Yogyakarta, Jurnalekbis.com – Mahasiswa Lombok Timur yang menempuh pendidikan di Yogyakarta bukan hanya membawa nama baik daerah, tetapi juga harapan besar untuk masa depan yang lebih baik. Namun, asrama mahasiswa yang seharusnya menjadi tempat tinggal sekaligus pusat pengembangan intelektual kini menjadi saksi bisu dari lemahnya komitmen pemerintah daerah.
Ketua Umum Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Lotim Yogyakarta (IKPMLTY), Miharza Irfandi, menyuarakan keluhan terkait kondisi asrama yang rusak dan pengelolaan yang tidak transparan. Menurutnya, generasi muda ini kurang diperhatikan oleh pemerintah daerah.
“Saat ini, asrama mahasiswa Lombok Timur di Yogyakarta tidak memiliki pengawas yang bertanggung jawab secara langsung. Akibatnya, manajemen asrama menjadi tidak terorganisasi dengan baik, dan mahasiswa sering kali dibiarkan menghadapi masalah secara mandiri,” ungkap Miharza.
Minimnya transparansi pemerintah daerah terkait anggaran dan perbaikan asrama menciptakan kesenjangan kepercayaan. Pertanyaan tentang alokasi dana perawatan asrama yang tidak jelas menjadi isu serius yang berulang kali diangkat oleh IKPMLTY.
“Asrama yang rusak mulai dari atap bocor, fasilitas kamar mandi tidak memadai, hingga akses air bersih yang sering bermasalah, tidak hanya menjadi hambatan fisik tetapi juga psikologis bagi mahasiswa,” tambahnya.
Fasilitas yang buruk berdampak pada produktivitas mereka dalam belajar, berdiskusi, dan berkontribusi melalui forum-forum strategis IKPMLTY. Ketiadaan pengawas resmi membuat mahasiswa harus memikul tanggung jawab yang tidak seharusnya mereka tanggung, mulai dari perbaikan kecil hingga manajemen sehari-hari.
IKPMLTY rutin mengadakan diskusi, pelatihan, dan kajian kritis untuk menjawab tantangan daerah, namun kini harus berjuang di tengah keterbatasan fasilitas. Jika kondisi ini dibiarkan, bukan hanya mahasiswa yang dirugikan, tetapi juga Lombok Timur yang kehilangan salah satu kekuatan intelektualnya.
“Pemerintah sering berbicara tentang komitmen terhadap pendidikan, tetapi apa artinya jika mahasiswa yang menjadi ujung tombak pembangunan merasa dilupakan?” tanyanya.

Tuntutan kepada Pemerintah Lombok Timur
- Perbaikan dan Pemeliharaan Fasilitas Asrama
- Mendesak Pemda Lotim untuk segera mengalokasikan anggaran khusus guna memperbaiki fasilitas asrama yang sudah tidak layak pakai.
- Mendorong pemerintah melakukan inspeksi langsung untuk menilai kondisi asrama dan memastikan standar kenyamanan mahasiswa.
- Penganggaran Dana Operasional yang Berkelanjutan
- Meminta Pemda Lotim menjamin ketersediaan dana operasional rutin untuk kebutuhan dasar asrama, termasuk listrik, air, dan perawatan.
- Menuntut transparansi dalam pengelolaan anggaran yang disalurkan ke mahasiswa perantauan.
- Dukungan Program Peningkatan Kapasitas Mahasiswa
- Penunjukan Tim Khusus untuk Mengelola Masalah Asrama/Pengawas Asrama
- Mendesak Pemda Lotim membentuk tim khusus untuk menangani kebutuhan mahasiswa di perantauan secara profesional dan terfokus.
- Mendorong adanya dialog rutin antara Pemda dan mahasiswa perantauan guna mendengar langsung aspirasi mereka.
- Komitmen Tertulis Pemda Lotim terhadap Mahasiswa Perantauan
- Menuntut pemerintah membuat nota kesepahaman (MoU) dengan mahasiswa Lotim di Yogyakarta yang berisi komitmen jangka panjang untuk mendukung fasilitas asrama dan organisasi.
- Mengusulkan penetapan program “Perhatian Mahasiswa Perantauan” sebagai salah satu prioritas daerah.
- Peningkatan Komunikasi dan Kolaborasi
- Mendorong Pemda Lotim untuk menjalin komunikasi lebih intensif dengan pengurus IKPMLTY demi terciptanya sinergi yang baik.
- Mengadakan pertemuan tahunan antara pemerintah daerah dan mahasiswa perantauan sebagai forum diskusi dan evaluasi.
Jangan biarkan asrama mahasiswa menjadi simbol ketidakpedulian yang memalukan. Lombok Timur membutuhkan generasi muda yang optimis dan terfasilitasi, bukan yang apatis karena diabaikan. Saatnya pemerintah menunjukkan aksi nyata, bukan sekadar retorika.
Lombok Timur maju dimulai dari mahasiswa yang didukung, bukan ditelantarkan. Asrama mahasiswa bukan sekadar bangunan, tetapi simbol kepedulian pemerintah terhadap generasi muda. Transparansi dan manajemen yang baik adalah kunci untuk menciptakan suasana yang mendukung pengembangan potensi mahasiswa.
Jika pemerintah terus mengabaikan masalah ini, generasi penerus Lombok Timur akan merasa ditinggalkan, dan dampaknya akan jauh lebih besar daripada sekadar kerusakan fisik bangunan. Lombok Timur membutuhkan aksi nyata, bukan sekadar janji kosong. Saatnya membuktikan bahwa pemerintah peduli dengan masa depan daerah melalui dukungan konkret kepada mahasiswa yang berjuang di Yogyakarta. Asrama yang layak dan pengelolaan yang transparan adalah langkah awal untuk mewujudkan Lombok Timur yang lebih baik.