Lombok Timur, Jurnalekbis.com- Sebuah insiden mengejutkan terjadi di sekitar Pelabuhan Labuhan Haji, Lombok Timur, saat salah satu Anak Buah Kapal (ABK) KM. TKF X ditemukan meninggal dunia di ruang tidur nahkoda. Korban yang diketahui bernama Kristoyo (40), seorang kepala kamar mesin asal Jawa Tengah, diduga meninggal dunia akibat serangan jantung. Kejadian ini menambah daftar panjang peristiwa tragis yang terjadi di wilayah maritim Indonesia.
“Pada pagi hari, sekitar pukul 09.00 WITA, Kristoyo dibangunkan oleh rekannya, Asmawi, namun tidak ada respons dari ABK atau korban. Kondisi ini awalnya tidak menimbulkan kecurigaan serius, karena Kristoyo dikenal sebagai sosok yang cukup pendiam dan tidak terlalu banyak berinteraksi dengan rekan-rekannya di kapal,” Kapolsek Iptu Sunardi. Senin (12/8).
Namun, kekhawatiran mulai muncul saat Kristoyo tidak juga bangun hingga sore hari. Sekitar pukul 17.30 WITA, rekan lainnya, Nurul Iman, mencoba membangunkannya kembali. Setelah memeriksa kondisi korban, Nurul Iman terkejut mendapati Kristoyo sudah tidak bernyawa. Segera setelah itu, pihak kapal berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat dan tim medis untuk melakukan tindakan lebih lanjut.
Menanggapi laporan penemuan mayat tersebut, tim dari Polres Lombok Timur yang dipimpin oleh Kapolsek Labuan Haji, Iptu Sunardi, segera menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP) bersama dengan tim kedokteran dari Rumah Sakit Umum Selong. Mereka melakukan pemeriksaan awal di lokasi, termasuk memeriksa kondisi tubuh korban.
“Kami tidak menemukan tanda-tanda kekerasan atau luka-luka mencurigakan di tubuh korban. Dugaan sementara, korban meninggal akibat serangan jantung.” Kondisi tubuh korban yang sudah kaku menandakan bahwa ia telah meninggal dunia setidaknya 12 jam sebelum ditemukan.
Kristoyo adalah warga asal Tegal, Jawa Tengah, yang bekerja sebagai kepala kamar mesin di kapal KM. TKF X. Berdasarkan keterangan dari pimpinan perusahaan kapal, Kristoyo sudah sekitar satu tahun tidak pernah pulang ke kampung halamannya dan jarang berkomunikasi dengan keluarganya. Informasi ini menambah nuansa tragis dari kejadian ini, mengingat korban juga belum memiliki keluarga sendiri.
Menurut keterangan rekan-rekan korban, Kristoyo dikenal sebagai sosok yang pekerja keras dan sering kali menghabiskan waktunya di atas kapal. Keterbatasan komunikasi dengan keluarga serta tekanan pekerjaan di laut mungkin menjadi faktor yang memperburuk kondisi kesehatannya.
Setelah melakukan pemeriksaan awal dan memastikan tidak ada tanda-tanda kekerasan, jenazah Kristoyo dibawa ke Rumah Sakit Umum Selong untuk dilakukan autopsi. Autopsi ini penting untuk memastikan penyebab pasti kematian, meskipun dugaan sementara mengarah pada serangan jantung.
Pihak perusahaan telah berkoordinasi dengan keluarga korban di Tegal untuk proses pemulangan jenazah. Keluarga meminta agar jenazah Kristoyo dibawa pulang ke kampung halamannya untuk dimakamkan. Pihak perusahaan dan tim medis sedang mempersiapkan segala kebutuhan untuk pemulangan jenazah secepat mungkin.