BusinessIndustri

Cuaca Ekstrem dan Tantangan Pasar Hambat Ekspor NTB 2024

×

Cuaca Ekstrem dan Tantangan Pasar Hambat Ekspor NTB 2024

Sebarkan artikel ini
Cuaca Ekstrem dan Tantangan Pasar Hambat Ekspor NTB 2024

Mataram, Jurnalekbis.com – Ekspor non-tambang yang selama ini menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) menghadapi tantangan berat di tahun 2024. Penurunan signifikan terjadi akibat sejumlah faktor, dengan cuaca ekstrem dan penurunan produktivitas pertanian menjadi penyebab utama.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB, Berry Arifsyah Harahap, awal tahun 2024 diwarnai oleh kekeringan yang melanda sebagian besar wilayah NTB, khususnya pada bulan Januari hingga Februari. Kekeringan ini berdampak langsung pada sejumlah komoditas unggulan, seperti bawang, yang selama ini menjadi andalan ekspor NTB.

“Beberapa produk pertanian sangat terpengaruh oleh kondisi cuaca, seperti kekeringan yang menyebabkan penurunan kesuburan tanah. Hal ini membuat kita sulit untuk memproduksi secara optimal tanpa mengurangi kualitas tanah,” ungkap Berry, Jumat (10/1).

Dampak paling mencolok dari kekeringan ini dirasakan oleh petani bawang di Bima, salah satu sentra produksi utama di NTB. Menurunnya kesuburan tanah di Bima membuat banyak petani terpaksa mencari alternatif lokasi pertanian, seperti Sumbawa. Perpindahan ini tentu memengaruhi volume produksi bawang yang berkontribusi besar pada ekspor non-tambang NTB.

Baca Juga :  Menikmati Durian di Lombok: Rekomendasi Tempat Terbaik

“Keluhan dari petani bawang di Bima cukup banyak. Mereka mulai melirik daerah lain seperti Sumbawa untuk bertani. Ini tentu mempengaruhi ekspor non-tambang, khususnya sektor pertanian,” ujar Berry.

Selain faktor cuaca, keberlanjutan produksi dan pemahaman pasar menjadi tantangan lain yang dihadapi NTB. Berry menekankan pentingnya memahami kebutuhan pasar untuk memastikan produk yang dihasilkan memiliki daya saing.

“Jika kita menanam atau memproduksi barang tanpa memahami kebutuhan pasar, produk kita bisa saja tidak laku atau bahkan gagal,” tegasnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa beberapa komoditas unggulan NTB, seperti kerajinan ketak, kerap kali menghadapi masalah pasokan bahan baku. “Contoh seperti ketak, kita sudah beberapa kali mengekspor, namun sering hilang begitu saja. Itu karena persaingan dengan daerah lain yang membuat kita kalah dalam hal pasokan bahan baku,” bebernya.

Baca Juga :  Disperin NTB fokus Kembangkan Sektor Tembakau Di Desa Semoyang

Berry menyarankan agar NTB segera mengembangkan ekosistem produksi yang lebih solid, mulai dari riset pasar hingga penggunaan teknologi tepat guna. Dengan ekosistem yang terintegrasi, ekspor NTB dapat berjalan lebih berkelanjutan dan tidak bersifat sporadis.

“Kala ekosistem ini tidak dikembangkan, ekspor kita hanya akan bersifat sporadis, tidak terjamin,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya penggunaan teknologi dalam produksi dan distribusi komoditas ekspor. Dengan teknologi, efisiensi produksi dapat ditingkatkan, sementara kelangsungan pasokan barang lebih terjamin. “Dengan teknologi yang lebih baik, maka NTB bisa meningkatkan efisiensi produksi dan memastikan kelangsungan pasokan barang, bahkan untuk jangka panjang,” tambahnya.

Dalam upaya memulihkan kesuburan tanah, penggunaan pupuk organik juga menjadi solusi yang diusulkan. Meskipun tidak dapat sepenuhnya menggantikan pupuk kimia, pupuk organik dapat membantu memperbaiki kualitas tanah yang terdegradasi akibat kekeringan.

Baca Juga :  Nostalgia Generasi 90-an: Permen Bensons yang Tak Terlupakan

“Pentingnya penggunaan pupuk organik tidak bisa diabaikan, meskipun ia tidak sepenuhnya menggantikan pupuk kimia. Ini langkah awal untuk memulihkan kesuburan tanah,” ujarnya.

Berry menegaskan bahwa pengembangan ekspor NTB memerlukan kontribusi dari semua pihak. Pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat harus bekerja sama untuk membangun ekosistem yang berkelanjutan. “Ke depannya, kita perlu mengembangkan ekosistem yang menyeluruh, agar ekspor kita tidak hanya bersifat sesaat, melainkan berkelanjutan. Semua pihak perlu berkontribusi dalam pengembangan ini,” pungkasnya.

Dengan strategi yang tepat, NTB diharapkan mampu mengatasi tantangan ini dan kembali meningkatkan kinerja ekspor non-tambangnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara berkelanjutan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *