Sumbawa, Jurnalekbis.com – Wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), diguncang gempa bumi tektonik dengan magnitudo 4.7 pada hari Selasa, 01 April 2025, pukul 10.16.18 WITA. Informasi ini disampaikan secara resmi oleh Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Sumawan, ST, MM.
Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,26° Lintang Selatan (LS) dan 117,77° Bujur Timur (BT), tepatnya berlokasi di darat pada jarak 46 kilometer timur laut Sumbawa, NTB. Gempa ini terjadi pada kedalaman 10 kilometer.
“Selasa, 01 April 2025 pukul 10.16.18 WITA, wilayah Sumbawa diguncang gempabumi tektonik. Hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempabumi ini berkekuatan M=4,7. Episenter terletak pada koordinat 8,26° LS; 117,77° BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 46 km timur laut Sumbawa, NTB pada kedalaman 10 km,” jelas Sumawan dalam keterangan tertulisnya.
Dengan memperhatikan lokasi pusat gempa (episenter) yang berada di darat dan kedalaman sumber gempa (hiposenter) yang dangkal, BMKG mengklasifikasikan gempa bumi ini sebagai jenis gempa bumi dangkal. Aktivitas sesar aktif di darat menjadi pemicu utama terjadinya guncangan ini.
Analisis lebih lanjut mengenai mekanisme sumber gempa menunjukkan bahwa gempa bumi Sumbawa ini memiliki mekanisme sesar naik dengan kombinasi mendatar (oblique thrust fault). Mekanisme ini umum terjadi pada zona-zona sesar aktif indonesia/">di Indonesia yang memiliki kompleksitas tektonik tinggi.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif di darat. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme sesar naik dengan kombinasi mendatar (oblique thrust fault),” terang Sumawan.
Dampak dari gempa bumi ini, berdasarkan laporan dari masyarakat yang diterima oleh BMKG, berupa guncangan yang dirasakan di wilayah Bima dan Sumbawa dengan intensitas III MMI (Modified Mercalli Intensity). Pada skala III MMI, getaran dirasakan nyata di dalam rumah, dan terasa seakan-akan ada truk yang sedang berlalu.
“Dampak gempabumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di wilayah Bima dan Sumbawa III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu),” ungkap Sumawan.
Kabar baiknya, berdasarkan hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa bumi tektonik ini, BMKG menyatakan bahwa gempa bumi berkekuatan M 4.7 di Sumbawa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Masyarakat di wilayah pesisir Sumbawa dan sekitarnya diimbau untuk tidak panik namun tetap waspada.
“Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempabumi tektonik menunjukkan bahwa gempabumi ini TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI,” tegas Sumawan.

Hingga Selasa, 01 April 2025 pukul 11.00 WITA, hasil monitoring yang dilakukan oleh BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) di wilayah Sumbawa. Meskipun demikian, BMKG terus melakukan pemantauan secara intensif untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya aktivitas seismik lebih lanjut.
“Hingga hari Selasa, 01 April 2025 pukul 11.00 WITA, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock),” jelas Sumawan.
Menyikapi terjadinya gempa bumi ini, Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Sumawan, mengimbau kepada seluruh masyarakat di wilayah Sumbawa dan sekitarnya untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau berita bohong (hoax) yang mungkin beredar.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk menghindari bangunan yang mengalami retakan atau kerusakan akibat getaran gempa. BMKG menekankan pentingnya bagi masyarakat untuk memeriksa dan memastikan bahwa bangunan tempat tinggal mereka cukup tahan terhadap gempa, atau tidak mengalami kerusakan akibat getaran gempa yang dapat membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.
“Kepada Masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya. Agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah,” pungkas Sumawan.
Nusa Tenggara Barat, termasuk wilayah Sumbawa, merupakan daerah yang memiliki tingkat kerawanan gempa bumi yang cukup tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh letak geografis NTB yang berada di jalur pertemuan beberapa lempeng tektonik aktif, seperti Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dan menunjam di bawah Lempeng Eurasia. Aktivitas pergerakan lempeng inilah yang menjadi sumber utama terjadinya gempa bumi di wilayah ini.
Keberadaan sesar-sesar aktif di darat juga turut berkontribusi terhadap potensi terjadinya gempa bumi dangkal seperti yang terjadi di Sumbawa kali ini. Pemahaman akan kondisi geologis dan tektonik wilayah NTB menjadi penting dalam upaya mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi.
Data Regional Fiscal in Brief Februari 2025 menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Barat masih menghadapi berbagai tantangan fiskal. Dalam konteks ini, potensi terjadinya bencana alam seperti gempa bumi dapat menambah beban ekonomi daerah, terutama dalam hal penanganan dampak kerusakan dan pemulihan pasca-bencana.
Oleh karena itu, investasi dalam upaya kesiapsiagaan bencana, termasuk pembangunan infrastruktur yang tahan gempa, peningkatan kapasitas tim SAR dan penanggulangan bencana, serta edukasi masyarakat mengenai tindakan yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi, menjadi sangat krusial. Anggaran daerah perlu dialokasikan secara memadai untuk memperkuat ketahanan NTB terhadap berbagai potensi bencana alam.
Meskipun gempa bumi kali ini tidak dilaporkan menimbulkan kerusakan yang signifikan, kejadian ini tetap menjadi perhatian, terutama bagi sektor pariwisata NTB yang sedang berupaya bangkit pasca pandemi dan menjelang pembukaan kembali rinjani/">Gunung Rinjani. Kepercayaan wisatawan terhadap keamanan dan kenyamanan suatu destinasi wisata dapat dipengaruhi oleh kejadian bencana alam.
Oleh karena itu, respons cepat dan transparan dari pemerintah daerah dan BMKG dalam memberikan informasi yang akurat dan mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, sangat penting untuk menjaga citra positif NTB sebagai destinasi wisata yang aman dan terkelola dengan baik.