FORNAS

Vamos Rinjani NTB Curi Perhatian di FORNAS Lewat Barongsai Berbaju Adat Lombok

×

Vamos Rinjani NTB Curi Perhatian di FORNAS Lewat Barongsai Berbaju Adat Lombok

Sebarkan artikel ini
Vamos Rinjani NTB Curi Perhatian di FORNAS Lewat Barongsai Berbaju Adat Lombok
Kunjungi Sosial Media Kami

Mataram, Jurnalekbis.com – Suasana Mataram Mall mendadak riuh rendah, dipenuhi dentuman drum, simbal, dan sorak-sorai penonton. Bukan karena promo besar-besaran, melainkan gelaran akbar Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII 2025 cabang olahraga Persatuan Liong dan Barongsai Seluruh Indonesia (PLBSI). Perhelatan ini tak hanya menjadi ajang unjuk gigi bagi para atlet dari berbagai provinsi, namun juga sebuah panggung memukau yang berhasil mencuri perhatian ribuan pasang mata. Salah satu penampilan yang paling menyedot atensi adalah tim kebanggaan Nusa Tenggara Barat (NTB), Vamos Rinjani, yang tampil beda dengan balutan busana adat khas Lombok, menyuguhkan tarian barongsai yang penuh makna dan determinasi.

Seolah ingin menepis stigma bahwa barongsai hanya milik satu golongan, Vamos Rinjani hadir dengan misi ganda: meraih prestasi sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya lokal. Dengan lincah, dua tim yang mereka turunkan, “Auman Singa Betina Merindukan Bulan” dan “Singa Jantan yang Menemukan Jati Diri”, berhasil memukau juri dan penonton.

Baca Juga :  Jelang Pembukaan FORNAS VIII NTB, 18.615 Peserta Sudah Terakreditasi

Penampilan Vamos Rinjani memang berbeda dari yang lain. Saat tim lain mengenakan kostum barongsai standar, para atlet Vamos Rinjani dengan bangga memadukan gerakan akrobatik barongsai dengan busana adat khas Lombok. Sebuah keberanian yang patut diacungi jempol, mengingat tantangan dalam menyatukan dua elemen yang berbeda ini. Namun, justru inilah yang membuat mereka menjadi daya tarik utama dan buah bibir di kalangan pengunjung mall.

Mega Herlambang, pembina Vamos Rinjani, menjelaskan filosofi di balik pilihan kostum unik ini. “Kami dari NTB ingin memperlihatkan kebudayaan kita supaya lebih dikenal banyak oleh masyarakat luas dari luar daerah,” ujarnya dengan nada penuh kebanggaan.

Persiapan Vamos Rinjani terbilang intens. Selama tiga bulan, mereka berlatih keras demi FORNAS ini. Kebanyakan anggota tim adalah pelajar sekolah, bahkan ada pula yang sudah bekerja, menyisihkan waktu mereka yang terbatas untuk berlatih bersama. Semangat juang mereka patut diacungi jempol.”Ini baru pertama kali dan pengalaman baru untuk anak-anak kami,” kata Mega.

Baca Juga :  FAI di FORNAS VIII: Aksi Taktis dan Respons Cepat Tim Medis

“Kami berusaha semaksimal mungkin karena saya bangga anak-anak yang ikut lomba anak baru semua, masih anak-anak sekolah dari macam-macam sekolah, bahkan ada juga yang sudah bekerja,” ungkap Mega.

Menariknya, pemilihan busana adat tidak menjadi kendala berarti dalam koreografi. Mega menjelaskan bahwa mereka telah melakukan penyesuaian matang antara baju adat dengan gerakan barongsai. “Tidak ada kesulitan karena kita sudah menyesuaikan dulu antara baju adat dengan gerakan sehingga tidak ada kesulitan,” jelasnya.

Lebih dari sekadar kompetisi, partisipasi Vamos Rinjani memiliki tujuan mulia: mendobrak stereotip tentang barongsai. Selama ini, barongsai kerap diidentikkan hanya dengan budaya Tionghoa dan hanya muncul saat perayaan Imlek. Mega Herlambang ingin mengubah pandangan tersebut.

“Tujuan saya sebenarnya agar barongsai ini lebih dikenal luas oleh masyarakat Lombok, karena tahunya barongsai itu hanya Tionghoa punya, bukan olahraga, dan hanya bisa dipakai pada waktu Imlek saja, Kita mau memperkenalkan barongsai ini sudah masuk olahraga dan bisa juga digunakan untuk acara ulang tahun, perayaan besar, pembukaan toko, dan launching bisa dipakai, jadi tidak hanya mentok di Imlek saja.” tegas Mega.

Baca Juga :  WBAC NTB Loloskan 4 Tim ke Perempat Final Airsoft FORNAS VIII

Pernyataan ini sejalan dengan upaya PLBSI untuk mempopulerkan barongsai sebagai cabang olahraga yang dapat dinikmati dan dipelajari oleh siapa saja, tanpa memandang latar belakang etnis atau agama. Ini adalah langkah maju dalam inklusivitas dan pemahaman lintas budaya. Barongsai, dengan segala keindahan gerakan dan filosofinya, sesungguhnya memiliki potensi untuk menjadi simbol perayaan universal.

Meski target awal adalah medali emas, Mega Herlambang tetap merasa bangga dengan perjuangan timnya. “Sebenarnya kita targetnya emas, tapi mereka sudah berjuang. Apapun hasilnya, kami tetap bangga,” tuturnya.

Dua tim yang diturunkan Vamos Rinjani dalam FORNAS ini, “Auman Singa Betina Merindukan Bulan” dan “Singa Jantan yang Menemukan Jati Diri”, tidak hanya menampilkan kebolehan teknis, tetapi juga narasi emosional yang mendalam. Mereka bukan hanya menari, tetapi bercerita melalui gerakan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *