jurnalekbis.com/wp-content/uploads/2023/07/WhatsApp-Image-2023-07-22-at-19.30.51-250x190.jpeg" alt="" width="186" height="141" />Jurnalekbis.com-Patheng Dudu merupakan nama sebuah permainan tradisional asli Indonesia yang berasal dari daerah Banyuwangi. Permainan ini berasal dari tradisi menumpuk batu di sungai atau yang dikenal dengan istilah “rock balancing”. Dalam bahasa adat Osing Banyuwangi, ‘patheng’ berarti tekun.
Seiring perkembangannya, bermain Patheng Dudu, dulu menggunakan batu, selanjutnya dibuat dengan kayu yang dibuat menjadi sejenis dadu dengan berbagai bentuk, ukuran, lebar sisi, berat dan kerataan yang berbeda-beda. Cara memainkan permainan Patheng Dudu yaitu dengan menumpuk dan menyusun satu-persatu dadu kayu menjadi susunan yang berdiri tegak.
Ketua Komite Permainan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI), Fadlu mengatakan permainan Patheng Dudu ini termasuk susah-susah gampang, karena walaupun permainan ini hanya menumpuk dan menyusun, sisi dan potongan kayu yang tidak sama membuat pemain perlu berhati-hati, fokus, dan sabar untuk memainkannya agar tidak oleng atau miring. “Permainan patheng dudu ini memang unik, selain melatih motorik kasar juga sekaligus melatih motorik halus dan otak. Melatih untuk selalu fokus, konsentrasi, dan melatih kebersamaan dan kesabaran dalam menghadapi kehidupan” jelasnya.
Selanjutnya, Egrang Batok. Egrang Batok mempunyai keunikan, tantangan, dan keseruan lain lagi. Melalui alat permainan berupa batok kelapa yang diberi tali, dan dijadikan menjadi alas kaki, pemain berusaha melangkah, berjalan, dan bahkan berlari beradu kecepatan. Tantangan yang seru dalam permainan ini adalahmenyeimbangkan tubuh di atas sepatu batok sambil berlari agar tidak terjatuh.
“Permainan ini memerlukan koordinasi yang baik antara gerakan kaki, tangan, tubuh, dan mata untuk menjaga keseimbangan. Pemain harus memiliki keterampilan koordinasi yang luwes antara kaki, tangan, badan dan tentu otak,” tutur Fadlu.
Sementara itu, permainan Dam-daman merupakan permainan tradisional dengan tujuan untuk mengasah otak. Permainan ini menggunakan media papan permainan dan pion atau bidak untuk bermain. Permainan ini dilakukan oleh dua orang pemain. “Permainan Dam-daman bermanfaat untuk melatih kemampuan mengatur strategi, bersikap positif, bersikap hati- hati dalam mengambil keputusan, menanamkan kejujuran, dan melatih daya ingat,” ujar Fadlu.
Tidak kalah seru dalam festival ini adalah perlombaan Balap Karung yang populer di berbagai daerah di Indonesia. Dalam festival ini, perlombaan lari karung dilakukan secara estafet. Nilai-nilai manfaat dari lari karung antara lain kerja keras, kerja sama, dan sportivitas. “Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain untuk sampai di garis finish secepat mungkin,” pungkas Fadlu.
Pada Festival Permainan Tradisional di Banyuwangi, juara pertama lomba permainan Patheng Dudu tingkat SD diraih oleh tim dari Kecamatan Purwoharjo, juara kedua diraih oleh tim dari Kecamatan Blimbingan, dan juara ketiga diraih oleh tim dari Kecamatan Glenmore. Sementara itu, untuk tingkat PAUD, juara pertama diraih oleh tim dari Kecamatan Banyuwangi, juara kedua tim dari Kecamatan Genteng, dan juara ketiga diraih oleh tim dari Kecamatan Singojuruh.
Pada permainan Balap Karung Estafet, juara pertama diraih oleh tim dari Kecamatan Kalipuro, juara kedua tim dari Kecamatan Muncar, dan juara ketiga diraih oleh tim dari Kecamatan Tegaldimo. Untuk permainan Dam Daman, juara pertama diraih oleh Azka Futu Khiyatur Rosyidah, siswa kelas V SD Negeri 3 Kaliploso, Kecamatan Cluring. Juara kedua diraih oleh Aina Zahra Magareta, siswa kelas V SD Negeri 5 Kedungrejo, Kecamatan Muncar, juara ketiga diraih oleh Nuria Asyifatul Qolbi, siswa kelas V SD Negeri 2 Bangsring, Kecamatan Wongosrejo. Sementara itu, pada permainan Egrang Batok, tiga tim yang menjadi finalis dan akan berlaga pada sesi selanjutnya adalah tim dari Kecamatan Glenmore, Pesanggaran, dan Tegaldimo.