Mataram, Jurnalekbis.com – Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTB bersama Perum Bulog Wilayah NTB menggelar Lomba Masak Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Teras Udayana, Sabtu (15/11). Kegiatan ini bukan sekadar kompetisi kuliner, tetapi langkah strategis Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam mengedukasi masyarakat soal kualitas beras SPHP yang menjadi instrumen penting pengendalian harga pangan di daerah.
Kepala Perwakilan BI NTB, Hario K Pamungkas, menegaskan bahwa beras masih menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar di NTB. Karena itu, ketersediaan, keterjangkauan harga, dan kelancaran distribusi harus terjaga sepanjang waktu.
“Kami di Bank Indonesia bersama TPID selalu berupaya agar beras ini tersedia, harganya terjangkau, dan distribusinya lancar,” ujar Hario.
Lomba masak ini membagi peserta ke dalam dua kategori, yakni Chef Profesional dan Komunitas Ibu-Ibu. Kehadiran juri profesional seperti Ketua ICA NTB Chef Anton dan Finalis MasterChef Indonesia Season 6 menambah kualitas kompetisi dan menarik perhatian masyarakat.
Menurut Hario, keterlibatan komunitas ibu-ibu dalam kategori khusus bukan tanpa alasan. Ia menyebut mereka sebagai garda terdepan ketahanan pangan keluarga.
“Walaupun sekarang sudah ada teknologi dan makanan bisa dipesan hanya lewat gawai, ibu-ibu di sini tetap teruji, berani, dan konsisten dalam mengolah makanan untuk keluarga,” jelasnya.
Mengusung tema “Satu Butir Seribu Rasa”, BI NTB dan Bulog berharap berbagai kreasi kuliner berbahan dasar beras SPHP dapat menjadi inspirasi rumah tangga dalam memaksimalkan bahan pangan berkualitas dengan harga terjangkau. Selain itu, kegiatan ini menjadi kampanye edukatif untuk menegaskan bahwa beras SPHP tidak hanya murah, tetapi juga enak dan layak dikonsumsi sehari-hari.
Tidak hanya lomba, BI NTB turut menyerahkan bantuan bibit mangrove kepada Pokdarwis Bagek Kembar, Lombok Barat, sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat pesisir.
Pemimpin Wilayah Bulog NTB, Mara Kamin Siregar, mengatakan kegiatan lomba ini bertujuan menunjukkan bahwa beras SPHP memiliki kualitas rasa yang mampu bersaing. Ia menegaskan bahwa beras SPHP merupakan komitmen pemerintah untuk menjamin ketersediaan pangan berkualitas baik dengan harga yang dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Beras SPHP Bulog saat ini adalah yang termurah di pasaran. Harga eceran tertinggi hanya Rp 12.500 per kilogram. Bahkan kalau dibeli langsung di gudang oleh mitra Bulog, harganya Rp 11.000 per kilogram,” ungkapnya.
Lebih menarik lagi, beras SPHP yang digunakan dalam lomba ini merupakan produk lokal hasil kerja sama Bulog dengan petani, Gapoktan, dan pihak perbankan di NTB. Kolaborasi ini diharapkan memperkuat rantai pasok pangan lokal dan memberikan nilai tambah bagi petani.
“Kami dari Bulog mengucapkan terima kasih kepada Pak Hario beserta jajaran yang telah melaksanakan kegiatan lomba masak beras SPHP ini,” tutup Siregar.
Melalui kegiatan kolaboratif ini, BI NTB dan Bulog ingin menegaskan bahwa menjaga stabilitas harga pangan tidak hanya berbicara soal kebijakan, tetapi juga membangun kesadaran publik. Lomba masak menjadi cara kreatif untuk mendekatkan masyarakat pada program SPHP, sekaligus memastikan upaya pengendalian inflasi berjalan efektif dan berkelanjutan.












