NasionalNews

Konflik Memanas, Anggota UNIFIL Terluka di Lebanon Selatan

×

Konflik Memanas, Anggota UNIFIL Terluka di Lebanon Selatan

Sebarkan artikel ini
Konflik Memanas, Anggota UNIFIL Terluka di Lebanon Selatan

Jurnalekbis.com – Pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tergabung dalam misi UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) kembali menjadi korban dalam konflik yang berlangsung di Lebanon Selatan. Seorang anggota pasukan perdamaian dilaporkan terluka akibat baku tembak yang terjadi di wilayah Naqoura, Lebanon Selatan, pada Minggu malam (13/10/2024). Hingga saat ini, asal usul tembakan yang mengenai markas UNIFIL masih belum dapat dipastikan.

Menurut pernyataan resmi dari markas misi UNIFIL, insiden tersebut terjadi di tengah meningkatnya aktivitas militer di sekitar Naqoura, yang berdekatan dengan perbatasan Israel-Lebanon. “Seorang anggota pasukan perdamaian di markas UNIFIL di Naqoura terkena tembakan akibat aktivitas militer yang sedang berlangsung di dekatnya,” demikian pernyataan resmi yang dirilis pada Senin (14/10/2024).

Anggota pasukan yang terluka tersebut segera dilarikan ke rumah sakit di Naqoura dan menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru. Saat ini, kondisinya dilaporkan stabil. Namun, PBB masih menyelidiki asal tembakan yang menyebabkan luka tersebut, mengingat baku tembak antara berbagai pihak yang terlibat dalam konflik semakin sering terjadi di wilayah tersebut.

Naqoura, tempat insiden ini terjadi, merupakan lokasi strategis yang berdekatan dengan perbatasan Israel dan menjadi pusat operasi militer Israel melawan kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon Selatan. Serangan udara dan roket Israel telah berlangsung sejak awal Oktober 2024, setelah Israel meluncurkan operasi darat melawan Hizbullah pada 1 Oktober. Konflik antara kedua pihak ini semakin meningkat, menambah ketegangan di kawasan perbatasan yang memang sudah lama menjadi wilayah rawan.

Baca Juga :  Jemaah Haji Asal Garut Wafat di Madinah, Diduga Dehidrasi dan Kelelahan

Akibat konflik ini, pasukan perdamaian PBB di bawah komando UNIFIL sering kali terjebak dalam baku tembak yang terjadi di antara berbagai pihak yang terlibat. Selain insiden pada Minggu malam, bangunan markas UNIFIL di Desa Ramyah, yang terletak tidak jauh dari Naqoura, juga mengalami kerusakan akibat ledakan dari penembakan yang terjadi di sekitar wilayah tersebut.

Ini bukan kali pertama pasukan perdamaian UNIFIL menjadi korban dalam konflik di Lebanon Selatan. Beberapa hari sebelumnya, pada Kamis (10/10/2024), UNIFIL melaporkan bahwa sebuah tank Israel menembakkan senjata ke arah menara pengamatan di Naqoura. Dua anggota pasukan perdamaian terluka akibat tembakan tersebut.

Keesokan harinya, pada Jumat (11/10/2024), dua anggota pasukan perdamaian lainnya juga mengalami luka-luka akibat dua ledakan yang terjadi di menara pengamatan yang sama. Serangkaian insiden ini menunjukkan betapa rentannya pasukan perdamaian PBB dalam menjalankan tugas mereka di tengah konflik yang semakin memanas.

UNIFIL dibentuk pada tahun 1978 oleh Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di perbatasan Lebanon-Israel. Tugas mereka meliputi memantau gencatan senjata, mendukung Pemerintah Lebanon dalam mengamankan wilayah selatannya, serta membantu menjaga situasi yang aman di sepanjang Garis Biru (Blue Line) yang menjadi perbatasan tidak resmi antara kedua negara.

Baca Juga :  Bunda Lale Perkenalkan produk Buatan NTB Ke Dubes Palestina

Namun, sejak operasi darat yang diluncurkan Israel pada Oktober 2024, tugas UNIFIL menjadi semakin berbahaya. Pasukan perdamaian PBB di Lebanon telah berulang kali menjadi sasaran serangan, baik langsung maupun tidak langsung, selama konflik yang melibatkan militer Israel dan Hizbullah. PBB sendiri telah mengeluarkan pernyataan bahwa serangan terhadap pasukan perdamaian UNIFIL merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan mendesak semua pihak untuk menghormati mandat PBB.

Sejumlah negara dan organisasi internasional telah mengecam kekerasan yang terus meningkat di Lebanon Selatan. PBB melalui juru bicaranya menekankan pentingnya perlindungan bagi pasukan perdamaian yang tengah menjalankan misi untuk menjaga stabilitas kawasan. Mereka juga mengingatkan bahwa semua pihak yang terlibat dalam konflik harus mematuhi hukum humaniter internasional, termasuk melindungi personel PBB dan warga sipil di wilayah konflik.

Meskipun demikian, konflik antara Israel dan Hizbullah masih terus berlanjut tanpa adanya tanda-tanda perdamaian dalam waktu dekat. Serangan roket dan serangan udara dari kedua belah pihak telah menimbulkan dampak yang signifikan bagi penduduk sipil di Lebanon Selatan, dan situasi keamanan di kawasan ini tetap sangat rawan.

Baca Juga :  Pulau Moyo Terang Benderang 24 Jam, Membuka Peluang Baru Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat

Misi UNIFIL di Lebanon selalu menghadapi tantangan yang kompleks. Selain ancaman langsung dari konflik bersenjata, mereka juga harus menghadapi situasi politik yang rumit di Lebanon. Ketidakstabilan politik dan sosial di Lebanon semakin memperburuk situasi keamanan di kawasan perbatasan. Konflik ini tidak hanya melibatkan Israel dan Hizbullah, tetapi juga terkait dengan dinamika politik yang lebih luas di Timur Tengah.

UNIFIL, yang terdiri dari lebih dari 10.000 personel dari berbagai negara, telah berusaha keras untuk menjaga perdamaian di kawasan tersebut. Namun, serangan terhadap pasukan perdamaian semakin menunjukkan bahwa situasi di Lebanon Selatan semakin tidak terkendali, dan misi perdamaian PBB menghadapi tantangan besar dalam menjalankan mandat mereka.

Dengan semakin meningkatnya ketegangan di Lebanon Selatan, PBB dan komunitas internasional terus menyerukan penghentian kekerasan dan pencarian solusi diplomatik untuk menyelesaikan konflik. Perdamaian yang berkelanjutan di kawasan ini tidak hanya penting bagi Lebanon dan Israel, tetapi juga bagi stabilitas kawasan Timur Tengah secara keseluruhan.

Dalam jangka pendek, PBB akan terus memperkuat perlindungan bagi personel UNIFIL dan berupaya mengurangi risiko serangan terhadap pasukan perdamaian. Meskipun situasi keamanan di Naqoura dan wilayah sekitarnya masih tidak menentu, UNIFIL tetap berkomitmen untuk menjalankan tugas mereka menjaga perdamaian di perbatasan Lebanon-Israel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *