jurnalekbis.com/wp-content/uploads/2023/05/WhatsApp-Image-2023-05-15-at-15.38.55-250x190.jpg" alt="" width="150" height="114" />Jurnalekbis.com- Limbah kotoran hewan seperti kotoran sapi, kambing, ayam dan unggas lainnya dapat dimanfaatkan. Terutama pengolahan kotoran hewan menjadi pupuk kompos, sehingga dapat digunakan sebagai pupuk di pertanian. Dengan begitu akan mampu meningkatkan produktivitas lahan pertanian di NTB.
CEO Dasar Group dan Arus Foundation H. Ahmad Rusni mengatakan persoalan lingkungan adalah persoalan yang harus diselesaikan bersama. Ia menilai, masih banyaknya kotoran yang bereserakan dan belum dimanfaatkan secara optimal. Terutama kotoran ternak, dan unggas. Untuk itu, ia membuat gebrakan nasional dengan membentuk tim pemburu tai (kotoran) melalui wadah Arus Fondation Dasar Group. Tim pemburu tai ini inline dengan program perioritas Pemprov NTB, zero waste (nol sampah).
“Jadi program ini spesifik untuk pengelolaan dan pemanfaatan kotoran hewan maupun unggas untuk pembuatan pupuk kompos. Supaya lingkungan kita bersih, jangan ada tai yang berserakan. Padahal bisa dimanfaatkan. Terutama tai sapi, kambing, ayam,” ujar H Ahmad Rusni, Rabu (17/5).
Nantinya tim inilah yang akan berburu dan mengumpulkan kotoran-kotoran hewan muaupun unggas yang ada di masyarakat. Kemudian dengan dibentuknya tim tersebut masyarakat akan tergerak memanfaatkan kotoran yang berserakan sebagai komoditas pendukung ekonomi kerakyatan.
“Tim Pemburu Tai atau PETA ini sudah kita bentuk di beberapa kabupaten dan kota di NTB sebagai pilot projek nasional ini. Nanti akan bergerak mencari pusat-pusat kotoran ternak dan unggas untuk dibeli dari masyarakat. Harganya bisa Rp15.000 perkarung,” terang pengusaha property ini.
Setelah dilakukan pengumpulan terhadap kotoran-kotoran hewan atau unggas tersebut, akan dibuat menjadi kompos. Dimana dibangun sebuah lubang untuk penampungan besar, kemudia dari lubang permentasi inilah, kotoran-kotoran tersebut dicampur dengan sampah organik.
“Dalam waktu seminggu, kotoran yang dicampur dengan daun-daunan. Nanti itu sudah bisa diubah menjadi pupuk organik. Setelah itu, pupuk kompos ini bisa digunakan untuk pemupukkan pada lahan-lahan pertanian,” tuturnya.
Dimana dengan pupuk tersebut lahan kering pun dapat dimanfaatkan untuk menanam berbagai tanamanan. Baik buah-buahan maupun tanaman lainnya. Di lahan itulah pupuk kompos ini dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan lahan. Pupuk-pupuk kompos ini rencananya juga diharapkan bisa dimanfaatkan untuk menghijaukan lahan-lahan masyarakat yang masih gundul.
“Lahan masyarakat kita masih luas. Lahan kita masih banyak yang gundul, dan lahan kita masih banyak yang tidak dimanfaatkan optimal. Lahan kita rusak akhirnya sering terjadi bencana,” ucapnya.
Diharapkan dengan pemanfaatan kotoran hewan dan unggas yang diolah menjadi pupuk kompos, kedepannya bisa dikembangkan untuk menyuburkan kembali lahan-lahan kita supaya hijau lagi. Sehingga lahan yang tadinya tandus semakin produktif, tentunya ini akan mempengaruhi perekonomian masyarakat.
“Makanya saya mendorong, supaya semakin banyaknya terbentuk Tim Pemburu Tai ini sebagai gerakan penyadaran kepada masyarakat untuk memanfaatkan kotoran, dari tingkat lingkungan, desa/kelurahan, hingga ke tingkat yang lebih luas,” imbuhnya.