Jakarta, Jurnalekbis.com — Menteri Pertanian Republik Indonesia (Mentan RI), Andi Amran Sulaiman, kembali menjadi pusat perhatian setelah mengungkap kondisi krisis beras yang sedang melanda sejumlah negara, termasuk Jepang dan Malaysia. Dalam sebuah konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (22/4/2025), Amran menyampaikan bahwa Indonesia patut bersyukur karena memiliki cadangan beras yang cukup, bahkan saat banyak negara lain tengah mengalami kelangkaan.
“Menteri Pertanian Jepang tanggal 29 (April 2025) akan datang ke Indonesia. Mereka ingin berdiskusi karena harga beras di sana sudah menyentuh Rp 93 ribu per kilogram. Di Malaysia juga harga cukup tinggi. Negara itu hanya mampu memenuhi 40-50 persen kebutuhan domestiknya,” ujar Amran.
Kondisi kelangkaan beras di Jepang dan Malaysia telah menjadi isu nasional di masing-masing negara. Jepang, yang selama ini dikenal sebagai negara maju dengan sistem pertanian modern, menghadapi lonjakan harga beras hingga hampir Rp 100 ribu per kilogram. Situasi serupa juga terjadi di Malaysia yang hanya mampu mencukupi setengah dari kebutuhan nasionalnya.
Sebagai langkah konkret, Menteri Pertanian Jepang dijadwalkan melakukan kunjungan resmi ke Indonesia pada 29 April 2025. Kunjungan tersebut bertujuan untuk menggali peluang kerja sama dan mendapatkan masukan dari Indonesia mengenai strategi peningkatan produktivitas beras.
Sementara itu, pada hari yang sama, Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia, Datuk Seri Mohammad Bin Sabu, juga mengunjungi Indonesia dan melakukan pertemuan dengan Mentan Amran. Dalam kunjungan tersebut, Datuk Seri menyampaikan kekagumannya terhadap kemajuan teknologi pertanian yang telah diterapkan di Indonesia.
“Saya kagum dengan perubahan teknologi di Indonesia. Terutama dalam meningkatkan hasil panen padi dari Sabang sampai Merauke. Itu sebabnya kebutuhan pangan bisa terpenuhi, dan bahkan berpotensi untuk ekspor,” ujar Datuk Seri Mohammad Bin Sabu.
Ia menyatakan harapan agar ke depan terjalin pertukaran teknologi dan pengetahuan antara kedua negara. Menurutnya, kolaborasi ini penting sebagai bentuk simbiosis mutualisme di sektor pertanian.
“Kami melihat beberapa kelebihan di sini yang bisa kami pelajari. Dan begitu juga sebaliknya. Kami ini seperti abang dan adik. Perbincangan kami sangat cair, tidak kaku,” tambahnya.
Dalam konteks kerja sama konkret, telah disepakati bahwa kolaborasi akan diperluas antara Badan Riset dan Pengembangan Pertanian Malaysia (MARDI) dengan Kementerian Pertanian Indonesia. Fokus kerja sama mencakup transfer teknologi, pelatihan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan varietas unggul padi.
Mentan Amran menyatakan bahwa saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang disimpan di gudang Perum Bulog telah mencapai angka 3,36 juta ton. Angka ini diproyeksikan akan terus meningkat hingga Mei 2025, berkat panen raya yang berlangsung di berbagai wilayah tanah air.
“Kita patut bersyukur, di saat banyak negara sedang panik karena kekurangan beras, Indonesia dalam posisi cukup. Ini hasil dari kerja keras petani, penggunaan teknologi modern, dan sinergi antar lembaga,” ungkapnya.
Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, produktivitas padi Indonesia meningkat signifikan berkat pemanfaatan benih unggul, alat dan mesin pertanian (alsintan), serta digitalisasi pertanian. Selain itu, program Food Estate dan pengembangan kawasan pertanian modern turut mendukung ketahanan pangan nasional.
Dengan kondisi surplus beras, Indonesia kini bahkan membuka peluang untuk mengekspor ke negara-negara yang sedang mengalami kekurangan. Hal ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai lumbung pangan Asia Tenggara.
“Kami terbuka untuk kerja sama ekspor dengan negara-negara yang membutuhkan. Tentu dengan tetap menjaga ketersediaan dan stabilitas harga di dalam negeri,” kata Amran.
Ia menambahkan bahwa diplomasi pertanian akan terus digalakkan untuk menjalin kemitraan internasional, baik dalam hal ekspor hasil pertanian maupun pengembangan teknologi.
Kunjungan dua menteri pertanian dari negara sahabat ke Indonesia menjadi bukti bahwa Indonesia kini dipandang sebagai salah satu negara dengan sistem ketahanan pangan yang kuat dan terukur. Amran berharap, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk memperluas jaringan kerja sama dan meningkatkan daya saing produk pertanian nasional.
“Pertanian adalah fondasi utama kedaulatan bangsa. Dengan pertanian yang kuat, kita tidak hanya mencukupi kebutuhan dalam negeri, tapi juga bisa membantu negara lain,” tutupnya.
Dengan berbagai capaian dan potensi yang dimiliki, Indonesia kini menatap masa depan pertanian yang lebih cerah, tidak hanya untuk kebutuhan nasional, tetapi juga sebagai kontributor utama ketahanan pangan global.