jurnalekbis.com/wp-content/uploads/2023/08/IMG_4702-250x190.jpg" alt="" width="184" height="140" />JE,Mataram- Suasana duka menyelimuti keluarga Wahyu Dian Silviani (34) seorang Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Solo, korban pembunuhan yang dilakukan oleh seorang kuli bangunan berinisial DF (23) di dalam rumahnya perumahan Graha Sejahtera, Desa Tempel, kecamatan Gatak, Sukoharjo Jawa Tengah.
Ibu dan ayah serta adik-adik korban, tidak kuasa menahan kesedihan, mereka nampak tegar dan mengikhlaskan, saat jenazah Dian masuk kedalam Liang lahat, di pemakaman lingkungan rumah Dian, Lingkungan Pejeruk, Kecamatan Ampenan Kota Mataram, NTB.
Ayah Korban Dian Wahyu Silviani Prof. Moh Hasil Tamzil, mengungkapkan dalam keseharian korban, dikenal baik, sopan santun dan mudah bergaul dengan siapa pun, sehingga ia tidak terima perkataan pelaku, ia nekat membunuh anaknya hanya gara-gara sakit hati.
“Si pelaku katanya sakit hati gara-gara dikatain, di katain dengan kata yang tidak wajar, kalau saya lihat, saya lebih tahu bagaimana behaviour anak saya , anak saya ini orang yang tidak banyak bicara, anaknya santun dan sopan, sehingga kalau muncul kalimat bahwa dia marah gara-gara dikatain kayaknya tidak, ini ada sesuatu yang tersembunyi di balik pengakuan itu,” ungkapnya
Tamzil berharap, agar pihak kepolisian terus melakukan penyelidikan dan tidak percaya sepenuhnya dengan kesaksian pelaku, ia menduga ada pelaku merupakan orang suruhan.
“Saya berharap polisi harus cerdik melihat celah itu, ada sesuatu di balik ini, dan jangan puas dengan perkatan tersangka ini, siap tahu dia orang suruhan, ya memang apa yang di akui sama pelaku mengapa dia sampai tega membunuh tidak sesuai dengan kenyataan,”ujarnya.
Selain itu, ayah koran Dian menuturkan, bahwa sebelum pembunuhan sadis yang terjadi pada anaknya itu, korban sempat menceritakan apa yang sedang dialaminya di Solo, korban menyatakan bahwa jumlah mengajar hanya satu, tidak seperti biasanya selalu banyak jumlah mengajar.
“Bisanay kami yang sudah menjadi kebiasaan, setiap jam Sembilan sampai jam sepuluh , kami selalu Video Call, bercanda semua, dia cerita bahwa biasanya banyak saya mengajar pak, tapi kok sekarang saya dapatnay cuman satu artinay untuk keptugan BKD tidak cukup, salah saya apa, katanya,” tuturnya.
Sementara itu, Adik korban Fatin Nabila Fitri menyatakan, selama mengunjungi kakaknya di Solo, kakaknya selalu berbuat baik dan berkata sopan kepada pelaku, bahkan ia tidak segan-segan membelikan makanan dan minuman kepada pelaku yang sedang bekerja memperbaiki rumah kakaknya itu.
“Dua minggu saya di Solo, setelah seminggu balik dari Solo, saya ke Surabaya, saya dapat kabar, dia bilang kakak saya tololin dia, padahal kakak saya setiap ngecek kerumah itu, cuman datang ngeliat dan berkata “Ngih Suwun pak” sambil ngasih makanan minuman, kakak saya sering mengajak saya siang bolong mencarikan mereka minuman dna makanan,” ucapnya.
Selain itu, sebelum kejadian pembunuhan itu, ia dan kakaknya sempat mendengar suara langkah kaki di atas genteng rumah kakaknya, bahkan ia dan kakaknya terbangun karena suara Langkah kaki mirip manusia itu, terus terdengar hingga tepat di kamar tidur kakaknya.
“Kami dengar suara Langkah kaki di atas genteng, karena tidak ngerti bahanya apa, tapi itu kalau jalan itu langsung kedengaran, sudah biasa dengar suara tikus , kucing itu sudah biasa, saya itu , saya tidur habis Isya, terus terbagun jam 12 malam, untuk Skin Care itu biasanya, pas say abagun itu, dari arah depan langkah kaki pelan, setiap satu Langkah diam, sampai saya merasa suara itu mendekat ke kita tepatnya di lubang ventilator di dekat kamar mandi itu, bisa di buka,” tuturnya.
Karena takut, anaknya kemudian mengambil pisau untuk berjaga diri, karena mendegar korban masih terbagun, suara Langkah itu, terhenti hingga pagi, namun Fatia menyesal tidak menyuruh kakaknya itu, tidur di rumah temannya, dan membiarkan tidur seorang diri, sehingga korban ditemukan meninggal dunia akibat dibunuh.
“Setelah kejadian itu langsung aman tidak ada kejadian apa pun, saya menyesal menyuruh kakak saya tinggal sama teman-temannya tidak tinggal disana , seorang diri,” pungkasnya.
Keluarga Dian berharap, polisi mengungkap motif pembunuhan korban, dan menyelidiki siapa saja dalang pembunuhan keji terhadap putrinya itu.