Gaya HidupNewsPariwisata

Ritual Daus Gong: Menyelami Warisan Budaya Sasak di Desa Wisata Bonjeruk

×

Ritual Daus Gong: Menyelami Warisan Budaya Sasak di Desa Wisata Bonjeruk

Sebarkan artikel ini
Ritual Daus Gong: Menyelami Warisan Budaya Sasak di Desa Wisata Bonjeruk
jurnalekbis.com/tag/1/">1 rounded-sm flex items-center justify-center bg-token-main-surface-primary text-token-text-primary h-8 w-8">Lombok Tengah, Jurnalekbis.com – wisata/">Desa Wisata Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, kembali menyelenggarakan salah satu tradisi budaya yang khas dan kaya akan makna, yaitu Ritual Daus Gong. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Bondjeroek Culture Festival, sebuah perayaan yang bertujuan melestarikan warisan budaya Sasak serta mempromosikan keindahan desa wisata tersebut. Bondjeroek Culture Festival menawarkan perpaduan antara tradisi kuno, keberagaman budaya, dan warisan sejarah yang masih terjaga, menjadikannya daya tarik unik bagi pengunjung dari berbagai kalangan.
2024/10/12344444.png" alt="" width="1920" height="1080" />
min-w-0 flex-col agent-turn">

Ritual Daus Gong adalah salah satu warisan budaya Sasak yang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas. Tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi, dan di Desa Bonjeruk, ritual ini mulai dilaksanakan secara rutin sejak tahun 1997. Kegiatan ini tidak hanya memelihara keaslian budaya lokal, tetapi juga mengangkat nilai-nilai tradisi yang memiliki akar sejarah panjang, termasuk pengaruh dari zaman Wali Songo ketika alat musik tradisional mulai berkembang di Nusantara.

Baca Juga :  Cuaca Ekstrem, Destinasi Wisata Non Pendakian di Gunung Rinjani Ditutup Sementara

Keunikan dari Ritual Daus Gong terletak pada simbolisme dan prosesi yang dilaksanakan secara khusyuk dan sakral. Masyarakat Desa Bonjeruk melakukan ritual ini dengan penuh kehormatan, dimulai dengan berjalan kaki membawa seserahan berupa pesaji dan penamat menuju Bun Mertak, sebuah mata air kuno yang dikelilingi oleh dua pohon beringin purba yang dikenal sebagai Pohon Beringin Nine dan Mame (laki-laki dan perempuan). Pohon beringin ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual dan menjadi lambang keseimbangan antara unsur maskulin dan feminin dalam kehidupan manusia.

Sesampainya di Bun Mertak, prosesi ritual dipimpin oleh pemangku adat, yang memulai dengan memantrai air suci. Air ini memiliki makna simbolis sebagai media untuk membersihkan dan menyucikan budaya, sekaligus sebagai lambang berkah yang mengalir. Salah satu ritual penting dalam Daus Gong adalah memandikan seekor ayam putih dan sebilah keris, yang dianggap sebagai simbol penolak bala dan pemohon berkah dari alam semesta.

Suasana semakin khidmat ketika barisan pemain Gendang Beleq—salah satu alat musik tradisional khas Lombok—mulai menabuh alat musik mereka. Irama gendang ini mengiringi prosesi mengelilingi kedua pohon beringin sebanyak sembilan kali. Angka sembilan memiliki makna mendalam dalam budaya Sasak, melambangkan keharmonisan dan kekuatan yang abadi. Suara gong yang ditabuh bersamaan dengan gendang memberikan energi spiritual yang kuat, menghubungkan peserta ritual dengan nenek moyang mereka.

Baca Juga :  PLN Cetak Laba Bersih Terbesar dalam Sejarah, Transformasi Menuai Hasil Manis

Selain makna spiritual, Bondjeroek Culture Festival juga menjadi upaya untuk memperkenalkan Desa Wisata Bonjeruk kepada masyarakat luas. Keunikan dan keindahan alam desa ini semakin diperkuat oleh berbagai kegiatan yang diselenggarakan selama festival, termasuk pertunjukan seni, pameran produk lokal, hingga kuliner khas Lombok yang memikat selera.

Usman, Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Bonjeruk, tujuan dari festival ini adalah untuk melestarikan dan menyucikan budaya, serta memperkenalkan keindahan Desa Wisata Bonjeruk kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. “Dengan adanya Bondjeroek Culture Festival, kami berharap warisan budaya Sasak, termasuk tradisi Daus Gong, dapat terus dikenal dan dihargai oleh generasi muda dan masyarakat luar,” ujar Usman.

Lebih dari sekadar festival budaya, acara ini juga menjadi wadah promosi yang efektif bagi Desa Wisata Bonjeruk. Dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat sangat penting untuk keberlangsungan acara ini, serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui pariwisata.

Ritual Daus Gong merupakan perwujudan dari hubungan yang harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas dalam budaya Sasak. Ritual ini menggambarkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan, baik dari segi fisik maupun spiritual. Kehadiran pohon beringin purba yang disebut sebagai Nine dan Mame menjadi simbol kuat dari keseimbangan tersebut, di mana alam dan manusia saling berinteraksi dalam harmoni.

Baca Juga :  Polres Lombok Tengah Musnahkan Hampir 1 Kg Sabu Jaringan Antarprovinsi

Lebih jauh lagi, tradisi ini juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Bonjeruk. Proses persiapan hingga pelaksanaan ritual melibatkan banyak pihak, mulai dari tokoh adat, pemuda desa, hingga para seniman yang memainkan alat musik tradisional. Kehadiran mereka dalam setiap tahapan ritual menunjukkan kuatnya ikatan sosial yang masih terjaga dalam kehidupan masyarakat Sasak.

Ritual Daus Gong: Menyelami Warisan Budaya Sasak di Desa Wisata Bonjeruk

Dalam era modernisasi yang semakin berkembang pesat, melestarikan tradisi lokal seperti Ritual Daus Gong menjadi semakin penting. Tradisi ini tidak hanya mengingatkan kita akan kekayaan budaya lokal, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat identitas dan jati diri masyarakat Lombok. Bondjeroek Culture Festival menjadi platform yang sangat efektif untuk menghidupkan kembali tradisi yang hampir terlupakan, sambil membuka peluang ekonomi baru melalui sektor pariwisata.

Dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah, lembaga budaya, hingga masyarakat setempat, sangat diperlukan untuk memastikan keberlangsungan tradisi ini. Festival ini bukan hanya menjadi momen untuk merayakan budaya, tetapi juga sebagai ajang untuk memperkuat rasa cinta dan kebanggaan terhadap warisan nenek moyang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *