JE-Mataram- Menjelang Hari Raya Nyepi, tradisi mengarak ogoh-ogoh menjadi daya tarik tersendiri bagi umat jurnalekbis.com/tag/hindu/">Hindu di Kota Mataram. Biasanya, ogoh-ogoh terbuat dari bahan-bahan seperti gabus, styrofoam, atau kertas semen yang tidak ramah lingkungan. Namun, berbeda dengan kelompok pemuda Cakranegara Kecamatan Cakranegara Kota Mataram ini. Mereka memanfaatkan barang bekas seperti koran dan kayu bekas untuk membuat ogoh-ogoh yang tak kalah menarik.
Salah satu kelompok pemuda yang tergabung dalam Banjar Ambengan Lingkungan Cakranegara ini membuat ogoh-ogoh dengan konsep Sangkakala Wijaya. Konsep ini menceritakan kisah para Resi yang bertapa untuk mencapai Moksa.
“Bahan-bahannya sendiri kita gunakan dari bahan bekas seperti koran, kayu, dan bambu. Kita juga membeli beberapa bahan seperti cat, kawat, dan kertas,” ujar I Wayan Suaryasa, konseptor ogoh-ogoh.Selasa (5/3/2024).

“Koran yang digunakan kurang lebih 25 kilogram, dan bambu kita dapatkan dari rekan-rekan di Humas Polda, Reserse Polda, dan Penrem Korem,” imbuhnya.
Pembuatan ogoh-ogoh ini memakan waktu sekitar dua bulan dengan biaya kurang lebih delapan juta rupiah.
“Kendala yang biasanya dihadapi adalah pendanaan untuk pembelian bahan-bahan pembuatan ogoh-ogoh,” ungkap Wayan.
Upaya kreatif pemuda Cakranegara ini patut diapresiasi. Mereka tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Penggunaan bahan bekas untuk membuat ogoh-ogoh merupakan langkah kecil yang dapat memberikan dampak positif bagi kelestarian alam.
Ogoh-ogoh ramah lingkungan ini menjadi bukti bahwa tradisi Bali tidak hanya menjaga nilai-nilai spiritual, tetapi juga peduli terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian, perayaan Nyepi tidak hanya menjadi hari suci bagi umat Hindu, tetapi juga menjadi hari yang bermanfaat bagi bumi.
Banjar Ambengan selalu ikut dalam festival ogoh-ogoh dalam menyambut catur penyepian, bahkan hasil kreatifitas dalam pembuatan ogoh-ogoh dengan dilengkapi narasi karakter ogoh-ogoh, mereka selalu juara satu dalam empat kali berturut-turut.