi jalur aman bagi pengguna kursi roda justru dipasangi palang besi yang jelas-jelas menghalangi mobilitas mereka.
Tak hanya itu, ramp (jalur landai) yang tersedia pun dinilai berbahaya karena memiliki kemiringan yang terlampau curam, terutama saat kondisi cuaca kurang bersahabat.
Lebih lanjut, ketidakseriusan UNRAM dalam mewujudkan kampus inklusif juga terlihat pada desain ujung trotoar yang justru menggunakan anak tangga, sebuah langkah yang bertentangan dengan prinsip desain universal.
Sementara itu, guiding block yang seharusnya memandu penyandang tunanetra justru berakhir di lokasi-lokasi berbahaya seperti pintu air dan selokan terbuka, mengindikasikan perencanaan yang minim dan tanpa mempertimbangkan aspek keselamatan.
Kondisi ini memicu dugaan kuat bahwa pembangunan fasilitas tersebut dilakukan tanpa kajian mendalam dan terkesan asal jadi. Desain yang dihasilkan dinilai tidak melibatkan perspektif penyandang disabilitas sejak tahap awal perencanaan.
“Sepertinya ini proyek yang dibuat hanya untuk menggugurkan kewajiban, tanpa benar-benar memahami prinsip aksesibilitas. Ini seperti main-main,” ungkap Lalu Wisnu Pradipta, seorang pegiat disabilitas sekaligus pendiri LIDI Foundation, dengan nada kecewa.Senin (21/4).
“Seharusnya kampus menjadi contoh inklusivitas, bukan malah memperlihatkan desain yang meminggirkan kelompok rentan.” Jelasnya.
Sebagai institusi pendidikan tinggi negeri, UNRAM memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip aksesibilitas sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Namun, fakta di lapangan justru menunjukkan kesenjangan yang lebar antara harapan dan realitas.
Hingga berita ini diturunkan, pihak UNRAM belum memberikan tanggapan resmi terkait temuan ini. Kendati demikian, sejumlah mahasiswa berharap agar pihak kampus segera melakukan audit menyeluruh terhadap seluruh fasilitas kampus dan melibatkan komunitas disabilitas dalam proses perbaikan.
“Kami butuh lebih dari sekadar niat baik. Kami butuh tindakan nyata,” tegas Wisnu, menyuarakan harapan banyak pihak agar UNRAM segera berbenah dan mewujudkan lingkungan kampus yang benar-benar inklusif.