NasionalNews

Pacu Jalur Mendunia: Tradisi Riau yang Viral dan Dibelain Netizen dari Klaim Budaya Negara Tetangga

×

Pacu Jalur Mendunia: Tradisi Riau yang Viral dan Dibelain Netizen dari Klaim Budaya Negara Tetangga

Sebarkan artikel ini
Pacu Jalur Mendunia: Tradisi Riau yang Viral dan Dibelain Netizen dari Klaim Budaya Negara Tetangga
Kunjungi Sosial Media Kami

Riau, Jurnalekbis.com – Sebuah tradisi lokal Indonesia mendadak jadi perbincangan global. Pacu Jalur, tradisi balap perahu khas masyarakat Kuantan Singingi, Riau, kini bukan hanya dikenal di tepian Sungai Kuantan, tetapi juga menggebrak dunia maya lewat TikTok, Instagram, dan Facebook. Dalam hitungan hari, penampilan unik tukang tari—sosok penari yang berdiri menari di atas perahu melaju kencang—sukses viral dan menghipnotis netizen dari berbagai negara.

Yang paling mencuri perhatian? Akun resmi klub sepak bola raksasa dunia Paris Saint-Germain (PSG) ikut-ikutan memposting versi editan Pacu Jalur. Dalam video yang ramai dibagikan, terlihat editan Neymar, Kylian Mbappé, dan Achraf Hakimi berjoget mengikuti irama tari tradisional, lengkap dengan pakaian adat Melayu dan kipas di tangan. Aksi ini membuat jagat media sosial geger, membangkitkan rasa penasaran publik terhadap tradisi yang unik, penuh seni, dan kaya nilai budaya.

Pacu Jalur bukan tradisi baru. Ini adalah warisan nenek moyang masyarakat Rantau Kuantan yang telah ada sejak abad ke-17. Asalnya berkaitan dengan kegiatan masyarakat menyusuri sungai sebagai jalur utama transportasi dan komunikasi, sebelum akhirnya berkembang menjadi ajang perlombaan tahunan yang sarat makna budaya.

Baca Juga :  Bay Pass BIL 'Disisir' Polisi! Cegah Balap Liar & Kejahatan Usai Lebaran

Biasanya digelar menjelang peringatan HUT RI di bulan Agustus, Pacu Jalur menyedot perhatian ribuan warga yang berkumpul di tepian Sungai Kuantan untuk menyaksikan perahu-perahu panjang—bisa mencapai 25-40 meter—yang didayung oleh puluhan orang. Namun yang membedakan Pacu Jalur dari perlombaan air lainnya adalah kehadiran tukang tari, yang menari penuh ekspresi di atas perahu yang sedang melaju kencang.

Dalam pertunjukan terbaru yang viral itu, tukang tari tampil memesona dengan pakaian adat Melayu lengkap, kacamata hitam, kipas melambai, dan gerakan yang tampak menantang gravitasi. Panggungnya bukan panggung biasa—melainkan sebuah perahu yang bergetar hebat saat meluncur di atas sungai!

Popularitas Pacu Jalur melejit ketika potongan video aksi tukang tari dibagikan di TikTok dan berhasil mencapai jutaan penonton dalam hitungan jam. Segera, video tersebut menyebar luas ke platform lain seperti Instagram Reels dan Facebook. Dalam waktu singkat, ribuan komentar membanjiri unggahan, mulai dari kekaguman hingga rasa bangga dari warganet Indonesia.

Namun, ketenaran ini tidak datang tanpa kontroversi. Di tengah euforia viral, muncul komentar dari sejumlah akun luar negeri—terutama dari negara tetangga di Asia Tenggara—yang secara tersirat menyatakan bahwa tari di atas perahu juga merupakan bagian dari budaya mereka. Hal ini memicu reaksi keras dari warganet Indonesia.

Tagar #PacuJalurAsliRiau pun langsung menggema. Netizen Indonesia bergerak serentak memenuhi kolom komentar dengan fakta sejarah, referensi akademik, dan dokumentasi resmi terkait Pacu Jalur sebagai tradisi asli masyarakat Kuansing, Riau.

Baca Juga :  Senggigi Terang Kembali, Pemda Lobar Gelontorkan Ratusan Juta Rupiah untuk PJU!

“Bangga banget! Itu budaya kami dari Kuansing, Riau!” tulis seorang pengguna TikTok.

Bahkan beberapa pengguna dari komunitas budaya dan akademisi turut menyuarakan keprihatinan atas klaim budaya yang tidak berdasar. Mereka mengingatkan pentingnya pelestarian budaya melalui literasi digital dan pengakuan resmi, agar tradisi seperti Pacu Jalur tidak mudah diklaim atau dikaburkan asal-usulnya.

Pacu Jalur tidak hanya soal kecepatan atau seni tari. Setiap unsur dalam tradisi ini menyimpan makna mendalam:

  • Perahu panjang (jalur) melambangkan kerja sama dan gotong royong.
  • Tukang tari mencerminkan harmoni antara kekuatan dan keindahan.
  • Hiasan dan pakaian adat mencerminkan kekayaan budaya Melayu Kuantan.
  • Irama musik pengiring memperkuat nuansa spiritual dan semangat kompetitif yang sehat.
Baca Juga :  ITDC Berbagi Takjil, Hangatkan Ramadan di The Mandalika

Tradisi ini juga menjadi bagian penting dalam menjaga kohesi sosial antar-desa dan antar-generasi, serta mendorong partisipasi aktif pemuda dalam kegiatan budaya.

Dengan viralnya Pacu Jalur di media sosial, perhatian kini tertuju pada peluang besar pengembangan wisata budaya berbasis tradisi lokal. Pemerintah Provinsi Riau dan Kabupaten Kuantan Singingi didorong untuk lebih serius mempromosikan Pacu Jalur sebagai ikon budaya dan wisata unggulan.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Riau, kunjungan wisata ke Kuansing meningkat hingga 300% setiap musim Pacu Jalur. Namun dengan adanya sorotan global seperti saat ini, potensi ini bisa diperluas tidak hanya untuk mendatangkan wisatawan domestik, tapi juga wisatawan mancanegara.

Pakar kebudayaan menyebutkan bahwa fenomena ini seharusnya menjadi pengingat pentingnya pendaftaran resmi tradisi ke UNESCO atau WIPO, serta digitalisasi dokumentasi budaya oleh pemerintah pusat dan daerah. Ini penting agar budaya lokal tidak hanya dipertahankan di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya.

Upaya pemerintah dalam mendata dan mengarsipkan budaya takbenda seperti Pacu Jalur ke dalam e-Hak Kekayaan Intelektual Komunal juga menjadi langkah penting untuk mencegah klaim dari pihak luar.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *