jurnalekbis.com/wp-content/uploads/2023/10/IMG_3278-250x190.jpg" alt="" width="204" height="155" />JE-Mataram- Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang paling terkenal di dunia. Batik adalah kain bergambar yang dibuat dengan cara menuliskan atau menerakan lilin pada kain, kemudian mewarnainya dengan proses tertentu. Batik memiliki ciri khas yang unik, seperti corak, motif, warna, dan makna simbolik yang berbeda-beda sesuai dengan daerah asalnya.
Seperti batik buatan warga binaan lembaga pemasyarakatan (Lapas) kelas II Mataram, berhasil membuat batik bercorak khas NTB, kualitas premium, yang diberi nama dengan batik Gembok atau Generasi Membatik Lombok.
“Dulu kami program unggulan adalah cukli, tapi sekarang kami memiliki produk unggulan adalah batik yang kita namai dengan batik gembok, Gembok ini sudah umum di Lapas, bahwa gembok-gembok itu identik dengan lapas, tapi kami mempunyai singkatan Generasi Membatik Lombok (Gembok),” ungkap Kalapas kelas II Mataram, Ketut Akbar Herry Achjar. Senin (2/10/2023).
Lebih lanjut Akbar menegaskan, bahwa tujuan program membatik dalam lapas, agar warga binaan yang sudah mahir membatik, bisa mengembangkan diri setelah bebas di tengah masyarakat.
“Kita hanya bisa menyiapkan generasi-generasi membatik, belajar membatik di lapas setelah keluarnya bsia mengebangkan dirinya sendiri di masyarakat,” ujarnya.
Batik Gembok ini, merupakan hasil kerjasama antara pihak Lapas Mataram dengan Sekolah menengah Kejuruan (SMK) 5 Mataram, yang telah melakukan pelatihan selama dua bulan kepada warga binaan, dan batik lebih bercorak khas NTB, mulai seni tradisional, tumbuhan dan kerajinan NTB.
“Alhamdulillah dari pelatihan kita dikerjasamakan dengan SMK 5 Mataram, sekarang kita sudah 3 produk batik gembok, dengan motif-motif khas NTB , karena batik ini ahanay ada di lombok ,” terangnya.
Selain itu, batik Gembok ini, lebih diminati oleh warga hingga pengusaha, karena coraknya lebih unit, ditulis langsung oleh warga binaan yang memiliki keterampilan melukis dan pembuat tato.
“Dan semangat warga binaan kami dari tukang lukis di luar dan yang suka membuat tato itu yang kami berdayakan,” pungkasnya.
Sementara itu, kepala sekolah Istiqlal mengatakan batik Gembok ini, memiliki polanya berbeda dengan batik Sasambo, batik Gembok seluruh jahitan memakai hitam dan batiknya di tempat tertentu, sedangkan batik Sasak Samawa Mbojo (Sasambo) polanya dapat di atur oleh tukang jahit.
“Ke khasan Batik Gembok itu adalah dia itu berpola, jadi dari itu tidak sama dengan batik Sasambo bedanya, kalau batik Sasambo itu dibuat polanya sama nanti tukang jahit yang mengatur, tapi kalau ini tidak, seluruh jahitan itu tidak seluruhnya pakai hitam, yang di batik itu di tempat-tempat tertentu, jadi batik Gembok ini, tukang jahitnya sama, dari mana kreatifitasnya di batik gembok itu, sehingga dia itu terlahir dari batik premium,” ungkapnya.
Meski harga batik Gembok jauh lebih mahal dari batik Sasambo, Istiqlal mengaku bangga, telah berhasil melatih warga binaan, sehingga menghasilkan batik premium dengan harga yang cukup tinggi di atas satu juta rupiah.
“Jadi kami bangga melahirkan batik premium langsung, bahkan bisa mengalahkan batik Sasambo dari harga , batik Gembok harganya diatas satu juta perlembar , kalau sasambo paling tinnggi cuman 800 rubu,” tegasnya.
Ditambahkan Istiqlal, bahwa perkembangan media digital, justru menjadi kemudahan sendiri, bagi para membatik, mereka bisa melakukan promosi dan menjual produk mereka melalui media sosial.