News

Gempa Bumi Berkekuatan 3,3 Guncang Sumbawa, NTB: Tidak Berpotensi Tsunami

×

Gempa Bumi Berkekuatan 3,3 Guncang Sumbawa, NTB: Tidak Berpotensi Tsunami

Sebarkan artikel ini
Gempa Bumi Berkekuatan 3,3 Guncang Sumbawa, NTB: Tidak Berpotensi Tsunami
Kunjungi Sosial Media Kami

Mataram, Jurnalekbis.com – Rabu, 9 Oktober 2024, wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), diguncang oleh gempa-bumi-penyebab-jenis-dampak-dan-upaya-mitigasi/" target="_blank" rel="noopener">gempa bumi tektonik berkekuatan Magnitudo (M) 3,3. Berdasarkan analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi tersebut terjadi pada pukul 19.31 WITA dan berpusat di darat, dengan episenter berada pada koordinat 8,44° LS dan 117,15° BT. Gempa ini berlokasi sekitar 12 km timur laut Pernang, NTB, dengan kedalaman 14 km.

Menurut laporan BMKG, gempa bumi yang mengguncang Sumbawa tergolong sebagai gempa dangkal. Jenis gempa ini biasanya terjadi akibat aktivitas sesar aktif di darat. Lokasi episenter dan kedalaman hiposenter menunjukkan bahwa gempa ini berkaitan erat dengan aktivitas sesar yang masih aktif di kawasan tersebut.

Gempa bumi dangkal seperti ini sering kali terasa lebih kuat dibandingkan dengan gempa bumi yang terjadi di kedalaman yang lebih besar. Meski demikian, gempa bumi berkekuatan M 3,3 tergolong kecil dan tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan.

Baca Juga :  Peringatan Dini Cuaca Nusa Tenggara Barat: Hujan Sedang-Lebat dan Angin Kencang

Meskipun gempa ini berkekuatan relatif kecil, getarannya tetap dirasakan oleh warga di sekitar wilayah Sumbawa. Berdasarkan laporan yang diterima, guncangan dirasakan di wilayah Sumbawa dengan intensitas II MMI (Modified Mercalli Intensity). Pada skala ini, getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung terlihat bergoyang.

Hingga saat ini, belum ada laporan kerusakan yang diakibatkan oleh gempa ini. “Meskipun getarannya terasa oleh beberapa warga, kami belum menerima laporan adanya kerusakan bangunan atau fasilitas publik akibat gempa ini,” ujar Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, S.Si.

Salah satu hal penting yang menjadi perhatian masyarakat ketika terjadi gempa bumi di wilayah Indonesia, terutama di kawasan dekat pantai, adalah potensi terjadinya tsunami. Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan oleh BMKG, gempa bumi yang terjadi di Sumbawa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Ini disebabkan oleh lokasi episenter gempa yang berada di darat, jauh dari garis pantai, serta kekuatan gempa yang relatif kecil.

Baca Juga :  BI Harapkan Komoditas Perkebunan Masuk Valuta Asing

Hingga pukul 19.48 WITA pada hari yang sama, BMKG melaporkan bahwa belum ada aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock yang terdeteksi. Meski begitu, BMKG tetap melakukan pemantauan intensif untuk memastikan tidak ada gempa susulan yang bisa berpotensi membahayakan.

Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, S.Si, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. “Kami terus memantau situasi, dan hingga saat ini belum ada tanda-tanda gempa susulan. Namun, kami tetap menghimbau masyarakat untuk waspada dan mengikuti informasi resmi dari BMKG,” ujar Ardhianto.

Menghadapi situasi gempa bumi, BMKG juga mengeluarkan beberapa imbauan penting bagi masyarakat agar tetap aman. Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak mudah terpancing oleh informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. “Kami mengimbau agar masyarakat tidak terpengaruh oleh isu atau kabar yang tidak jelas sumbernya. Pastikan informasi yang diterima berasal dari sumber resmi seperti BMKG,” tambah Ardhianto.

Baca Juga :  BI Kunjungi Ponpes Peraih Festival Ekonomi dan Keuangan Syariah Kawasan Timur Indonesia

Selain itu, BMKG juga meminta masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Bangunan yang mengalami kerusakan akibat getaran gempa berpotensi membahayakan, terutama jika terdapat retakan yang mengancam kestabilan struktur bangunan. “Sebelum kembali masuk ke rumah atau bangunan, pastikan tidak ada kerusakan yang signifikan yang bisa membahayakan. Periksa secara menyeluruh kondisi bangunan,” imbau Ardhianto.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *