Jakarta, Jurnalekbis.com – Rencana Indonesia untuk mengakuisisi kapal perang dari Italia menghadirkan tantangan tersendiri, terutama terkait integrasi sistem data link. Menurut pengamat pertahanan dari Semar Sentinel, Alman Helvas Ali, kemampuan untuk menghubungkan kapal perang baru dengan armada yang sudah ada, yang mayoritas menggunakan teknologi dari Prancis, menjadi kunci utama.
Selama ini, berbagai kapal perang milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) mengandalkan teknologi dari Thales, perusahaan asal Prancis. Mulai dari radar canggih seperti Thales NS50 yang terpasang pada korvet kelas Diponegoro, hingga sistem manajemen tempur (CMS) TACTICOS yang digunakan di sejumlah KRI lainnya, dominasi teknologi Prancis cukup signifikan.
“Tantangannya adalah bagaimana kita bisa memiliki data link yang bisa menghubungkan kapal-kapal perang yang menggunakan Thales, dengan yang menggunakan produk Leonardo. Jadi, kata kuncinya ada di data link, terlepas dari kapal perang manapun,” ujar Alman kepada awak media setelah menghadiri industry forum di atas kapal perang Angkatan Laut Italia, ITS Antonio Marceglia F597, yang sedang bersandar di Tanjung Priok, Jakarta, pada Kamis (15/5).
Lebih lanjut, Alman menyoroti bahwa upaya Indonesia dalam mengembangkan data link secara mandiri belum menunjukkan hasil yang optimal, terutama di kalangan pengguna utama, yaitu TNI.
“Memang sudah ada upaya untuk mengembangkan sendiri data link nasional, tapi sepertinya belum cukup kuat karena di kalangan pengguna, yaitu TNI belum maksimal (penggunaannya) untuk mengadopsi data link ini,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Alman menekankan pentingnya fokus jangka panjang Indonesia pada kemampuan mengintegrasikan data link dalam konteks peperangan modern. Menurutnya, medan pertempuran saat ini sangat bergantung pada teknologi informasi dengan data link, bukan hanya pada platform atau wahana alutsista semata.
“Di sisi lain juga setiap teknologi, termasuk dari Italia biasanya mereka memiliki data link sendiri. Tantangan dari kita adalah bagaimana mengintegrasikan link berbeda sehingga kapal perang kita bisa terintegrasi karena perang saat ini adalah terkait teknologi informasi dengan data link, bukan semata platform,” tegasnya.

Kedatangan kapal perang ITS Antonio Marceglia F597, fregat kelas Bergamini milik Angkatan Laut Italia, ke Jakarta pada Selasa (13/5) menjadi sorotan. Kunjungan ini merupakan yang kedua kalinya bagi kapal tersebut pada tahun ini, setelah sebelumnya terlibat dalam latihan bersama Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) di Bali pada Februari lalu.
Mengutip unggahan akun X resmi Angkatan Laut Italia (@ItalianNavy) pada Senin (24/3), kedatangan ITS Antonio Marceglia F597 bertujuan untuk mengkonsolidasikan kerja sama dengan TNI AL dalam memperkuat keamanan maritim di kawasan Indo-Pasifik. Selain itu, fregat ini juga membawa misi mendukung peningkatan kapasitas TNI AL melalui integrasi dua unit kapal perang multiguna (PPA) yang telah diakuisisi oleh Indonesia dari Italia.
Lantas, apa sebenarnya data link yang menjadi perhatian utama dalam pengadaan alutsista modern? Dalam konteks militer, data link adalah sistem komunikasi digital yang aman, memungkinkan pertukaran informasi taktis secara real-time antar berbagai platform tempur, seperti kapal perang, pesawat tempur, kendaraan lapis baja, hingga pos komando. Informasi yang dibagikan bisa berupa posisi musuh, target, status operasional, hingga perintah komando.
Integrasi data link yang efektif sangat krusial dalam peperangan modern yang mengedepankan konsep network-centric warfare. Tanpa kemampuan berbagi data yang mulus antar unit, potensi tempur suatu angkatan bersenjata tidak akan maksimal. Ibaratnya, tim sepak bola dengan pemain-pemain hebat namun tidak bisa saling berkomunikasi dan berbagi informasi di lapangan.
Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pengadaan kapal perang Italia terletak pada perbedaan sistem data link yang mungkin digunakan oleh platform Italia (kemungkinan besar produk Leonardo) dengan sistem yang sudah mapan digunakan oleh TNI AL (dominan Thales). Mengintegrasikan dua sistem yang berbeda agar dapat berkomunikasi dan bertukar data secara efektif bukanlah pekerjaan yang mudah.