Jakarta, Jurnalekbis.com – Banyak orang bekerja keras setiap hari, namun tetap merasa uangnya selalu habis tak bersisa di akhir bulan. Fenomena ini bukan soal besar kecilnya penghasilan, tetapi bagaimana seseorang mengelola keuangan dengan baik dan benar. Tanpa pengelolaan finansial yang sehat, sebesar apa pun pendapatan bisa lenyap dalam sekejap.
Mengelola keuangan pribadi bukanlah hal yang hanya berlaku bagi pebisnis atau orang kaya. Justru, prinsip-prinsip dasar pengelolaan uang sangat penting bagi siapa pun yang ingin hidup lebih stabil, bebas utang, dan siap menghadapi kondisi darurat.
Lantas, bagaimana sebenarnya cara mengelola keuangan yang benar? Artikel ini akan mengulas tuntas prinsip, strategi, dan kebiasaan penting yang perlu diterapkan agar keuangan pribadi tetap sehat dan terkendali.
1. Kenali Dulu Arus Kas Pribadi: Jangan Asal Terima dan Keluar
Langkah pertama yang sering diabaikan adalah mengenal arus kas pribadi—berapa penghasilan masuk dan untuk apa saja uang itu keluar.
Catat semua pengeluaran, sekecil apa pun, mulai dari belanja bulanan hingga ngopi di kafe. Gunakan aplikasi pencatat keuangan seperti Money Lover, Spendee, atau cukup dengan Google Sheets.
Dengan mencatat pengeluaran, kita bisa melihat pola konsumsi dan mengevaluasi apakah gaya hidup sudah sesuai dengan kemampuan.
“Uang itu seperti air, kalau tidak diarahkan akan mengalir ke mana saja tanpa kita sadari,” ujar Aidil Akbar Madjid, Perencana Keuangan.
2. Terapkan Rumus 50:30:20 untuk Alokasi Dana
Untuk menjaga keseimbangan keuangan, banyak ahli merekomendasikan rumus 50:30:20, yaitu:
-
50% untuk kebutuhan pokok: makan, transportasi, sewa rumah, tagihan, dll.
-
30% untuk keinginan: hiburan, hobi, jalan-jalan, belanja fesyen.
-
20% untuk tabungan dan investasi: dana darurat, tabungan masa depan, emas, reksa dana, dan lain-lain.
Meski begitu, rumus ini bisa disesuaikan tergantung kondisi finansial masing-masing.
3. Siapkan Dana Darurat: Prioritas Sebelum Investasi
Banyak orang tergiur berinvestasi sebelum memiliki dana darurat. Padahal, dana darurat adalah fondasi penting dalam pengelolaan keuangan. Fungsinya untuk menghadapi situasi tak terduga seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau kerusakan kendaraan.
Idealnya, dana darurat sebesar:
-
3–6 bulan pengeluaran rutin untuk lajang
-
6–12 bulan pengeluaran rutin untuk keluarga
Simpan dana ini di instrumen yang likuid dan aman, seperti tabungan atau deposito.
4. Jangan Menabung Sisa Uang, Tapi Sisihkan di Awal
Kesalahan umum yang sering dilakukan adalah menabung dari sisa uang belanja bulanan. Akibatnya? Tak pernah ada sisa yang bisa disimpan.
Gunakan prinsip “pay yourself first”—begitu gaji masuk, langsung sisihkan minimal 10–20% untuk ditabung atau diinvestasikan sebelum membayar kebutuhan lainnya. Anggap tabungan sebagai ‘tagihan wajib’ yang tidak boleh diganggu gugat.

5. Batasi Penggunaan Kartu Kredit dan Paylater
Di era digital, kemudahan transaksi bisa jadi jebakan finansial. Kartu kredit, paylater, hingga cicilan 0% membuat banyak orang membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Jika tidak dikendalikan, utang konsumtif bisa membengkak dan menghancurkan kestabilan keuangan.
Gunakan kartu kredit hanya untuk hal produktif dan bisa dibayar lunas setiap bulan. Hindari paylater untuk keperluan non-urgent seperti belanja fesyen atau nongkrong.
6. Mulai Investasi, Sekecil Apa pun Nilainya
Setelah dana darurat aman, mulailah investasi. Tidak perlu langsung besar, mulailah dari yang kecil dan rutin. Sekarang sudah banyak platform investasi terpercaya seperti Bibit, Bareksa, atau Ajaib yang memungkinkan investasi mulai dari Rp10 ribu.
Pilih instrumen sesuai profil risiko:
-
Konservatif: deposito, emas
-
Moderat: reksa dana pendapatan tetap
-
Agresif: saham, kripto (dengan edukasi tinggi)
Investasi akan melindungi nilai uang dari inflasi dan menyiapkan masa depan.
7. Rutin Evaluasi Finansial Setiap Bulan
Mengelola keuangan bukan hal yang dilakukan sekali lalu selesai. Lakukan evaluasi bulanan agar bisa melihat progress, menyesuaikan target, dan memperbaiki kebocoran yang ada.
Tanyakan pada diri sendiri:
-
Apakah pengeluaran bulan ini terkendali?
-
Sudahkah saya menabung sesuai target?
-
Apa yang bisa saya perbaiki bulan depan?
8. Jangan Tunda Proteksi: Pahami Asuransi yang Dibutuhkan
Asuransi sering dianggap pengeluaran sia-sia. Padahal, justru inilah pelindung dari risiko besar yang bisa menguras tabungan dalam sekejap.
Setidaknya miliki:
-
Asuransi jiwa (bagi pencari nafkah keluarga)
-
Asuransi kendaraan/properti (jika punya aset)
Pilih polis yang sesuai kebutuhan dan kemampuan bayar.
9. Hati-Hati FOMO Finansial: Gaya Hidup Bukan Ajang Pamer
Salah satu penyebab kebocoran finansial adalah keinginan mengikuti gaya hidup orang lain—sering disebut FOMO (Fear of Missing Out).
Ingat, media sosial menampilkan pencitraan, bukan kondisi sebenarnya. Jangan tergoda membeli hanya karena ingin terlihat sukses.
“Uangmu bukan buat pamer. Uangmu untuk melindungi dirimu di masa depan,” tegas Ligwina Hananto, Financial Trainer.
10. Edukasi Diri tentang Finansial secara Berkala
Terakhir, jangan malas belajar. Banyak sumber terpercaya yang membahas literasi keuangan dalam format ringan dan praktis, seperti:
-
Podcast: “FinClever”, “Makna Talks”, “Diskartes”
-
YouTube: ZAP Finance, Finansialku, Andhika Diskartes
-
Buku: Rich Dad Poor Dad, The Psychology of Money, Your Money or Your Life
Semakin tinggi pemahaman kita, semakin baik keputusan finansial yang bisa diambil.