Mataram, Jurnalekbis.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid secara resmi mengeluarkan peringatan dini terhadap potensi banjir rob yang berisiko melanda wilayah pesisir Lombok dan pesisir Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Fenomena ini disebabkan oleh pasang air laut maksimum yang diperkirakan berlangsung selama delapan hari, mulai 20 Juli 2025 pukul 08.00 WITA hingga 28 Juli 2025 pukul 20.00 WITA.
Menurut Kepala Stasiun Meteorologi ZAM, Satria Topan Primadi, S.Si, masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan guna mengantisipasi dampak banjir rob yang bisa terjadi sewaktu-waktu, terutama pada jam-jam pasang tertinggi.
BMKG mencatat bahwa tinggi pasang maksimum berpotensi mencapai lebih dari 1,7 meter di sejumlah lokasi di NTB. Dalam keterangannya, Satria Topan menjelaskan bahwa waktu pasang tertinggi diproyeksikan berbeda di masing-masing daerah. Untuk wilayah Lembar, pasang maksimum diperkirakan terjadi antara pukul 07.00 hingga 13.00 WITA, sedangkan di Sape, Bima, diperkirakan antara 05.00 hingga 15.00 WITA.
“Pasang laut yang tinggi ini merupakan fenomena rutin tahunan yang sering beriringan dengan posisi bulan purnama atau perigee. Namun, saat bertepatan dengan faktor cuaca buruk dan gelombang tinggi, risikonya dapat meningkat dan menyebabkan genangan hingga banjir rob,” ujar Satria.
BMKG telah memetakan sejumlah wilayah pesisir dan rendah di NTB yang diprediksi memiliki potensi terdampak banjir rob selama periode peringatan ini. Wilayah-wilayah tersebut meliputi:
Lombok:
Sumbawa:
- Sumbawa
- Labuhan Badas
Bima dan Sekitarnya:
- Palibelo
- Woha
- Bolo
- Langgudu
- Soromandi
- Sape
- Rasanae Barat
- Hu’u
- Asakota
Masyarakat di wilayah-wilayah tersebut diminta untuk waspada terhadap genangan air di permukiman, akses jalan utama yang terendam, dan potensi kerusakan pada fasilitas umum di kawasan pesisir.
BMKG juga memberikan prakiraan terkait cuaca dan kondisi laut selama periode peringatan. Wilayah Lembar dan Sape akan mengalami cuaca cerah berawan hingga hujan ringan, dengan arah angin dominan dari timur hingga selatan dengan kecepatan 5–20 knot. Sementara itu, tinggi gelombang diperkirakan berkisar antara 0,1 hingga 2,5 meter.

Kondisi ini, apabila bertepatan dengan jam pasang maksimum, bisa memperparah efek limpasan air laut ke daratan, khususnya di daerah yang tidak memiliki sistem tanggul atau drainase yang baik.
Dalam keterangannya, BMKG mengimbau agar masyarakat tetap tenang namun tidak mengabaikan risiko yang ada. Warga yang tinggal di pesisir atau bantaran sungai, khususnya yang berada di daerah rendah, dianjurkan untuk:
- Mengamankan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi
- Menyiapkan jalur evakuasi darurat
- Tidak beraktivitas terlalu dekat dengan bibir pantai pada jam pasang
- Mengikuti perkembangan informasi cuaca dan pasang surut dari kanal resmi BMKG
“Kami meminta masyarakat agar tidak panik, namun tetap waspada dan memantau informasi resmi. Semua data kami update secara berkala,” tegas Satria.
Untuk mendapatkan data terkini dan akurat, masyarakat disarankan untuk mengakses informasi langsung dari kanal resmi BMKG, antara lain:
- Situs web: http://maritim.bmkg.go.id
- Instagram, Facebook, dan Twitter: @infobmkgntb
- Aplikasi Info BMKG di Play Store dan App Store
BMKG menekankan pentingnya filter informasi agar masyarakat tidak terpengaruh oleh isu atau hoaks terkait bencana yang dapat memicu kepanikan tidak perlu.
Fenomena banjir rob bukan hanya menjadi ancaman terhadap keselamatan jiwa, tetapi juga berdampak pada sektor ekonomi dan infrastruktur. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, beberapa dampak yang biasa terjadi meliputi:
- Gangguan distribusi barang karena akses jalan tergenang
- Kerusakan perahu nelayan dan tambak
- Penurunan produktivitas pelabuhan
- Rendaman pada lahan pertanian dan tambak garam
- Gangguan aktivitas perdagangan di pasar-pasar pesisir
Pemerintah daerah dan pihak BPBD NTB diharapkan dapat melakukan tindakan mitigasi sejak dini agar risiko dampak tersebut dapat ditekan seminimal mungkin.
Menanggapi peringatan dini tersebut, Dinas Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB disebut telah melakukan koordinasi bersama pihak-pihak terkait. Langkah antisipatif berupa pengecekan jalur evakuasi, penyediaan logistik darurat, serta pemetaan titik rawan telah dilakukan di sejumlah kabupaten/kota.
Langkah proaktif seperti ini penting agar masyarakat tidak hanya bergantung pada informasi cuaca, tetapi juga memiliki dukungan sistem darurat di lapangan saat kondisi kritis terjadi.