Mataram, Jurnalekbis.com – Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Nusa Tenggara Barat (NTB), Gusti Bagus Ngurah Putra Sandiana. menyampaikan bahwa pasar modal di provinsi tersebut berhasil tumbuh sebesar 20% pada tahun 2024, meskipun menghadapi tantangan ekonomi global dan geopolitik yang signifikan. Pertumbuhan ini tercermin dari meningkatnya jumlah investor pasar modal yang kini mencapai 148 ribu orang dengan KTP NTB.
“Di tahun 2024 ini, kita ketahui bersama tantangan perekonomian Indonesia cukup challenging, baik dari sisi geopolitik maupun ekonomi global. Namun, syukurnya kita di NTB tetap tumbuh 20%,” ujar Gusti. Jumat (13/12).
Jumlah investor pasar modal di NTB yang mencakup investor saham, obligasi, dan reksadana telah meningkat secara signifikan, mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap instrumen investasi ini.
Pertumbuhan jumlah investor di NTB tidak hanya terpusat di Kota Mataram, tetapi juga tersebar di daerah lain seperti Lombok Timur dan Lombok Tengah.
“Jumlahnya cukup merata, tidak hanya di kota Mataram saja tapi juga di Lombok Timur dan Lombok Tengah jumlahnya cukup banyak, hal ini menunjukkan bahwa minat terhadap investasi pasar modal sudah menjangkau berbagai lapisan masyarakat di berbagai wilayah NTB,” jelasnya.
Seperti halnya tren nasional, pasar modal di NTB juga didominasi oleh investor muda berusia 18-35 tahun. Selain itu, ibu rumah tangga dan pensiunan juga banyak yang turut serta sebagai investor di pasar modal.
“Mereka ini yang paling cepat melek teknologi dan tingkat keingintahuannya tinggi, jadi di usia itu banyak yang berasal dari kalangan mahasiswa, pegawai swasta, hingga karyawan entry level,” kata Gusti Bagus Ngurah Putra Sandiana.
Gusti Bagus Ngurah Putra Sandiana juga menyoroti perbedaan preferensi investasi antara investor muda dan yang lebih matang. Tingkat penjualan SBN di NTB cukup tinggi, menunjukkan minat besar dari investor yang lebih matang terhadap instrumen investasi yang lebih aman.
“Investor muda cenderung lebih suka yang risikonya agak tinggi seperti saham. Sedangkan investor yang usianya cukup matang, mereka biasa investasi reksadana karena mempertimbangkan risikonya, juga Surat Berharga Negara (SBN),” tambahnya.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, pertumbuhan pasar modal di NTB menunjukkan optimisme dan kepercayaan masyarakat terhadap peluang investasi di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti.
“Peningkatan literasi keuangan dan akses informasi investasi diharapkan terus mendorong pertumbuhan ini ke depannya,” pungkasnya.