Mataram, Jurnalekbis.com – Indonesia memiliki kekayaan produk kreatif yang luar biasa, tersebar dari Sabang hingga Merauke. Namun, potensi ini seringkali belum terpetakan dan terhubung secara optimal. Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menekankan pentingnya platform digital e-craft sebagai langkah strategis untuk menyatukan database produk kreatif Indonesia, melampaui citra Bali dan Jakarta semata.
“Tantangan e-craft ke depan ini, bagaimana kita bisa mempersatukan barista, mempersatukan sebuah database, supaya orang-orang tahu Indonesia itu adanya apa sih. Indonesia itu bukan cuma Bali, bukan cuma Jakarta, ada juga loh Lombok yang sangat luar biasa ini,” ujar Wamen Irene. Sabtu (10/5).
Pernyataan tersebut menggarisbawahi visi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mengangkat potensi daerah-daerah lain yang memiliki keunikan dan kualitas produk tak kalah saing. Lombok, dengan kekayaan alam dan budayanya, menjadi salah satu contoh konkret yang ingin lebih dikenal oleh pasar nasional maupun internasional.
Lebih lanjut, Wamen Irene menjelaskan bahwa inisiatif e-craft bukan hanya sekadar platform jual beli daring. Lebih dari itu, e-craft diharapkan menjadi pusat data terintegrasi yang memudahkan konsumen, baik domestik maupun mancanegara, untuk menemukan beragam produk unggulan dari seluruh pelosok negeri.
“Maka dari itu juga dengan cepat kita mengadakan e-craft ke depan, itu adalah salah satu step satu dari e-craft ke depan, supaya database-nya bisa tertumpu. Kalau ada orang yang banyak di Lombok, mau belanja apa? Nih banyak loh, mau ngapain nih? Mau belanja makanan, mau belanja yang namanya penonton dunia, dan sejarahnya, kemudian mau cari tour guide-nya, ada yang bisa membantu,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wamen Irene juga menyoroti dua jenjang penting bagi perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Pertama, adalah bagaimana UMKM dapat membangun usaha yang berkelanjutan (sustainable). Kedua, adalah bagaimana UMKM dapat memperluas jangkauan pasar mereka, mulai dari pasar nasional yang sangat besar hingga menembus pasar internasional.
“UKM itu, baiknya UKM ataupun bukannya UKM, itu ada dua jenis kan. Satu, jenjangnya adalah kita mulai dulu nih usahanya, supaya sustainable, kemudian kedua adalah ke pasar nasional. Di Indonesia itu pasarnya sangat besar. Ketiga adalah ke pasar internasional,” paparnya.
Kemenparekraf menyadari betul bahwa potensi pasar internasional sangat menjanjikan. Oleh karena itu, pemerintah berupaya memfasilitasi UMKM yang produknya memiliki daya saing global. Salah satu langkah konkret adalah keikutsertaan Indonesia dalam Osaka World Expo di Jepang.
“Kita ngelihat cocoknya apakah barangnya yang cocok itu nasional atau internasional. Kenapa? Ada nggak sih programnya? Kita yukit, baru mendata. Waktu itu kita main catanya, ini ya datanya ya. Mendata dengan kurasi produk-produk yang kita bawa ke Osaka World Expo. Indonesia sekarang berpartisipasi di Osaka World Expo yang di Jepang untuk memperlihatkan, memerkenalkan kepada dunia, Indonesia itu ada apa,” ungkap Wamen Irene.
Partisipasi dalam pameran internasional seperti Osaka World Expo bukan hanya tentang memamerkan produk. Lebih dari itu, Kemenparekraf juga menyoroti pentingnya kualitas dan kapasitas produksi UMKM. Jangan sampai, ketika permintaan pasar meningkat, pelaku usaha tidak mampu memenuhinya.
“Lalu itu yang perlu kita perhatikan, bukan hanya UKM-nya ada atau nggak, tapi dari segi kualitas. Dari segi apakah sanggup untuk memproduksi barang sebesar ini, kapasitas produksinya, supaya kalau termasuk itu bisa kita fulfill. Karena pernah beberapa kali di mana orang pembelinya sudah ada, wah ini nggak bisa kita fulfill. Jadi untuk eksplor teman-teman harus begitu. Kita bikinnya enak ya, wah eksplor nih barang saya udah ada di luar negara,” tegasnya.

Proses ekspor memang tidak selalu mudah. Selain kerumitan birokrasi, kapasitas produksi dan kualitas produk menjadi faktor penentu keberhasilan di pasar global. Wamen Irene menekankan pendekatan bertahap, di mana UMKM memperkuat posisinya di pasar nasional terlebih dahulu sebelum melangkah ke pasar internasional.
“Tapi proses eksplor itu cukup ribet. Kedua juga, bukan hanya ribet saja, kedua juga kita lihat kapasitas produksinya dari kita. Karena ini berhubungan dengan monster model juga. Dan juga hotelnya sudah ada. Apakah yakin produksinya itu bisa kualitasnya dipertahankan? Jadi kita step-by-step supaya dari yang kita pertahankan dulu di daerah nasional, kemudian kita ke internasional. Itu step-by-step-nya harus diperhatikan sih,” jelasnya.
Kabar baiknya, Kemenparekraf tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak nyata dalam mendukung digitalisasi UMKM. Bekerja sama dengan sebuah perusahaan di Yogyakarta yang memiliki founder dengan visi serupa, Kemenparekraf tengah membangun platform digital bernama e-craft.
“Kalau yang Jogja itu, itu satu perusahaan di Jogja, yang sebenarnya ini di Jakarta sih, di daerah nasional kan? Cuma founder-nya masukkan dengan slow limit, jadi ke Jogja. Dan mereka support kita untuk membangun sebuah platform digital, namanya Ekrapan. Dan kita budget-nya rendah toh. Jadi efisien sih, ataupun tidak ada efisien sih. Kita tidak boleh melangkau. Jika melangkah, kita akan maju terus. Ini kan banyak nih kan, kayak wabuk-wabuk trainer yang memiliki kompetensi,” ungkap Wamen Irene.
Platform e-craft diharapkan menjadi solusi efisien bagi UMKM untuk memperluas jangkauan pasar mereka tanpa biaya yang memberatkan. Selain itu, platform ini juga berpotensi menjadi wadah bagi para trainer atau mentor untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan kompetensi para pelaku ekonomi kreatif.
Semangat untuk memajukan UMKM daerah juga dirasakan langsung oleh para pelaku usaha di Lombok. Founder Lombok Womenpreneur Club (LWC), Indah Purwanti, menyambut baik kedatangan Wamen Irene dan berbagai program yang ditawarkan oleh Kemenparekraf.
“Hari ini senang banget ya, besar kedatangan Ibu Wakil Menteri, Ibu Irene. Luar biasa, kesediaan beliau untuk hadir. Dan ternyata banyak banget program dari Kemenparekraf, terutama untuk UMKM dan Pejuang E-craft. Nah dari sini, tadi banyak info dan fasilitas yang kita dapat. Tadi ada untuk rumahan, ada BPJS untuk Pejuang E-craft. Jadi banyak banget fasilitas yang diberikan. Dan waktunya UMKM ini untuk mengakses informasi itu. Nah ini sebenarnya kenapa pertemuan ini dilakukan? Karena untuk peluang belanja masalah dari para pelaku. Dan kita pun punya banyak info dan input dari kementerian,” kata Indah.
Indah berharap agar para anggota LWC dan UMKM di Lombok pada umumnya dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang disediakan oleh Kemenparekraf. Dukungan seperti pembinaan dan fasilitasi jaringan (networking) dinilai sangat penting untuk pertumbuhan usaha.
“Harapannya semoga di LWC ya, terutama di anggota lembaga pemerintah. Dan UMKM pada umumnya bisa memanfaatkan segala fasilitas yang ada dari Kementerian E-craft. Dan tentunya kita bisa semakin semangat. Selain kita dibina, kita difasilitasi networking itu penting ya. Tadi beberapa pertemuan dengan Bu Irene di belakang juga. Insya Allah kita akan dikoneksikan dengan beberapa stakeholder dan jejaringnya Kemenparekraf,” pungkasnya.
Inisiatif e-craft dan dukungan konkret dari Kemenparekraf memberikan harapan baru bagi perkembangan UMKM di seluruh Indonesia. Dengan adanya platform digital yang terintegrasi, potensi produk kreatif daerah seperti Lombok dapat lebih dikenal dan diakses oleh pasar yang lebih luas. Fokus pada kualitas, kapasitas produksi, dan perluasan pasar secara bertahap menjadi kunci untuk membawa UMKM Indonesia naik kelas dan berdaya saing global.
Ke depan, sinergi antara pemerintah, pelaku UMKM, dan berbagai stakeholder akan menjadi penentu keberhasilan e-craft dalam mewujudkan visinya: menjadikan Indonesia sebagai pusat produk kreatif dunia, yang tidak hanya terpusat di kota-kota besar, tetapi juga merata di seluruh penjuru negeri. Dengan e-craft, “tak kenal maka tak sayang” akan menjadi pemicu bagi kecintaan masyarakat terhadap produk-produk kebanggaan Indonesia.
