JE-Lombok Barat- Semarak Hari Raya jurnalekbis.com/tag/idul-fitri/">Idul Fitri masih terasa di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kali ini, masyarakat suku Sasak merayakan tradisi Lebaran Topat yang tak kalah uniknya. Tradisi yang dilaksanakan sepekan setelah Idul Fitri ini tahun ini dipusatkan di Pantai Tanjung Bias, Desa Senteluk, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat.Rabu (17/4)
Lebaran Topat, yang juga dikenal sebagai Lebaran Ketupat, merupakan tradisi turun-temurun yang sarat makna. Dimulai dengan ziarah makam penyebar agama Islam di Pulau Lombok, tradisi ini kemudian dimeriahkan dengan arak-arakan gunungan ketupat beserta lauk pauknya menuju pusat kegiatan. Gunungan ketupat didoakan oleh para kyai sebelum akhirnya diperebutkan untuk dinikmati bersama-sama.
Tahun ini, Lebaran Topat terasa istimewa karena bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-66 Kabupaten Lombok Barat. Konsep perayaan nya pun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Berbeda dengan tahun sebelumnya yang diinisiasi oleh OPD, tahun ini Lebaran Topat dirayakan dari dan oleh masyarakat setempat,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, Agus Gunawan.
Antusiasme masyarakat terlihat dari 12 desa di Kecamatan Batu Layar yang turut berpartisipasi. Mereka membawa gunungan ketupat yang lebih tinggi dari OPD, menunjukkan tingginya partisipasi dan semangat masyarakat dalam memeriahkan tradisi ini.
“Lebih dari sekadar tradisi religi, Lebaran Topat juga sarat makna budaya. Dimulai dengan mengambil air di Lingkoq (Sumur) Emas, dilanjutkan dengan zikir di Makam Batu Layar, tradisi ini mencerminkan nilai-nilai budaya dan partisipasi masyarakat yang kuat,” jelasnya.

Selain memperkuat silaturahim antar desa, Lebaran Topat juga menjadi ajang promosi pariwisata Lombok Barat. Tradisi ini menjadi bagian dari rangkaian acara takbiran dan Lebaran yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke Lombok.
“Lebaran Topat bukan hanya tradisi, tapi juga momentum untuk membangkitkan pariwisata Lombok Barat,” pungkasnya.
Menurut Tokoh Budayawan Lombok, Sahnan, Lebaran Topat atau Lebaran Ketupat merupakan tradisi yang dikhususkan bagi perempuan, berbeda dengan Idul Fitri yang disebut sebagai Lebaran laki-laki. Tradisi ini dilestarikan setelah masyarakat menyelesaikan puasa Syawal selama satu minggu.
“Lebaran Topat ini merupakan lebaran perempuan, dan lebaran idul fitri adalah lebaran laki-laki,” ujar Sahnan.
“Sebelum tradisi ini dilakukan, warga terlebih dahulu melaksanakan puasa sunnah Syawal, sehingga ada juga yang menyebutnya sebagai Lebaran Taubat.”
Lebaran Topat tak hanya tradisi, tetapi juga warisan budaya leluhur masyarakat Sasak Lombok yang dikenal dengan sebutan Lebaran Adat Batur Sasak.
“Karena ini tradisi, sehingga disebut juga sebagai lebaran adat batur sasak (Warga sasak), dan juga termasuk wisata ziarah yang perlu kita pertahankan dan lestarikan,” beber Sahnan.
Sebelum tradisi Lebaran Topat dimulai, masyarakat melakukan ziarah ke Makam Batu Layar, kemudian zikir bersama, dan diakhiri dengan makan ketupat bersama.
“Sebelumnya ziarah makam, habis ziarah makam dia beracara, kemudian menghibur diri di pantai sambil membawa makan topat dilengkapi lauk pauk, seperti ayam panggang dan opor telur, nantinya di makan bersama keluarga,” jelas Sahnan.
Menu khas suku Sasak seperti ayam panggang, opor ayam, telur, urap, dan plecing kangkung menjadi hidangan utama dalam tradisi Lebaran Topat.
Keunikan tradisi ini tak luput dari perhatian wisatawan mancanegara, bahkan sejumlah wisatawan ikut menikmati hidangan dari lebaran topat itu.
Tradisi Lebaran Topat tak hanya menjadi momen religius, tetapi juga perpaduan tradisi, budaya, dan wisata yang menarik bagi wisatawan. Tradisi ini menjadi bukti kekayaan budaya Lombok yang perlu dilestarikan dan dibagikan kepada dunia.