Internasional

Israel Gempur Dekat Istana Presiden Suriah, Dalih Lindungi Komunitas Druze

×

Israel Gempur Dekat Istana Presiden Suriah, Dalih Lindungi Komunitas Druze

Sebarkan artikel ini
Israel Gempur Dekat Istana Presiden Suriah, Dalih Lindungi Komunitas Druze
Kunjungi Sosial Media Kami

Damaskus, Jurnalekbis.com  Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali memanas setelah militer Israel dilaporkan melancarkan serangkaian serangan udara ke wilayah Suriah dalam beberapa hari terakhir. Aksi militer ini diklaim Israel sebagai upaya untuk melindungi komunitas Druze di tengah situasi politik yang bergejolak di negara tetangganya itu. Salah satu serangan bahkan dilaporkan terjadi di dekat Istana Kepresidenan Suriah yang saat ini dihuni oleh presiden sementara, Ahmad al-Asharaa.

Menurut laporan berbagai sumber, termasuk Al Jazeera, gelombang serangan militer Israel terjadi secara sporadis di berbagai lokasi di Suriah pada Jumat malam waktu setempat. Sasaran serangan dilaporkan meliputi wilayah sekitar ibu kota Damaskus dan sekitarnya, serta area di pedesaan Hama, yang berjarak sekitar 200 kilometer di timur laut Damaskus. Otoritas Penyiaran Israel mengonfirmasi bahwa target-target serangan tersebut diidentifikasi oleh militer dengan persetujuan langsung dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Katz.

Dalam pernyataan resminya, militer Israel menyatakan bahwa mereka telah menyerang sebuah situs militer di Suriah, termasuk “senjata anti-pesawat dan infrastruktur rudal permukaan-ke-udara.” Sementara itu, Al Jazeera melaporkan bahwa target-target tersebut diduga kuat merupakan situs-situs militer yang terafiliasi dengan rezim Bashar al-Assad yang telah digulingkan. Israel sendiri memiliki catatan panjang dalam melakukan serangan serupa ke wilayah Suriah, dengan alasan yang konsisten yaitu “tidak ingin Suriah memiliki persenjataan lengkap di perbatasannya.”

Peningkatan tensi antara Israel dan Suriah dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh tuduhan pemerintah Israel terhadap pemerintah Suriah yang dianggap gagal dalam melindungi minoritas Druze di negara tersebut. Komunitas Druze, yang merupakan kelompok minoritas agama dengan ciri khas kepercayaan sinkretis, memiliki populasi signifikan di wilayah selatan Suriah. Israel menyatakan keprihatinannya atas potensi ancaman yang mungkin dihadapi komunitas ini di tengah dinamika politik dan keamanan yang tidak stabil di Suriah.

Salah satu insiden yang menjadi sorotan adalah serangan militer Israel di dekat istana kepresidenan pada Jumat pagi. Para pemimpin Israel menyatakan bahwa serangan ini bertujuan untuk mengirimkan “pesan yang jelas” kepada pemerintah transisi Suriah yang saat ini dipimpin oleh Presiden Ahmad al-Sharaa. Pesan tersebut secara eksplisit menyebutkan penolakan Israel terhadap potensi penempatan pasukan Suriah di wilayah selatan Damaskus atau ancaman apapun terhadap komunitas Druze.

Baca Juga :  GT World Challenge Asia Sambangi Mandalika, Logistik Dikebut!

“Kami tidak akan mengizinkan pasukan [Suriah] untuk dikerahkan di selatan Damaskus atau ancaman apa pun terhadap komunitas Druze,” tegas Netanyahu dalam pernyataan bersama dengan Menteri Pertahanan Katz tak lama setelah serangan terjadi. Pernyataan ini menggarisbawahi garis merah yang ditarik Israel terkait situasi di perbatasan utaranya dan nasib komunitas Druze di Suriah.

Di sisi lain, pemerintah Suriah melalui kantor berita resminya menuduh Israel berada di balik serangan-serangan tersebut. Mereka juga mengonfirmasi bahwa empat warga sipil tewas akibat agresi Israel di desa Kanaker, yang terletak di barat daya Suwayda. Namun, Radio Tentara Israel justru mengklaim bahwa pasukannya tidak melakukan penembakan ke wilayah Suriah dalam beberapa jam terakhir, sebuah pernyataan yang tampaknya bertentangan dengan laporan-laporan yang beredar.

Menanggapi klaim Israel terkait perlindungan terhadap komunitas Druze, muncul reaksi sinis dari para pemimpin senior Druze di Suriah. Mereka menyatakan bahwa komunitas mereka sebenarnya tidak membutuhkan intervensi Israel untuk melindungi diri mereka. Jurnalis Al Jazeera, Imran Khan, melaporkan bahwa “hal ini justru ditanggapi dengan sinisme dari para pemimpin senior Druze, yang mengatakan bahwa [mereka] sebenarnya tidak membutuhkan Israel untuk membantu melindungi [mereka].”

Lebih lanjut, Khan mengungkapkan bahwa telah terjadi “negosiasi intensif” antara komunitas Druze Suriah dan pemerintah Suriah. “Hal ini kini telah meredakan ketegangan,” tambahnya, mengindikasikan adanya upaya internal di Suriah untuk mengatasi potensi kerawanan yang dihadapi komunitas Druze tanpa campur tangan eksternal.

Reaksi internasional terhadap serangan-serangan Israel ini juga mulai bermunculan. Pemerintah Qatar secara tegas mengutuk serangan udara Israel pada hari Jumat. Melalui Kementerian Luar Negerinya, Qatar menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan “agresi terang-terangan” terhadap kedaulatan Suriah dan jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.

Kementerian Luar Negeri Qatar juga menyampaikan peringatan serius terkait potensi dampak dari tindakan Israel. Mereka menyatakan bahwa “agresi berulang” Israel terhadap Suriah dan Lebanon, yang terjadi bersamaan dengan perang yang masih berkecamuk di Jalur Gaza, “kemungkinan akan memicu siklus kekerasan dan kekacauan yang lebih luas di wilayah tersebut.” Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran akan eskalasi konflik regional yang lebih besar akibat tindakan-tindakan militer yang terus berlanjut.

Sebagai latar belakang, penting untuk dicatat bahwa Israel telah melakukan ratusan serangan udara di Suriah selama bertahun-tahun, menargetkan apa yang dikatakannya sebagai pangkalan-pangkalan yang terkait dengan Iran dan kelompok militan Hizbullah Lebanon, yang keduanya merupakan musuh bebuyutan Israel dan pendukung utama pemerintah Suriah. Israel jarang mengakui serangan-serangan spesifik, tetapi sering mengatakan pihaknya bertindak untuk mencegah musuh-musuhnya mendapatkan senjata canggih.

Baca Juga :  Tesla Terjungkal di China: BYD Melaju, Xiaomi Mengintai

Foto-foto yang beredar dari lokasi serangan di pangkalan udara militer dekat Hama pada Kamis, 3 April 2025, menunjukkan puing-puing berserakan, memberikan gambaran sekilas tentang dampak dari serangan tersebut. Laporan-laporan awal menyebutkan bahwa serangan itu mungkin juga merupakan peringatan bagi Turki, meskipun belum ada konfirmasi resmi mengenai hal ini.

Serangan terbaru di dekat istana kepresidenan menambah dimensi baru dalam konflik ini. Menargetkan area yang begitu sensitif secara politik menunjukkan pesan yang kuat dari Israel kepada pemerintah transisi Suriah dan aktor-aktor regional lainnya. Pesan tersebut tampaknya menegaskan bahwa Israel akan mengambil tindakan tegas jika merasa kepentingannya terancam, terutama terkait keamanan komunitas Druze dan potensi ancaman militer di perbatasannya.

Situasi di Suriah sendiri masih sangat kompleks. Setelah bertahun-tahun dilanda perang saudara, negara ini kini menghadapi tantangan transisi politik di tengah intervensi berbagai kekuatan regional dan internasional. Keberadaan kelompok-kelompok bersenjata, pengaruh Iran, dan kepentingan negara-negara tetangga seperti Israel dan Turki semakin memperumit lanskap keamanan di Suriah.

Komunitas Druze di Suriah, yang secara historis mempertahankan hubungan yang kompleks dengan pemerintah pusat, kini berada di tengah pusaran konflik regional. Kekhawatiran Israel terhadap keselamatan mereka muncul di tengah laporan-laporan tentang potensi pergeseran kekuasaan dan pengaruh di wilayah selatan Suriah. Namun, seperti yang diungkapkan oleh para pemimpin Druze, pandangan dari dalam komunitas itu sendiri mungkin berbeda dari narasi yang disampaikan oleh Israel.

Reaksi Qatar yang mengutuk serangan Israel menyoroti meningkatnya keprihatinan di antara negara-negara Arab terhadap tindakan militer Israel di wilayah tersebut. Serangan-serangan ini tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan Suriah, tetapi juga berpotensi memperburuk instabilitas regional yang sudah rapuh.

Meskipun Israel berdalih membela komunitas Druze, pertanyaan yang muncul adalah apakah tindakan militer sepihak ini benar-benar efektif dalam melindungi minoritas tersebut atau justru dapat memicu konsekuensi yang tidak diinginkan. Intervensi militer asing seringkali memiliki dampak yang kompleks dan tidak terduga terhadap populasi sipil dan dinamika konflik secara keseluruhan.

Baca Juga :  Interoperabilitas Udara AS-Prancis: Era Baru dengan Tanker Rafale.

Ke depan, penting untuk memantau bagaimana pemerintah transisi Suriah akan merespons serangan-serangan ini dan bagaimana komunitas internasional akan bereaksi. Eskalasi lebih lanjut dapat memiliki implikasi yang luas bagi stabilitas regional dan upaya penyelesaian konflik di Suriah.

Penting juga untuk memahami perspektif komunitas Druze itu sendiri. Suara mereka dan pilihan mereka dalam menghadapi situasi yang kompleks ini harus menjadi bagian penting dari narasi. Klaim Israel untuk bertindak demi kepentingan mereka perlu diuji dan diverifikasi berdasarkan pandangan dan kebutuhan komunitas Druze di Suriah.

Dengan berbagai kepentingan yang saling bertentangan dan dinamika yang terus berubah di Suriah, tindakan militer Israel menambah lapisan kompleksitas baru dalam krisis yang berkepanjangan ini. Upaya diplomatik dan dialog inklusif mungkin menjadi jalur yang lebih berkelanjutan untuk memastikan keamanan semua komunitas di Suriah dan mencapai stabilitas regional yang lebih luas.

Serangan-serangan ini terjadi di tengah konteks regional yang sudah tegang, dengan fokus dunia yang juga tertuju pada konflik yang sedang berlangsung di Gaza. Potensi keterkaitan antara berbagai front konflik ini menjadi perhatian utama bagi para pengamat dan pembuat kebijakan internasional.

Bagaimana eskalasi di Suriah akan mempengaruhi dinamika regional secara keseluruhan? Apakah ini akan memicu respons dari aktor-aktor lain di kawasan tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi krusial untuk dianalisis lebih lanjut dalam beberapa hari dan minggu mendatang.

Yang jelas, serangan Israel di dekat istana kepresidenan Suriah merupakan langkah yang signifikan dan berisiko. Dampaknya terhadap stabilitas Suriah dan kawasan secara keseluruhan perlu dicermati dengan seksama. Sementara Israel berdalih melindungi komunitas Druze, efektivitas dan legitimasi tindakan ini dipertanyakan oleh berbagai pihak, termasuk para pemimpin Druze sendiri dan negara-negara tetangga seperti Qatar.

Situasi ini menyoroti betapa rapuhnya perdamaian di Timur Tengah dan bagaimana tindakan sepihak dapat dengan cepat memperburuk ketegangan yang sudah ada. Dialog dan penghormatan terhadap kedaulatan negara lain menjadi kunci untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mencari solusi yang damai dan berkelanjutan untuk konflik di kawasan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *