[ytplayer id='15931']
BisnisFinancial

Investasi Hijau Kian Diminati, Ini Peran Bursa Efek Indonesia

×

Investasi Hijau Kian Diminati, Ini Peran Bursa Efek Indonesia

Sebarkan artikel ini
Investasi Hijau Kian Diminati, Ini Peran Bursa Efek Indonesia
Kunjungi Sosial Media Kami

jurnalekbis.com/tag/jakarta/">Jakarta, Jurnalekbis.com – Lanskap investasi global tengah mengalami pergeseran paradigma. Keuntungan finansial kini tak lagi menjadi satu-satunya tolok ukur kesuksesan. Semakin banyak investor, baik institusional maupun retail, yang mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (Environmental, Social, and Governance/ESG) dalam pengambilan keputusan investasi mereka. indonesia/">Di Indonesia, tren ini juga semakin menguat, didorong oleh inisiatif proaktif dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan pasar, tetapi juga pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Investasi berkelanjutan melalui lensa ESG bukan sekadar gimmick atau tren sesaat, melainkan sebuah kebutuhan mendesak untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Dengan memadukan keuntungan finansial dengan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat, investasi berbasis ESG menawarkan prospek jangka panjang yang stabil dan bermakna.

Bursa Efek Indonesia menunjukkan komitmen seriusnya dalam mendorong penerapan ESG di pasar modal. Berbagai inisiatif telah diluncurkan, mulai dari penyediaan indeks saham berbasis ESG hingga pengawasan ketat terhadap kepatuhan Perusahaan Tercatat pada aspek keberlanjutan. Ini adalah langkah strategis untuk mengarahkan modal investor ke perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab.

BEI memiliki beberapa indeks saham berbasis ESG yang bisa menjadi acuan bagi investor:

  • Indeks SRI-KEHATI: Ini adalah indeks pelopor di Indonesia yang terbit sejak tahun 2009, hasil kerja sama BEI dengan Yayasan KEHATI (Keanekaragaman Hayati Indonesia). Indeks ini mencakup saham-saham pilihan yang dinilai memiliki komitmen tinggi terhadap keberlanjutan lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik. Keberadaannya telah menjadi benchmark bagi investasi ESG di Indonesia selama lebih dari satu dekade.
  • Indeks ESG Leaders: Indeks ini menyaring Perusahaan Tercatat yang memiliki skor ESG tinggi berdasarkan metodologi tertentu. Saham-saham yang masuk dalam indeks ini adalah representasi perusahaan-perusahaan yang secara konsisten mengutamakan kinerja berkelanjutan dalam operasional mereka. Indeks ini mendorong praktik bisnis terbaik dan menjadi daya tarik bagi investor yang memprioritaskan etika bisnis.
  • Indeks IDX LQ45 Low Carbon Leaders: Sebuah inovasi terbaru yang menyoroti 45 saham unggulan dari indeks LQ45. Indeks ini tidak hanya mempertimbangkan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar, tetapi juga menekankan jejak karbon yang lebih rendah dibandingkan Perusahaan Tercatat lain dalam indeks LQ45. Keberadaan indeks ini adalah sinyal jelas komitmen BEI dalam mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Indeks-indeks ini bukan hanya sekadar daftar saham; mereka adalah instrumen yang secara aktif mendorong praktik bisnis berkelanjutan dan menjadi panduan bagi investor untuk mengintegrasikan aspek ESG dalam strategi investasinya.

Pertanyaan fundamental yang muncul adalah: mengapa investor harus memilih saham Perusahaan Tercatat yang memenuhi prinsip ESG? Jawabannya sederhana namun fundamental. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan yang menjalankan praktik ESG cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih stabil dan tahan terhadap risiko eksternal. Risiko-risiko seperti perubahan regulasi lingkungan yang ketat, krisis sosial yang memicu boikot konsumen, atau masalah tata kelola yang buruk dapat dihindari atau diminimalisir oleh perusahaan dengan praktik ESG yang kuat. Stabilitas ini tentu sangat menarik bagi investor jangka panjang.

Baca Juga :  Didesak Untuk Mundur, LAZ Dirut PT. AMGM “Saya Fokus Bekerja”.

Lebih dari itu, semakin banyak investor institusional, seperti dana pensiun dan manajer aset global, yang menjadikan ESG sebagai standar investasi wajib. Perusahaan Tercatat yang memenuhi kriteria ESG memiliki peluang lebih besar untuk menarik investasi asing. Ini bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk bersaing di panggung investasi global.

Investasi di saham dan efek berbasis ESG bukan hanya tentang profit. Ini adalah kesempatan bagi investor untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Dengan memilih investasi ESG, Anda turut mendukung upaya pengurangan emisi karbon, mendorong kesetaraan sosial, dan mempromosikan tata kelola perusahaan yang lebih baik. Ini adalah investasi yang tidak hanya menguntungkan portofolio, tetapi juga memberikan dampak positif nyata bagi masyarakat dan lingkungan.

Jangan salah, peran investor retail juga sangat penting dalam memajukan prinsip ESG. Dengan memilih instrumen investasi yang selaras dengan prinsip keberlanjutan (seperti saham, reksa dana, atau ETF berbasis berkelanjutan), setiap investor secara individu turut mendorong perusahaan untuk lebih bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan dan sosial. Kekuatan kolektif dari keputusan investasi retail memiliki dampak kumulatif yang signifikan.

Data menunjukkan bahwa permintaan investor terhadap produk investasi berbasis ESG terus menunjukkan tren positif di Pasar Modal Indonesia. Ini bukan sekadar omongan belaka, melainkan fakta yang didukung oleh angka. Nilai Asset Under Management (AUM) ETF dan Reksa Dana berbasis indeks tematik ESG seperti ESG Leaders dan SRI-KEHATI, tumbuh secara fenomenal, mencapai Rp7,3 triliun. Angka ini merupakan lonjakan 201 kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2015. Sejalan dengan itu, jumlah produk investasi ESG juga meningkat 26 kali sejak 2015 hingga Juni 2025.

Data statistik ini mencerminkan bahwa ESG kini bukan lagi sekadar aspek tambahan dalam analisis investasi, melainkan telah menjadi elemen penting dalam pengambilan keputusan investasi bagi sebagian besar pelaku pasar. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya kesadaran akan isu keberlanjutan global dan tekanan regulasi.

BEI memiliki beberapa tujuan strategis dalam pengembangan ESG yang komprehensif:

  1. Meningkatkan Kesadaran akan “Investasi Berkelanjutan”: BEI secara aktif memperkenalkan dan memperluas pemahaman masyarakat tentang pentingnya investasi berbasis prinsip ESG. Tujuannya adalah agar investor tidak hanya peduli pada aspek finansial, tetapi juga pada dampak sosial dan lingkungan dari pilihan investasi mereka. Edukasi adalah fondasi untuk perubahan perilaku.
  2. Mendorong Kepatuhan Perusahaan Tercatat terhadap Standar ESG: Salah satu tujuan utama adalah mengedukasi Perusahaan Tercatat tentang pentingnya mengadopsi prinsip ESG dalam operasional mereka, sesuai dengan standar yang berlaku baik di Indonesia maupun secara global. Dengan memenuhi standar ESG, perusahaan tidak hanya dapat meningkatkan daya saing di pasar global tetapi juga memperkuat reputasi dan kepercayaan investor terhadap komitmen keberlanjutan perusahaan. Ini adalah win-win solution: perusahaan untung, investor yakin, dan lingkungan terjaga.
  3. Menerapkan ESG Metric Disclosure dan Memfasilitasi Pelaporan Transparan: BEI telah menerapkan ESG Metric Disclosure untuk membantu Perusahaan Tercatat menyampaikan data kinerja ESG secara digital dan sesuai standar OJK serta ASEAN Exchanges Common ESG Core Metrics. Pelaporan ESG yang terstandarisasi dan transparan sangat krusial, karena selama ini salah satu tantangan bagi investor ESG adalah keterbatasan ketersediaan data. Dukungan terhadap pelaporan ESG metrik yang konsisten dan kredibel menjadi fondasi penting dalam mendorong pertumbuhan investasi berkelanjutan dan mengarahkan modal ke sektor yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
  4. Meningkatkan Likuiditas dan Partisipasi Pasar Efek Berbasis ESG: Selain menyediakan indikator kinerja melalui indeks saham berbasis ESG, BEI juga berupaya meningkatkan likuiditas dan partisipasi pasar dengan memperkenalkan efek-efek yang berbasis ESG. Diharapkan, kehadiran instrumen investasi ini dapat menarik lebih banyak investor, termasuk investor institusional global yang sangat mengutamakan investasi berkelanjutan. Hal ini akan berdampak positif pada peningkatan likuiditas pasar modal Indonesia, menjadikannya lebih menarik dan dinamis.
  5. Memfasilitasi Transisi Menuju hijau/">Ekonomi Hijau dan Mendukung SDG: BEI memiliki peran besar dalam memfasilitasi transisi Indonesia menuju ekonomi hijau. Ini sekaligus mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) pada tahun 2030 serta target Net Zero Emissions di Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat. Melalui promosi investasi berbasis ESG dan pengembangan instrumen yang mendukung proyek-proyek ramah lingkungan, BEI berkontribusi langsung pada transformasi ekonomi Indonesia. Upaya ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam kompetisi pasar modal global, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagaimana ditetapkan dalam agenda SDGs oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca Juga :  Anak-Anak TPQ di Labuapi Senang Terima Iqra dan Al-Quran dari iZaura

Dalam konteks pencapaian SDG, salah satu penghambat terbesar adalah perubahan iklim, tantangan global terbesar abad ini. Dibutuhkan pendekatan yang holistik untuk menguranginya, dan salah satu strategi yang efektif adalah melalui penerapan carbon pricing. Dengan memberikan harga pada emisi karbon, dunia dapat meminimalkan dampak perubahan iklim sekaligus mendorong inovasi teknologi rendah karbon.

Carbon pricing adalah mekanisme ekonomi yang memberikan nilai moneter pada emisi karbon. Tujuannya adalah untuk mencerminkan biaya kerusakan lingkungan akibat emisi tersebut, sehingga mendorong pelaku usaha untuk mengurangi jejak karbon mereka. Ada dua mekanisme utama carbon pricing:

  1. Carbon Tax: Pajak karbon langsung yang dikenakan pada jumlah emisi karbon yang dihasilkan, atau lebih umum, pada kadar karbon dalam bahan bakar fosil. Ini adalah harga per ton CO2e yang harus dibayar.
  2. Perdagangan Karbon: Mekanisme ini dapat dilakukan dalam dua bentuk:
    • Emissions Trading System (ETS) atau cap-and-trade: Sistem perdagangan karbon yang memungkinkan pelaku industri membeli atau menjual izin emisi karbon dalam batas tertentu (cap). Perusahaan yang emisinya di bawah batas dapat menjual kelebihan izinnya, sementara yang melebihi batas harus membeli izin tambahan.
    • Carbon Offset Credits atau Carbon Credits: Sistem perdagangan kredit karbon yang berasal dari proyek-proyek yang mampu mengurangi atau menyerap emisi karbon, seperti proyek reforestasi atau pengembangan energi terbarukan. Kredit ini dapat diperjualbelikan.
Baca Juga :  ITDC Salurkan Hewan Kurban di Bali, NTB, dan NTT untuk Perkuat Relasi Sosial

Sebagai negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, Indonesia telah mengambil langkah besar untuk mengadopsi carbon pricing melalui implementasi perdagangan karbon. Pada tahun 2023 lalu, Presiden Joko Widodo meluncurkan Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) yang dioperasikan oleh BEI. Langkah ini menandai komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon sebesar 31,89% secara unconditional dan hingga 43,20% secara conditional pada 2030, sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Nationally Determined Contributions (NDC).

Peran BEI dalam carbon pricing sangat vital. BEI bertindak sebagai penyedia platform perdagangan karbon, memungkinkan perusahaan atau entitas untuk membeli dan menjual baik kuota karbon maupun kredit karbon secara transparan. Dengan adanya bursa karbon, transaksi menjadi lebih terorganisir dan menarik lebih banyak partisipasi, baik dari pelaku industri domestik maupun internasional. Selain itu, perdagangan karbon melalui IDXCarbon juga memberikan kemampuan bagi Pemerintah Indonesia untuk memiliki kontrol dan mengawasi perdagangan karbon demi kepentingan masyarakat Indonesia yang sebesar-besarnya.

Melalui keberadaan Bursa Karbon, para pelaku usaha dapat memanfaatkan perdagangan karbon untuk mematuhi regulasi lingkungan yang semakin ketat. Dengan harga karbon yang mencerminkan biaya emisi, pelaku usaha memiliki insentif kuat untuk mengadopsi teknologi rendah karbon dan meningkatkan efisiensi energi. Ini adalah mekanisme pasar yang efektif untuk mendorong dekarbonisasi.

Implementasi carbon pricing memang tidak terlepas dari tantangan, seperti kebutuhan akan regulasi yang kuat dan edukasi bagi pelaku pasar. Dibutuhkan pemahaman mendalam dari semua pihak agar mekanisme ini dapat berjalan optimal dan mencapai tujuannya. Namun, peluang yang ditawarkan sangat besar: pengurangan emisi karbon yang signifikan, peningkatan investasi di sektor hijau, dan dukungan nyata untuk mencapai target net zero emissions.

Singkatnya, carbon pricing adalah alat kritis untuk mengatasi perubahan iklim. Dengan kehadiran Bursa Karbon Indonesia yang dikelola oleh Bursa Efek Indonesia, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menciptakan pasar karbon yang adil, efisien, dan berkelanjutan. Langkah ini tidak hanya memperkuat komitmen Indonesia terhadap lingkungan dan ekonomi hijau, namun juga dapat mendorong inovasi industri, menarik investasi hijau, serta mempercepat transisi menuju pembangunan rendah emisi yang inklusif dan berdaya saing global. Ini adalah investasi untuk masa depan Bumi dan generasi mendatang.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *