JE-Mataram – Di tengah gejolak global dan ketegangan di Timur Tengah, pasar saham jurnalekbis.com/tag/indonesia/">Indonesia menunjukkan ketangguhannya. Bursa Efek Indonesia (BEI) belum mencatat aliran modal keluar (capital outflow) yang signifikan, dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dalam batas wajar.
“Kami belum melihat ada capital outflow yang sangat besar di pasar modal kita, semuanya masih dalam batasan yang wajar. Kita selalu berharap yang terbaik dengan pasar modal kita,” ujar Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik, Kamis (5/4).
Meskipun demikian, Jeffrey mengingatkan investor untuk tetap rasional dalam mengambil keputusan investasi. Investor perlu mempertimbangkan kondisi geopolitik terkini, termasuk ketegangan di Timur Tengah, dan fundamental perusahaan sebelum berinvestasi.

“Artinya melihat kepada fundamental perusahaan, faktor-faktor eksternal seperti geopolitik yang terjadi di Timur Tengah tentu akan memberikan dampak,” ucapnya.
Lebih lanjut, Jeffrey menjelaskan bahwa BEI terus memantau perkembangan situasi global dan dampaknya terhadap pasar saham Indonesia. Pihaknya juga akan terus menyampaikan informasi terbaru kepada investor agar mereka dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB, Berry Arifsyah Harahap, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah memang terpengaruh oleh ketegangan geopolitik. Namun, dia memperkirakan nilai tukar rupiah akan kembali stabil di semester kedua tahun ini.
“Belum (ada perubahan penurunan,red), ini kan sudah mulai masuk semester 2 arahnya akan turun di perkirakan di semester II, itu arahnya akan turun ada ruang penurunan (nilai tukar, red),” ujarnya.