Jakarta, Jurnalekbis.com – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, tingginya harga kebutuhan pokok, dan tekanan gaya hidup modern, stres finansial menjadi momok nyata bagi banyak individu. Tak hanya memengaruhi kondisi dompet, tekanan finansial juga berpotensi mengganggu kesehatan mental dan fisik seseorang. Namun, kabar baiknya, stres finansial bukanlah kondisi permanen. Dengan pemahaman yang tepat dan langkah strategis, setiap orang bisa bangkit dan mengelola keuangannya dengan lebih bijak.
Stres Finansial: Apa Itu dan Mengapa Terjadi?
Stres finansial adalah tekanan emosional yang muncul akibat masalah keuangan, seperti utang menumpuk, penghasilan yang tidak mencukupi, atau ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Menurut survei yang dilakukan oleh Financial Health Network, lebih dari 60% masyarakat di negara berkembang mengaku pernah mengalami tekanan finansial berat, terutama pasca pandemi COVID-19.
Beberapa penyebab umum stres finansial antara lain:
-
Pendapatan yang tidak stabil (freelancer, pekerja harian, korban PHK)
-
Utang yang menumpuk, seperti cicilan kartu kredit, KTA, hingga pinjaman online
-
Pengeluaran lebih besar dari pemasukan, terutama karena gaya hidup konsumtif
-
Biaya hidup yang terus naik, namun penghasilan stagnan
-
Kejadian tak terduga, seperti sakit, kecelakaan, atau kehilangan pekerjaan
Dampak Stres Finansial terhadap Kehidupan
Stres akibat masalah uang tidak hanya menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga berdampak pada berbagai sisi kehidupan, mulai dari kesehatan mental, hubungan pribadi, hingga performa kerja.
1. Kesehatan Mental dan Fisik
Stres berkepanjangan dapat memicu gangguan kecemasan, insomnia, depresi, hingga burnout. Tidak sedikit kasus kesehatan fisik seperti maag kronis, tekanan darah tinggi, dan jantung berawal dari tekanan finansial yang tidak tertangani.
2. Hubungan Sosial dan Rumah Tangga
Masalah keuangan sering kali menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga, bahkan penyebab utama perceraian. Tekanan ini juga dapat merusak hubungan sosial, karena individu cenderung menarik diri atau merasa malu dengan kondisi keuangannya.
3. Produktivitas dan Karier
Karyawan yang mengalami stres finansial cenderung kurang fokus dan produktif. Dalam jangka panjang, hal ini bisa memengaruhi performa kerja dan mengancam kelangsungan karier.
Strategi Mengatasi Stres Finansial
Menghadapi tekanan finansial bukanlah hal mudah, namun bisa dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan disiplin. Berikut ini strategi yang terbukti efektif:
1. Evaluasi Kondisi Keuangan Secara Jujur
Langkah awal yang penting adalah mengakui bahwa Anda sedang mengalami masalah keuangan. Lakukan audit sederhana:
-
Berapa total pendapatan Anda per bulan?
-
Apa saja pengeluaran tetap dan variabel?
-
Berapa utang yang harus dibayar dan bunganya?
Dengan memahami posisi keuangan secara menyeluruh, Anda bisa mulai menyusun strategi realistis.
2. Susun Anggaran Prioritas
Gunakan metode 50/30/20:
-
50% untuk kebutuhan pokok (makan, transportasi, sewa)
-
30% untuk keinginan (hiburan, gaya hidup)
-
20% untuk menabung atau melunasi utang
Jika dalam kondisi darurat, fokuskan 70–80% anggaran hanya untuk kebutuhan pokok dan utang, sembari mengurangi pengeluaran gaya hidup.
3. Hindari Utang Konsumtif
Banyak orang terjebak dalam ilusi kemudahan cicilan. Padahal, utang konsumtif seperti paylater dan cicilan barang mewah hanya akan memperburuk tekanan finansial. Fokuslah pada pelunasan utang utama, terutama yang berbunga tinggi.
4. Cari Tambahan Penghasilan
Di era digital, peluang mencari penghasilan tambahan semakin terbuka:
-
Freelance di bidang menulis, desain, atau penerjemahan
-
Jualan online produk rumahan
-
Mengajar les privat atau kursus daring
-
Menjadi content creator atau afiliasi
Meski kecil, tambahan pendapatan bisa memberikan napas dalam mengelola keuangan dan mempercepat pelunasan utang.
5. Edukasi Diri soal Finansial
Kurangnya literasi keuangan adalah akar dari banyak masalah ekonomi pribadi. Luangkan waktu untuk:
-
Membaca buku atau artikel keuangan
-
Mengikuti webinar atau podcast tentang financial planning
-
Belajar investasi dan cara mengelola risiko
Semakin tinggi pemahaman, semakin matang pula cara Anda mengambil keputusan finansial.
6. Bangun Dana Darurat
Dana darurat idealnya sebesar 3–6 bulan pengeluaran rutin. Dana ini berfungsi sebagai bantalan saat terjadi krisis, seperti PHK atau sakit mendadak. Simpan dana ini di instrumen likuid seperti tabungan atau e-wallet berfitur bunga.
7. Konsultasi dengan Ahli
Jika tekanan terlalu berat, jangan ragu mencari bantuan profesional:
-
Financial planner: Untuk menyusun strategi dan solusi konkret
-
Psikolog keuangan: Jika stres sudah berdampak pada kesehatan mental
Langkah ini bukan tanda kelemahan, melainkan bukti bahwa Anda serius ingin memperbaiki keadaan.
Studi Kasus: Dari Tekanan ke Transformasi
Sebut saja “Dina”, seorang single mom di Jakarta yang harus membiayai dua anak setelah kehilangan pekerjaan di masa pandemi. Dengan utang kartu kredit dan cicilan motor, Dina sempat berpikir untuk menjual rumah orang tuanya.
Namun, setelah mengikuti program literasi keuangan gratis di komunitas lokal, Dina mulai mencatat pemasukan, memangkas pengeluaran, dan mulai menjual kue kering rumahan secara online. Dalam waktu 8 bulan, Dina berhasil melunasi utang dan bahkan mulai menabung untuk pendidikan anak.
Kisah seperti Dina menunjukkan bahwa dengan edukasi dan ketekunan, tekanan finansial bisa diubah menjadi motivasi perubahan hidup.