Jurnalekbis.com -Berawal dari sekedar hobi dan bermodalkan internet, Seorang pemuda bernama Rendy Satriawan Jayadi asal Desa Rumbuk Kecamatan, Sakra Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (NTB) berhasil kembangkan tanaman selada sistem hidroponik dengan omset jutaan rupiah perminggu. Sabtu (27/5/2023).
Rendy Satriawan Jayadi pemilik Tofonic faram mengatakan awal mula dirinya bergelut di dunia hidroponik sejak tahun 2015 lalu. Saat itu ia melihat tanaman hidroponik di halaman Facebook kemudian tertarik untuk mencoba bercocok tanam.
“Waktu itu saya masih kuliah, karena saya hobi bercocok tanam akhirnya saya coba-coba dulu membuat hidroponik di halaman kontrakan dengan menggunakan sterofom. Belajar melalui Facebook dan Google karena waktu itu belum ada di channel YouTube,” ungkapnya
Berbekal pengetahuan yang didapat dari internet tersebut, ia mencoba bercocok tanam tanaman selada di halaman rumahnya dengan bermodalkan delapan paralon. Setelah berhasil pada tahun 2021 lalu ia kemudian mulai mengembangkan tanaman tersebut dengan menyewa lahan seluas 4 are dengan total modal sebesar Rp 55 juta.

Disebutkan dari 8 meja hidroponik yang baru beroperasi, dirinya bisa meraup omzet Rp1 juta sampai Rp 2 juta per minggu. Selain dijual di tempat dan diambil oleh pengepul, Selada tersebut juga banyak dikirim ke keluar daerah seperti Pulau Sumbawa, Bima, Dompu, Lombok Tengah, Lombok Barat dan Mataram.
“Kalau ke hotel saya biasa kirim ke Gili Trawangan, kute Mandalika dan beberapa hotel di Mataram, Alhamdulillah sudah bisa balik modal,” ungkapnya.
Adapun harga jual selada ini dijual denganĀ harga Rp 30 sampai Rp 35 ribu per kilogram, sementara untuk perbijinya dijual dengan harga Rp5 ribu. Akan tetapi biasanya para pembeli lebih memilih membeli per kilogram.
Diakui, Kendala yang dialami pada awal terjun ke usaha ini adalah terkait pemasaran, karena tanaman selada ini masih kurang dikenal, sehingga untuk pemasaran ia merasa sedikit kesulitan.
Selain itu, kendala lainnya ialah ketika selada biasa sudah panen raya akan membuat harga selada Hidroponik menjadi anjlok. Karena banyaknya stok selada di pasaran.
“Itu lebihnya kita menggunakan sistem hidroponik, kita bisa mengatur rotasi penanaman, sehingga kita bisa memprediksi kapan waktu harga akan murah dan mahal,” terangnya.
Diakui Rendy permintaan selada dengan sistem hidroponik sangat tinggi, bahkan dirinya mengaku kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar karena hasil panen belum begitu banyak.
“Permintaan sudah banyak bahkan belum bisa memenuhi permintaan pasar karena belum bisa panen dengan skala besar. Insyaallah dalam waktu dekat yang delapan mejanya akan saya aktifkan lagi, supaya bisa panen lebih banyak lagi,” pungkasnya