Yaman, Jurnalekbis.com– Ketegangan di Timur Tengah semakin memuncak setelah kelompok Houthi Yaman mengklaim telah menembak jatuh jet tempur F-18 milik Amerika Serikat (AS) dalam serangan terbaru mereka di Laut Merah. Insiden ini terjadi dalam rangkaian serangan yang lebih luas terhadap kapal induk USS Harry S. Truman dan sejumlah serangan drone yang menargetkan kapal induk AS lainnya serta kota-kota di Israel. Berikut ini adalah rincian kejadian tersebut dan dampaknya terhadap hubungan internasional yang semakin tegang.
Pada Rabu, 30 April 2025, kelompok Houthi yang berafiliasi dengan milisi pemberontak di Yaman, menyatakan melalui juru bicara mereka, Yahya Sarea, bahwa pihaknya telah berhasil menembak jatuh sebuah jet tempur F-18 Super Hornet milik AS. Jet tersebut jatuh ke Laut Merah setelah terjadi serangan terhadap kapal induk USS Harry S. Truman, yang sedang beroperasi di kawasan tersebut. Sarea juga menyebutkan bahwa serangan ini membuat kapal induk AS terpaksa mundur menuju Terusan Suez untuk menghindari ancaman lebih lanjut.
Angkatan Laut AS sebelumnya mengonfirmasi bahwa sebuah jet tempur F/A-18 Super Hornet hilang pada Senin, 28 April, setelah jatuh dari kapal saat sedang dipindahkan di atas USS Harry S. Truman. Menurut pejabat AS, laporan awal menunjukkan bahwa jet tersebut jatuh akibat manuver tajam yang dilakukan kapal induk untuk menghindari tembakan dari kelompok Houthi. Meskipun AS telah menyatakan insiden ini sebagai kecelakaan teknis, pihak Houthi menegaskan bahwa itu adalah hasil dari serangan yang terorganisir.
Tidak berhenti di situ, kelompok Houthi juga mengklaim telah meluncurkan serangan-serangan drone terhadap kapal induk USS Carl Vinson dan beberapa kapal perang pengawalnya di Laut Arab. Yahya Sarea, juru bicara Houthi, mengungkapkan bahwa serangan menggunakan drone tersebut bertujuan untuk mengintensifkan tekanan terhadap AS di wilayah tersebut.
Selain kapal-kapal AS, kelompok Houthi juga mengklaim telah meluncurkan serangan-serangan drone yang menargetkan lokasi-lokasi militer di Israel, khususnya di kota Tel Aviv dan Ashkelon. Meskipun klaim tersebut belum dapat diverifikasi secara independen dan belum ada konfirmasi dari pihak militer AS atau Israel, hal ini menunjukkan eskalasi yang lebih luas dari konflik yang sudah berlangsung lama di kawasan tersebut. Tindakan ini mengindikasikan meningkatnya peran kelompok Houthi dalam konflik regional yang melibatkan Israel dan negara-negara Barat.

Ketegangan antara kelompok Houthi dan AS telah berlangsung cukup lama, dan semakin intensif sejak Maret 2025. Ketika AS melanjutkan serangan udara terhadap posisi-posisi Houthi di Yaman, langkah tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghalangi kelompok tersebut dari menyerang kapal-kapal komersial, aset militer AS, serta Israel yang berada di kawasan tersebut. Dalam pernyataan terbaru, kelompok Houthi menyatakan bahwa mereka siap untuk menghentikan serangan terhadap Israel dan pasukan AS jika Israel menghentikan serangan militernya di Gaza dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Palestina.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa kelompok Houthi tidak hanya berfokus pada konflik dengan AS, tetapi juga memiliki hubungan yang erat dengan perjuangan Palestina. Mereka menyampaikan bahwa jika Israel menghentikan operasi militernya di Gaza dan memberikan izin untuk bantuan kemanusiaan, mereka siap untuk menghentikan serangan terhadap Israel dan pasukan AS di kawasan tersebut. Posisi ini menunjukkan ketegangan baru dalam konflik internasional, di mana dinamika regional antara Yaman, Israel, dan Palestina semakin kompleks.
Serangan Houthi terhadap kapal-kapal induk AS dan kota-kota di Israel menggambarkan bagaimana ketegangan di kawasan Timur Tengah terus meningkat, terutama setelah terjadinya eskalasi besar di Gaza. Serangan drone yang diluncurkan oleh Houthi tidak hanya menunjukkan kemampuan militer yang semakin canggih dari kelompok tersebut, tetapi juga menggambarkan pengaruh yang lebih besar yang mereka miliki dalam geopolitik kawasan.
Peningkatan ketegangan ini berisiko memperburuk hubungan antara AS dan negara-negara yang terlibat dalam konflik Yaman. Selain itu, ancaman terhadap Israel semakin mengarah pada perang proksi yang lebih luas di Timur Tengah, dengan lebih banyak negara yang terlibat dalam konflik ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
AS, yang telah lama terlibat dalam memerangi kelompok-kelompok militan di kawasan Timur Tengah, kini menghadapi tantangan besar dalam merespons serangan-serangan ini. Pasukan AS yang beroperasi di kawasan tersebut, termasuk di Laut Merah dan Laut Arab, semakin terancam oleh potensi serangan-serangan dari kelompok Houthi. Pihak AS kemungkinan akan meningkatkan pengamanan terhadap aset-aset mereka, baik di laut maupun di wilayah udara, untuk mencegah serangan lebih lanjut.
Berdasarkan perkembangan terbaru, kemungkinan eskalasi antara kelompok Houthi dan AS semakin besar. Sementara kelompok Houthi menunjukkan kemajuan signifikan dalam penggunaan drone untuk menyerang kapal-kapal perang dan target lainnya, militer AS kemungkinan akan merespons dengan tindakan yang lebih tegas. Di sisi lain, Israel dan negara-negara Barat harus lebih waspada terhadap potensi serangan lebih lanjut, baik dari Houthi maupun kelompok-kelompok militan lainnya yang dapat memanfaatkan ketegangan ini untuk memperburuk keadaan.