News

Dari Sawah ke Barak: Kisah Opik, Santri Desa Teko yang Kini Jadi Prajurit TNI

×

Dari Sawah ke Barak: Kisah Opik, Santri Desa Teko yang Kini Jadi Prajurit TNI

Sebarkan artikel ini
Dari Sawah ke Barak: Kisah Opik, Santri Desa Teko yang Kini Jadi Prajurit TNI
Kunjungi Sosial Media Kami

Lombok Timur, Jurnalekbis.com– Di tengah sunyinya perkampungan dan hijaunya hamparan sawah Desa Teko, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, lahirlah sebuah kisah inspiratif yang kini menjadi obor semangat baru bagi para pemuda desa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah desa ini, seorang pemuda dari latar belakang keluarga petani dan peternak berhasil mengukir prestasi luar biasa: menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI AD).

Namanya M. Taufikurrahman, atau yang akrab disapa Opik oleh warga kampung. Ia bukan berasal dari keluarga berada. Ayahnya, Mahrun, adalah peternak kambing, sementara ibunya, Selamah, sehari-hari mengolah ladang dan sawah. Dari latar belakang yang sangat sederhana inilah, tumbuh tekad yang luar biasa besar.

Baca Juga :  Gempa M5,8 Guncang Laut Sawu NTT, Tidak Berpotensi Tsunami

Kisah Opik bukan sekadar tentang keberhasilan menjadi seorang prajurit. Ini adalah narasi perjuangan, keyakinan, dan transformasi hidup. Dari anak desa yang terbiasa memikul karung hasil panen dan mengurus hewan ternak, menjadi prajurit yang kini siap mengabdi untuk bangsa dan negara.

Jejak pendidikan Opik dimulai dari Pondok Pesantren Diniyah Jami’ Al-Cholil Tontong Suit, sebuah lembaga pendidikan berbasis agama yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Di sanalah Opik menimba ilmu agama, menghafal Al-Qur’an, mempelajari kitab kuning, dan membangun pondasi keimanan serta disiplin yang kini menjadi karakter utamanya.

Setiap hari, selepas membantu orang tuanya di sawah, Opik kembali ke pondok. Di saat teman sebaya asyik bermain, ia memilih menekuni ilmu dan mendalami nilai-nilai kehidupan dari para ustaz.

Baca Juga :  Menuju Indonesia Emas: MBG Hadirkan Gizi, Serap Tenaga Kerja Lokal

“Saya berdiri di sini bukan karena hebat saya, tapi karena Allah mengizinkan. Doa orang tua, para guru, dan kerja keras serta istiqomah adalah kunci. Jangan pernah malu menjadi anak peternak, jangan pernah malu menjadi santri. Semua itu adalah kehormatan,” ungkap Opik dalam sebuah kegiatan motivasi di pondoknya beberapa waktu lalu.

Menjadi anggota TNI bukan hal mudah. Apalagi bagi seorang santri dari desa kecil yang tidak memiliki fasilitas latihan fisik yang memadai, atau akses mudah terhadap informasi pendaftaran. Namun, keterbatasan itu tidak menyurutkan langkah Opik.

Dengan semangat tinggi dan restu orang tua, Opik mengikuti seleksi masuk TNI AD. Prosesnya panjang dan penuh tantangan: mulai dari tes administrasi, tes kesehatan, hingga seleksi fisik dan mental.

Baca Juga :  Ikatan Mahsiswa Demokrasi Lombok Timur Siap Dukung Pemilu 2024 Damai

Namun tekadnya yang kuat, dibarengi dengan ketekunan latihan mandiri dan dorongan dari guru-guru pondok, mengantarkannya lulus seleksi dan resmi menjadi prajurit TNI AD.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *