Mataram, Jurnalekbis.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan optimis tinggi terhadap stabilitas sistem keuangan dan perkembangan sistem pembayaran digital di NTB pada Triwulan IV 2024.
“Berbagai indikator ekonomi menunjukkan tren positif, mencerminkan kesiapan NTB menghadapi tantangan ekonomi tahun 2025,” ungkap Kepala KPW BI NTB, Berry Arifsyah Harahap, Sabtu (25/1).
Pertumbuhan kredit perbankan di NTB mencatat angka positif, meningkat dari 9,32% menjadi 9,51% (yoy). Kredit investasi menjadi kontributor utama, menunjukkan peningkatan signifikan dalam proyek-proyek yang mendukung pembangunan ekonomi.
“Kredit konsumsi tetap stabil, menandakan daya beli masyarakat yang terjaga,” jelasnya.
Dilihat dari lokasi proyek, pertumbuhan kredit mencapai 10,14%, mendekati target nasional sebesar 10-12%. Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) tetap rendah di angka 1,61%, mengindikasikan kualitas kredit yang baik.
“Likuiditas perbankan juga menunjukkan kinerja yang kuat, didukung oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) rumah tangga yang tumbuh sebesar 9,63%. Hal ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan di NTB,” ujarnya.
Salah satu pencapaian utama pada Triwulan IV 2024 adalah perkembangan sistem pembayaran digital, khususnya melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Hingga akhir 2024, NTB mencatat 40 ribu pengguna baru QRIS dan tambahan 50 ribu merchant yang bergabung dalam ekosistem pembayaran digital.
“Total volume transaksi digital mencapai 18,57 juta kali, menggarisbawahi preferensi masyarakat yang semakin tinggi terhadap pembayaran non-tunai. Selain itu, transaksi belanja ritel tumbuh 11,5% (yoy), menunjukkan adopsi teknologi digital dalam aktivitas sehari-hari semakin meluas,” ucapnya.
BI juga menekankan pentingnya pengembangan QRIS berbasis NFC (Near Field Communication), khususnya di sektor transportasi, untuk mendukung prinsip integrasi, interkoneksi, dan interoperabilitas dalam sistem pembayaran nasional.
“Meskipun capaian positif terlihat jelas, tantangan tetap ada. Salah satu perhatian utama adalah penurunan DPK pemerintah daerah akibat lonjakan belanja akhir tahun. Situasi ini memengaruhi likuiditas jangka pendek, meskipun BI optimis bahwa kebijakan makroprudensial pro-growth akan mampu menjaga stabilitas ekonomi di tengah aktivitas ekonomi yang meningkat,” tegasnya.
Berry Arifsyah Harahap menyampaikan, melalui kombinasi antara stabilitas sistem keuangan yang kuat dan penetrasi digital yang semakin luas, NTB siap menghadapi peluang dan tantangan ekonomi di tahun 2025.
“Dengan sinergi antara sektor perbankan, penetrasi digital, dan kebijakan makroprudensial yang mendukung pertumbuhan, NTB berada di jalur yang tepat untuk mempertahankan stabilitas keuangan dan meningkatkan daya saing ekonomi di tingkat nasional,” tutupnya.
Optimisme ini didukung oleh berbagai indikator positif yang menunjukkan bahwa NTB siap menyongsong tahun 2025 dengan fondasi ekonomi yang kokoh. Sistem pembayaran digital yang terus berkembang, pertumbuhan kredit yang stabil, dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan menjadi motor penggerak utama dalam menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.