BeritaBisnisDaerahNews

Pertumbuhan Ekonomi NTB Tahun 2023 Diproyeksikan Lebih Rendah dari Tahun 2022, Ini Alasanya

×

Pertumbuhan Ekonomi NTB Tahun 2023 Diproyeksikan Lebih Rendah dari Tahun 2022, Ini Alasanya

Sebarkan artikel ini
Kunjungi Sosial Media Kami

JE-Mataram-Secara umum, pertumbuhan jurnalekbis.com/tag/ekonomi/">ekonomi NTB 2023 diperkirakan lebih rendah dibandingkan 2022. Perlambatan ini didorong oleh lebih rendahnya produksi tembaga seiring dengan perolehan izin ekspor yang lebih lambat.

Hal ini menyebabkan menurunnya kinerja ekapor NTB kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A Harahap, Selasa (9/1) kemarin.
Selain itu menurutnya, perlambatan juga didorong lebih rendahnya produksi pertanian karena dampak El Nino. Namun demikian peningkatan investasi mampu menahan perlambatan ekonomi lebih lanjut.

Kedepan (2024), pertumbuhan ekonomi NTB menurut Berry akan lebih baik dibandungkan pertumbuhan ekonomi 2023. Peningkatan produktivitas pertanian dan hilirisasi pertanian perlu didorong karena hal ini memiliki dampak yang besar pada kesejahteraan masyarakat NTB.

Industri yang memiliki kandungan teknologi menengah rendah dapat menjadi pilihan meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTB karena sesuai dengan karakteristik SDM di NTB dan mampu menurunkan kemiskinan, dan pengangguran yang cukup signifikan. Pengembangan Parawisata juga merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi NTB,” ujarnya.
Sebelumnya, Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Pada tahun 2023 memprakirakan ekonomi NTB akan tumbuh pada kisaran 4,8 s/d 5,6% (yoy). Sejumlah inisiatif Bank Indonesia untuk 2023 antara lain mendorong pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi biaya melalui program Digital Farming dan Onboarding UMKM, mengoptimalisasikan daya saing komoditas ekspor non tambang.

Baca Juga :  ITDC Gandeng Basarnas, Tingkatkan Keamanan dan Kesiapsiagaan di Kawasan The Mandalika

Melakukan pemulihan aktivitas ekonomi produktif yang berdimensi masyarakat dan UMKM secara end to end process, mendorong pengembangan ekonomi syariah melalui hebitren dan Masyarakat Ekonomi Syariah, mendukung pertumbuhan ekonomi daerah melalui ketersediaan uang rupiah layak edar, meningkatan dan memperluas transaksi menggunakan QRIS, serta mendorong pertumbuhan kredit yang seimbang dan inklusif pada sektor-sektor prioritas.

Pada tahun 2022 lalu, Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB secara akumuliatif mencapai 6,95 persen.
Deputi Kepala Perwakilan BI NTB, Winda Putri Listya menambahkan, perekonomian NTB pada tahun 2023, ekonomi NTB diprakirakan akan tumbuh dalam kisaran 1,5-2,3%, sementara untuk tahun 2024, proyeksinya meningkat menjadi 3,3-4,1%.

Proyeksi ini sejalan dengan masih kuatnya Konsumsi Rumah Tangga, tren perbaikan kinerja ekspor, serta dampak positif dari pelaksanaan Pemilu. Laju inflasi NTB pada tahun 2023 diprakirakan berada dalam target sasaran 3±1%, dan akan lebih terkendali pada tahun 2024 dengan target sasaran 2,5±1%. Meski demikian, beberapa tantangan masih perlu diwaspadai.
Gejolak geopolitik global diidentifikasi sebagai potensi penyebab gangguan dari sisi pasokan dan dapat mendorong tekanan inflasi. Di sisi domestik, produktivitas hasil pertanian dihadapkan pada tantangan alih fungsi lahan, termasuk upaya hilirisasi, khususnya pada komoditas tembaga, di tengah dinamika kebijakan pelarangan ekspor dan keterbatasan operasional smelter yang diperkirakan masih terbatas.

Baca Juga :  Bank NTB Syariah Laporkan Guru Besar Unram ke Polda NTB atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

Bank Indonesia berkomitmen untuk memperkuat arah kebijakan ke depan dengan beberapa langkah strategis. Pertama, respon bauran kebijakan moneter serta koordinasi dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi di NTB akan diteruskan dan diperkuat. Ini melibatkan optimalisasi anggaran belanja pemda dan sinergi melalui Gerakan Nasional Non-Tunai Indonesia (GNPIP).
Kedua, mendorong pengembangan UMKM potensial, termasuk UMKM berbasis syariah, melalui peningkatan produktivitas, dukungan pembiayaan, hilirisasi, digitalisasi, dan pendampingan pemasaran untuk memperluas akses pasar ekspor.

Langkah ketiga melibatkan akselerasi transaksi non-tunai dengan perluasan kanal digital, diharapkan dapat mendukung efisiensi transaksi keuangan di Provinsi NTB. Sedangkan langkah keempat adalah bersinergi untuk memperkuat daya saing pariwisata daerah melalui diversifikasi atraksi, perbaikan amenitas, penguatan aksesibilitas, dan dukungan pada pelaku usaha yang mengutamakan prinsip keberlanjutan.

Baca Juga :  OJK Tegaskan Larangan Penyuapan dan Gratifikasi: Komitmen Penerapan Tata Kelola yang Baik

Pimpinan daerah dan seluruh stakeholders dapat bersama-sama meningkatkan sinergi, kolaborasi, dan inovasi di tahun 2024. Hal ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi ketahanan dan kebangkitan perekonomian NTB yang maju melaju.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *