BusinessNews

12 Sapi Mati Akibat Antrean Truk di Pelabuhan Gili Mas, NTB

×

12 Sapi Mati Akibat Antrean Truk di Pelabuhan Gili Mas, NTB

Sebarkan artikel ini
12 Sapi Mati Akibat Antrean Truk di Pelabuhan Gili Mas, NTB
Kunjungi Sosial Media Kami

Lombok Barat,Jurnalekbis.com – Suasana duka dan kecemasan menyelimuti Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebanyak 12 ekor sapi dilaporkan mati akibat kelelahan setelah berhari-hari terjebak dalam antrean panjang truk pengangkut. Ratusan sapi lainnya kini dalam kondisi kritis, membuat para petani dan penggembala dari Bima dan Dompu dilanda keputusasaan menjelang Hari Raya Iduladha yang tinggal menghitung minggu.

Antrean truk yang mengular tanpa kepastian jadwal keberangkatan kapal menjadi penyebab utama tragedi ini. Lebih dari 200 truk pengangkut sapi kini tertahan di pelabuhan, hanya mengandalkan satu unit kapal besar dengan kapasitas terbatas sekitar 50 truk dan jadwal keberangkatan yang tidak menentu, bahkan bisa mencapai tiga hari sekali. Kapal kecil dengan kapasitas 17 truk pun tak mampu mengurai kemacetan logistik ternak yang kian parah dari waktu ke waktu.

Di bawah terik matahari yang menyengat dan dinginnya angin malam, para petani dari berbagai pelosok NTB terpaksa tidur di pelabuhan dengan alas seadanya. Mereka setia menjaga hewan-hewan ternak yang telah mereka besarkan dengan penuh susah payah selama berbulan-bulan, sebuah investasi dan harapan untuk menopang kehidupan keluarga.

Muziburrahman, Ketua Gabungan Kelompok Petani dan Nelayan Hibrida Indonesia (Gapehani) Kabupaten Bima, dengan nada pilu mengungkapkan betapa berartinya sapi-sapi tersebut bagi mereka. “Sapi-sapi ini bukan sekadar hewan bagi kami, ini harapan hidup. Kami rawat dengan susah payah, kadang lebih pentingkan beli pakan daripada makan sendiri. Sekarang, semua seperti sia-sia,” ujarnya, Minggu (20/4/2025).

Baca Juga :  Jalan Tol IKN Menuju HUT RI ke-79: Hampir Siap, Muluskan Akses Menuju Ibu Kota Baru!

Senada dengan Muziburrahman, Furkan Sangiang, Ketua Asosiasi Peternak dan Pedagang Sapi Bima Indonesia, menyampaikan permohonan mendesak kepada pemerintah, terutama Gubernur NTB, untuk segera turun tangan mengatasi krisis ini. “Kami tidak minta uang, kami hanya minta kapal. Kami mohon kepada pemerintah, khususnya Pak Gubernur, tolong bantu. Ini Iduladha tinggal hitungan minggu, ini waktu paling krusial,” katanya dengan nada penuh harap.

Kondisi memilukan ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi para petani, tetapi juga mengancam keberlangsungan ekonomi peternakan rakyat di NTB. Sapi-sapi yang seharusnya menjadi komoditas kurban untuk memenuhi kebutuhan di Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya kini terancam gagal berangkat. Jika hal ini terjadi, kerugian yang dialami petani bisa mencapai ratusan juta rupiah, sebuah pukulan telak yang menghancurkan harapan mereka.

“Bayangkan, banyak dari kami punya cicilan bank. Sapi-sapi inilah harapan untuk bayar utang, belikan beras, seragam sekolah anak-anak. Sekarang kami hanya bisa menatap sapi-sapi yang lemas, dan sebagian sudah mati,” lirih Muziburrahman, suaranya bergetar menahan kesedihan.

Furkan Sangiang menambahkan bahwa NTB selama ini dikenal sebagai salah satu penyokong utama kebutuhan sapi kurban nasional. Namun, ironisnya, permasalahan klasik berupa antrean panjang, keterbatasan kapal, dan minimnya perhatian terhadap sistem logistik ternak terus berulang setiap menjelang musim Iduladha.

Baca Juga :  IJTI NTB Gelar Rakerda Perdana 2024 di Lombok Timur, Membumikan Peran Pers Untuk Kemajuan Daerah

“Kalau ini terus dibiarkan, tahun depan mungkin tak ada lagi petani sapi di Bima dan Dompu. Ini bukan soal bisnis, ini soal hidup atau mati petani kecil,” tegas Furkan, menggambarkan betapa gentingnya situasi yang mereka hadapi.

Kini, di tengah hiruk pikuk Pelabuhan Gili Mas yang dipenuhi ratusan truk berisi sapi yang merintih kelelahan, para petani hanya bisa pasrah dan berharap keajaiban datang. Mereka berharap kapal pengangkut segera tiba dan mampu mengangkut ternak mereka sebelum kondisi semakin memburuk. Mereka juga berharap agar keluarga mereka tidak harus menanggung duka yang lebih dalam dari sekadar kerugian materi.

Para peternak juga menyampaikan harapan besar kepada Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, untuk memberikan perhatian khusus terhadap permasalahan ini. Mereka berharap adanya upaya konkret untuk menambah jumlah kapal pengangkut sehingga antrean truk di Pelabuhan Gili Mas dapat segera terurai.

Menanggapi situasi darurat ini, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB, Muhammad Riadi, telah mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara penerbitan rekomendasi pengiriman ternak. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengurangi kepadatan truk dan mencegah penumpukan sapi yang lebih parah di pelabuhan.

“Sudah ada kesepakatan, maksimal pengangkutan 55 truk tronton, tapi kenyataannya semua bergerak tanpa kendali. Makanya saya stop dulu sampai 8.000 ekor sapi ini terkirim,” jelas Riadi, menunjukkan betapa tidak teraturnya sistem pengiriman yang ada.

Baca Juga :  Tips Memilih Hewan Kurban Sesuai Syariat Islam

Riadi juga menyoroti ketidakdisiplinan dalam pengiriman ternak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, seharusnya jumlah truk dari Bima dibatasi maksimal 40 unit, ditambah 15 unit dari Dompu dan Sumbawa, dengan jadwal pengiriman yang diatur setiap dua hari sesuai dengan jadwal kedatangan kapal.

Untuk meringankan kondisi sapi-sapi yang terpaksa menunggu dalam antrean panjang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB telah mendistribusikan bantuan berupa tangki air sejak hari sebelumnya. Selain itu, upaya menjaga kesehatan hewan ternak juga dilakukan dengan memberikan suntikan vitamin secara berkala.

Namun, bantuan ini dirasakan belum cukup untuk mengatasi masalah inti, yaitu keterbatasan infrastruktur dan buruknya manajemen logistik di pelabuhan. Para petani dan peternak berharap adanya solusi jangka panjang yang lebih terstruktur dan terkoordinasi agar tragedi serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.

Kisah pilu di Pelabuhan Gili Mas ini menjadi ironi di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan peternak dan memenuhi kebutuhan protein hewani nasional. Di balik angka-angka statistik dan potensi ekonomi peternakan NTB, terdapat perjuangan keras para petani kecil yang kini terancam kehilangan mata pencaharian dan harapan hidup mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *