jurnalekbis.com/wp-content/uploads/2023/06/IMG_0290-250x190.jpg" alt="" width="209" height="159" />Jurnalekbis.com- Plastik salah satu jenis sampah yang sangat sulit terurai dalam tanah, bahkan keberadaan sampah plastik tidak hanya merusak keindahan lingkungan namun juga sebagai media penyebar berbagai macam penyakit.
Namun lain halnya sejumlah ibu-ibu di desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tergabung dalam Mina Tenun Lombok Penenun Perempuan, mengolah sampah plastik menjadi kerajinan tenun dengan berbagi kerajinan motif yang bernilai jual tinggi.
Ketua Ani Apriani Ketua kelompok Mina Tenun menuturkan ide mengolah sampah plastik menjadi barang kerajinan, berawal kesedihannya melihat sampah plastik kresek yang terbuang karena tidak memiliki nilai jualnya, sehingga ia termotivasi membuat produk dari olahan plastik kresek menjadi kerajinan.
“Saya terinspirasi karena melihat sampah kresek ini yang tidak ada nilai jualnya sama sekali, semakin banyak sampah yang terbuang dalam keadaan bersih, makanya saya melihat peluang ini untuk memanfaatkan menjadi produk yang ada nilai jualnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut Aini, perempuan berusia 32 tahun asal Kecamatan Pagutan Kota Mataram ini mengungkapkan, Desa Sukarara merupakan desa yang mayoritas perempuan sebagai penenun, sehingga ia melakukan percobaan penenun dengan bahan baku sampah plastik kresek, meski awalnya para penenun mendapat kesulitan.
“Di ini penemuannya sangat banyak dan potensinya juga sangat banyak, dan juga sudah turun temurun penenun di desa ini,” ujarnya.
Dari olahan sampah plastik kresek, para perajin Mina Tenun sudah mampu membuat berbagai macam kerajinan, mulai dari tas, sarung bantal, Taplak Meja dan biasanya langsung dipesan dan dibeli oleh para wisatawan asing mulai dari Belanda, dan Singapura, yang suka dengan kerajinan dari daur ulang.
“Kita buat Dompet, sarung bantal, dan ada taplak meja, kiat pemasaran masih secara mandiri, ada wisatawan yang datang mereka langsung membeli barang ini, itu dari Belanda, Australia kebanyakan bule-bule dari Eropa, mereka membawa untuk jadi oleh-oleh keluarganya, karena orang bule seneng banget sama risaikel apalagi daur ulang sampah plastik mereka sangat tertarik” bebernya.
Lanjut Ani, kelompok Mina Tenun memiliki sepuluh orang penenun, satu orang mampu menghasilkan dua hingga tiga lembar tenun plastik kresek, dengan harga mulai Rp, 100 ribu hingga Rp 175 ribu rupiah per lembar tergantung panjang dan lembar tenun, selanjutnya lembaran tenun dirajut menjadi berbagai kerajinan mulai tas , sarung bantal dan taplak meja, selama seminggu Ani mampu menghasilkan dua hingga empat juta rupiah.
“Seminggu itu bisa dapat dua lembar, untuk pegawai tahu penenun itu ada sembilan orang, kalau kesulitan sih tidak ada, karena mereka basicnya sudah menenun sehingga sangat mudah, namun saat membuat motif saja yang belum bisa dilakukan,” ucapnya.
Untuk mendukung dalam melestarikan lingkungan dengan menginisiasi kegiatan menenun plastik. PT, Pertamina Patra Niaga memberikan bantuan pengembangan tenun plastik, melihat plastik merupakan sampah yang paling banyak dijumpai terlebih pada sampah rumah tangga. Keresahan akan semakin bertambahnya volume sampah yang akan mengganggu pemandangan serta lingkungan memunculkan ide ketua kelompok mina tenun untuk membuat tenun dari plastik.
“Program kampung tenun wanita di desa sukarara ini hadir sebagai komitmen kami PT Pertamina Patra Niaga DPPU BIL dalam menjaga dan melestarikan budaya. Perkembangan zaman yang begitu cepat mempengaruhi pola hidup dan konsumsi masyarakat yang nantinya akan berpengaruh terhadap kondisi budaya dan lingkungan,” ungkap I Nyoman Ana, Operation Head DPPU BIL
Selain itu, PT Pertamina kegiatan itu sebagai upaya mendorong pengembangan desa Sukarara agar memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya mengolah sampah plastik kresek menjadi tenun.
“Program ini kami desain dengan mendorong pengembangan Desa Sukarara yang memiliki ciri khas tersendiri, kami mengolah bahan sampah plastik sebab plastik merupakan sampah rumah tangga terbanyak yang kita temukan,Inovasi ini sebagai wujud aksi kami menjaga lingkungan seiring sejalan dengan menumbuhkan kehidupan ekonomi masyarakat,” pungkasnya.
Dalam sehari, Kelompok Mina Tenun ini dalam sehari menghabiskan 30 kantong plastik, dan satu produk jadi di jual mulai harga Rp. 50 Ribu hingga Rp. 175 Ribu rupiah.
Untuk pembuatan Tenun plastik, pertama-tama, plastik dibersihkan, kemudian dipotong memanjang sekitar satu sentimeter secara manual lalu dirangkai menjadi pengganti benang. Untuk kain tenunan plastik satu meter persegi rata-rata dibutuhkan 30-35 sampah plastik. Selanjutnya di tenun, dan proses terakhir di rajut.
Adapun penghasilan yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok sekitar Rp240.000 dalam satu minggu. Nantinya berbagai program pendampingan akan dijalankan untuk menjaga eksistensi dari produk tenun ini khususnya tenun plastik.