JE-Mataram – jurnalekbis.com/tag/harga/">Harga bahan pokok yang meroket menjadi biang keladi inflasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) bulan Mei 2024. Data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB menunjukkan inflasi year-on-year (y-on-y) mencapai 2,77 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 106,36. Artinya, secara tahunan, harga-harga di NTB mengalami kenaikan.
“Hampir semua kelompok pengeluaran mengalami kenaikan, kecuali informasi, komunikasi, dan jasa keuangan,” ungkap Drs. Wahyudin M.M., Kepala BPS NTB.
Adapun kelompok pengeluaran yang paling terdampak adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan kenaikan 5,08 persen. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) turut memperparah situasi.
Meski mengalami inflasi tahunan, NTB justru mengalami deflasi bulan ke bulan (m-to-m) sebesar 0,41 persen pada Mei 2024. Hal ini menunjukkan bahwa secara bulanan, harga-harga di NTB cenderung turun.

“Penurunan harga beberapa komoditas seperti cabai merah, daging ayam, dan bawang merah pada awal Mei 2024 menyebabkan deflasi bulan ke bulan,” jelas Wahyudin.
Pemerintah provinsi NTB bersama kabupaten/kota terus berupaya mengendalikan inflasi melalui berbagai langkah, seperti pasar/">operasi pasar murah (OPM), Distribusi bahan pokok bersubsidi, pemantauan harga komoditas dan edukasi masyarakat untuk hemat belanja
“Upaya pengendalian inflasi membutuhkan kerjasama dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat,” tegas Wahyudin.
Lebih lanjut, Wahyudin menjelaskan bahwa tingkat inflasi y-on-y NTB mencapai 2,77 persen dan tingkat inflasi y-to-d sebesar 0,63 persen.
“Seluruh wilayah IHK di NTB mengalami inflasi y-on-y. Inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Kota Mataram sebesar 3,18 persen dengan IHK 106,56 dan terendah terjadi di Kab. Sumbawa sebesar 2,19 persen dengan IHK 106,27,” pungkas Wahyudin.
Upaya pengendalian inflasi harus terus dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi NTB.