Jurnalekbis.com – Iran kembali menunjukkan kemampuannya dalam pengembangan teknologi militer dengan memperkenalkan pesawat nirawak (drone) siluman bertenaga jet terbaru, JAS 313. Pesawat ini diklaim mampu melakukan misi pengintaian dan pengeboman dengan tingkat efisiensi tinggi. Pengumuman tersebut dilakukan oleh Laksamana Muda Alireza Tangsiri, komandan cabang angkatan laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dalam sebuah upacara di atas kapal induk drone Shahid Bagheri.
Spesifikasi dan Kemampuan JAS 313
JAS 313 memiliki desain mirip pesawat tempur konvensional yang diperkecil dan telah menjalani uji terbang perdana pada 6 Februari 2025 di atas kapal Martyr Baqeri, sebuah kapal induk drone yang baru saja bergabung dalam armada Angkatan Laut IRGC.
Fitur utama JAS 313:
- Ditenagai oleh mesin jet, memungkinkan kecepatan tinggi dan serangan presisi.
- Daya tahan terbang selama satu jam, memungkinkannya menyelesaikan misi dalam berbagai kondisi.
- Dapat diluncurkan dari kapal induk drone, memberikan fleksibilitas operasional di berbagai wilayah.
- Dirancang untuk pengintaian dan pengeboman, memperkuat armada udara nirawak Iran.
Menurut pejabat Iran, pesawat ini dirancang untuk lepas landas langsung dari kapal induk Shahid Bagheri dan akan segera dikerahkan dalam operasi Angkatan Laut IRGC.
Perkembangan Industri Drone Iran
Iran secara konsisten meningkatkan kapabilitas teknologi drone sebagai bagian dari strategi pertahanan nasionalnya. Pada Januari 2025, Iran telah menerima tambahan 1.000 drone baru, yang semakin meningkatkan kapasitas operasionalnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, drone Iran telah digunakan di berbagai konflik di Timur Tengah, termasuk di Suriah dan Yaman, serta diduga dipasok ke Rusia untuk serangan terhadap Ukraina. Shahed, salah satu model drone buatan Iran, disebut-sebut digunakan dalam serangan terhadap infrastruktur Ukraina, termasuk dalam insiden serangan di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl bulan lalu.
Tanggapan dan Kontroversi
Peluncuran JAS 313 mendapatkan reaksi beragam. Beberapa pengguna media sosial Iran mencemooh ukuran kecil pesawat nirawak ini, dengan menyebutkan bahwa drone dengan kemampuan serupa bisa ditemukan di platform belanja daring. Namun, pihak Iran tetap optimis bahwa teknologi ini akan menjadi bagian integral dari pertahanan udara mereka.
Di sisi lain, langkah Iran dalam mengembangkan drone canggih juga memicu kekhawatiran dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Washington baru-baru ini menjatuhkan sanksi terhadap entitas di Hong Kong dan China yang diduga memasok komponen penting untuk program drone Iran. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa Iran terus mencari jalur alternatif untuk memperoleh teknologi canggih guna mendukung program UAV-nya.
Implikasi Geopolitik dan Strategi Iran
Perkembangan drone Iran tidak hanya berdampak pada pertahanan negara tersebut tetapi juga pada dynamics geopolitik global. Dengan semakin meningkatnya ketegangan antara Iran, Israel, dan AS, teknologi drone dipandang sebagai aset strategis yang dapat digunakan dalam berbagai skenario konflik.
Iran melihat penguatan armada drone sebagai bentuk proyeksi kekuatan dan perlindungan terhadap ancaman eksternal. Sejak kampanye “tekanan maksimum” yang diterapkan AS di bawah pemerintahan Donald Trump, Teheran semakin gencar mengembangkan teknologi militer, termasuk drone dan rudal balistik.