jurnalekbis.com/wp-content/uploads/2023/07/IMG_1893-250x190.jpg" alt="" width="192" height="146" />Jurnalekbis.com- Sebanyak 2.023 kamu perempuan, mengikuti begawe Jelo nyesek atau festival hari menenun massal yang digelar oleh pemerintah desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berlangsung di area persawahan bekas pasar desa setempat. Sabtu (8/7/2023).
Dalam festival menenun masal ini, di ikuti mulai anak-anak tingkat sekolah dasar hingga orang tua lanjut usia, mereka membawa perlengkapan menenun mulai dari kayu hingga benang yang digunakan untuk membuat kain tenun.
Kepala desa Sukarara, Samanbudi mengatakan sebelumnya ia telah menggelar menenun massal yang diikuti sekitar 1.500 orang, dan belum ada penun di seluruh Indonesia yang mengikuti sebanyak 2.023 seperti tahun ini .
“Sebelumnya kita ada sebanyak 1.500 orang penenun, belum ada di tingkat desa, kita pernah mendengar ada provinsi lain yang menggelar menenun masal, namun tingkat provinsi tidak di tingkat desa seperti yang kita lakukan,”ungkapnya.
Lebih lanjut,Samanbudi mengatakan, jumlah penenun di desa Sukarara sebanyak 3,200 penenun, dan untuk event begawe jelo nyesek ini, diikuti sebanyak 2023 orang, sesuai tahun yang dilaksanakan.
“Kalau jumlah penun kita sebanyak 3.200 orang penenun, yang kita turun sebanyak 2023 sesuai dengan tahun ini, “ ujarnya.
Untuk kali ini, tema yang diangkat adalah membangkitkan budaya Nyesek lintas generasi, dengan harapan budaya nyesek selalu tertanam dan dilestarikan oleh masyarakat, terlebih generasi muda untuk memperkenalkan warisan leluhur mereka.
“Kami melibatkan anak-anak agar mereka tahu bagaimana leluhur mereka itu, meninggal warisan seperti ini, harapan kita meski ini event di tingkat desa, namun dari bupati akan dijadikan kalender tahunan dan mudah-mudahan bisa menjadi event nasional,” ucapnya.
Selain itu, agar budaya nyesek atau menenun terus tetap dilestarikan, pemerintah desa dan tokoh adat desa setempat, memberlakukan peraturan atau awek-awek desa, tidak diperbolehkan Wanita untuk menikah, sebelum Wanita atau gadis bisa menenun atau nyesek.
“Tujuan kita suatu saat mereka menikah, dan suami mereka tidak mampu bekerja, maka Wanita ini lah yang akan mewakili mereka, makanya kita berikan sanksi kepada mereka yang menikah sebelum bisa melakukan kegiatan menenun,”tegasnya.
Sementara itu, Pemerhati pariwisata Taufan Rahmadi mengatakan kegiatan yang digelar oleh pemerintah desa Sukarara ini, merupakan pemantik bagi desa-wisata/">desa wisata khususnya tenun lain yang ada di NTB, agar bersama bergerak untuk memperkenalkan karya hasil masyarakatnya.
“Apa yang dilakukan oleh pemerintah desa Sukarara ini, adalah pemantik untuk bergerak bersama dimana semua desa-desa wisata, desa tenun yang ada di NTB untuk ramai-ramai mempersembahkan karya-karya dari pada masyarakatnya bahwa tenun kita tidak kalah dengan tenun buatan masyarakat lainya,” ungkapnya.
Selain itu, Taufan menegaskan, kegiatan event Begawe Jelo Nyesek ini, dinilai sangat tempat, digelar saat libur sekolah, pasca pandemic dan pas adanya event Limoff bertaraf internasional, yang mengundang sejumlah desainer ternama dari berbagai negeri.
“Ini momennya sangat pas, pertama libur sekolah, kedua saat pandemic dan saat ada event yang inline dengan konsepnya, yakni mengundang para desainer,dan ini bisa menjadi warisan dunia,” pungkasnya.
Menun masal ini, menjadi peserta terbanyak sebanyak 2023 orang penenun, menjadikan Begawe Jelo Nyesek ini sebagai memecahkan rekor muri.
Dalam festival Begawe Jelo Nyesek ini, dibuka langsung oleh Gubernur NTB, didampingi Bupati Kabupaten Lombok Tengah,serta sejumlah desainer asal luar negeri.