JE- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap jurnalekbis.com/tag/dolar/">dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada Kamis (16/9/2023). Rupiah terpukul oleh sentimen negatif dari dalam dan luar negeri, yang menekan permintaan mata uang domestik.
Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs rupiah pada spot market ditutup melemah 0,31 persen atau 48 poin menjadi 15.318 per dolar AS dari sebelumnya 15.270 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan data BCA, kurs jual rupiah terhadap dolar AS juga melemah 0,27 persen atau 41 poin menjadi 15.510 per dolar AS dari sebelumnya 15.469 per dolar AS.
Pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh beberapa faktor, antara lain:
- Kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat penyebaran varian Delta Covid-19, yang berpotensi mengganggu pemulihan aktivitas bisnis dan konsumsi.
- Ketidakpastian tentang kebijakan moneter The Federal Reserve (Fed), bank sentral AS, yang akan menggelar rapat pada pekan depan. Pasar menantikan sinyal dari Fed tentang rencana pengurangan stimulus atau tapering off, yang dapat memicu aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
- Tegangan geopolitik antara AS dan China, yang kembali meningkat setelah AS mengumumkan pembentukan aliansi keamanan baru dengan Inggris dan Australia untuk menghadapi ancaman China di kawasan Indo-Pasifik. China mengecam langkah tersebut sebagai tindakan provokatif dan mengancam akan memberikan respons yang sesuai.
- Data neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2021, yang mencatat surplus sebesar 4,74 miliar dolar AS, turun dari surplus 5,27 miliar dolar AS pada Juli 2021. Penurunan surplus disebabkan oleh peningkatan impor sebesar 64,1 persen secara tahunan menjadi 18,79 miliar dolar AS, sementara ekspor hanya naik 35,1 persen secara tahunan menjadi 23,53 miliar dolar AS.
Analis mengatakan bahwa rupiah masih berada di bawah tekanan dan rentan terhadap volatilitas. Mereka menyarankan agar pemerintah dan Bank Indonesia terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan kepercayaan investor.
“Rupiah masih berada dalam tren pelemahan karena sentimen negatif masih menghantui pasar. Rupiah juga rentan terhadap fluktuasi karena likuiditas pasar yang tipis menjelang akhir pekan,” kata Reza Priyambada, analis PT Binaartha Sekuritas seperti dikutip dari Liputan6.com.
“Kami menyarankan agar pemerintah dan Bank Indonesia terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan kepercayaan investor. Pemerintah harus mempercepat realisasi anggaran belanja negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia harus menjaga likuiditas pasar dan intervensi kurs jika perlu,” tambahnya.