JE-Mataram – Di tengah musim panen, jurnalekbis.com/tag/harga/">harga beras di Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai turun. Dari sebelumnya Rp 16.000-15.000 per kilogram, kini turun menjadi Rp 13.000-14.000 per kilogram.
Namun, ironisnya, gabah dari NTB masih saja mengalir ke luar daerah. Hal ini disebabkan oleh harga gabah di luar daerah yang lebih tinggi, sehingga para petani tergiur untuk menjual hasil panen mereka ke luar NTB.
Kepala perdagangan/">Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti, mengatakan, meskipun sudah memasuki masa panen, pengiriman gabah keluar NTB masih terus terjadi.
“Masih terpantau, cuma ternyata petani masih banyak yang kirim keluar, karena harga di luar lebih tinggi,” ujar Nelly, Jumat (29/3).

Nelly menegaskan, seharusnya kebutuhan dalam daerah harus diutamakan terlebih dahulu sebelum gabah dikirim keluar. Selain itu, yang dikirim keluar daerah sebaiknya dalam bentuk beras, bukan gabah.
“Supaya mesin-mesin penggilingannya hidup. Teman-teman yang kerja di penggilingan dapat gaji, kita juga dapat pakan atau dedak,” terangnya.
Selain tergiur harga tinggi, Nelly mengungkapkan, faktor lain yang menyebabkan gabah NTB mengalir ke luar daerah adalah karena banyak petani yang terlilit hutang untuk biaya perawatan tanaman padi.
“Disatu sisi ini juga kondisi petani kita. Karena beli pupuk dan sebagainya, sudah dp duluan. Banyak faktor yang memang menyebabkan petani kita mau tidak mau (kirim keluar,red),” jelasnya.
Nelly berharap, para petani yang tidak terdesak kebutuhan ekonomi agar menahan diri untuk tidak mengirim gabah mereka ke luar daerah dan menjualnya ke Bulog. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras di NTB.
“Pasti khawatir, untuk tim pemantau yang kemarin kami belum turun. Kami lebih memantau ke distributor dan pasar dan disanan tersedia,” tandasnya.