Kesehatan

Gejala TBC dan Cara Mengatasinya: Kenali Sejak Dini untuk Cegah Penularan

×

Gejala TBC dan Cara Mengatasinya: Kenali Sejak Dini untuk Cegah Penularan

Sebarkan artikel ini
Gejala TBC dan Cara Mengatasinya: Kenali Sejak Dini untuk Cegah Penularan
Kunjungi Sosial Media Kami

Jakarta , Jurnalekbis.com – Tuberkulosis atau yang lebih dikenal dengan sebutan TBC merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan serius indonesia/">di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, Indonesia saat ini menempati posisi kedua dunia dalam jumlah kasus TBC terbanyak setelah India. Meski sudah ada obat dan program penanggulangan, masih banyak masyarakat yang belum memahami gejala TBC secara lengkap, sehingga sering terlambat didiagnosis dan berisiko menularkan ke orang lain.

Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai gejala TBC, penyebabnya, cara penularannya, serta langkah-langkah efektif dalam mengatasinya. Dengan memahami informasi ini, diharapkan masyarakat bisa lebih waspada dan segera mengambil tindakan jika mengalami tanda-tanda awal.

TBC (Tuberkulosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang umumnya menyerang paru-paru, meskipun bisa juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti tulang, otak, ginjal, dan kelenjar getah bening.

Penyakit ini menular melalui udara, terutama ketika penderita batuk, bersin, atau meludah, dan orang lain menghirup percikan droplet yang mengandung bakteri TBC.

Gejala TBC bisa berbeda-beda tergantung bagian tubuh mana yang terkena. Namun secara umum, berikut adalah gejala utama TBC paru, jenis TBC yang paling umum dan menular:

Baca Juga :  CSR Pertamina Dorong Kesehatan Reproduksi dan Mental Remaja

1. Batuk Berkepanjangan

  • Batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 2 minggu.

  • Batuk bisa berdahak, bahkan disertai darah dalam kasus yang lebih parah.

2. Demam yang Berulang

  • Demam ringan terutama pada sore atau malam hari.

  • Terkadang disertai menggigil atau berkeringat di malam hari.

3. Berat Badan Menurun Drastis

  • Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.

  • Nafsu makan juga biasanya menurun tajam.

4. Sesak Napas dan Nyeri Dada

  • Pada kasus yang sudah cukup berat, penderita bisa mengalami sesak napas atau nyeri pada bagian dada ketika bernapas dalam.

5. Lemas dan Mudah Lelah

  • Aktivitas ringan terasa berat.

  • Tubuh terasa lemas meski tidak banyak beraktivitas.

6. Berkeringat di Malam Hari

  • Sering berkeringat saat tidur malam, bahkan tanpa aktivitas fisik.

Jika Anda atau anggota keluarga mengalami dua atau lebih gejala di atas, sebaiknya segera periksa ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

TBC menular melalui udara. Saat seseorang yang menderita TBC aktif batuk, bersin, tertawa, atau berbicara, maka kuman TBC dapat tersebar melalui droplet. Penularan mudah terjadi di lingkungan tertutup, padat penduduk, atau rumah dengan ventilasi yang buruk.

Namun penting untuk diketahui, tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC akan langsung sakit. Beberapa orang bisa terinfeksi tapi tidak menunjukkan gejala (disebut TBC laten), dan mereka tidak menularkan penyakit. Tapi jika daya tahan tubuh menurun, infeksi laten ini bisa berubah menjadi TBC aktif.

Baca Juga :  Rawan Gempa, Basarnas dan PBB Tingkatkan Keterampilan Rescuer

Beberapa kelompok memiliki risiko lebih tinggi terkena TBC, antara lain:

  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah (misalnya penderita HIV/AIDS, diabetes, atau gizi buruk).

  • Perokok berat.

  • Anak-anak dan lansia.

  • Orang yang tinggal atau bekerja di tempat padat (penjara, panti jompo).

  • Petugas kesehatan yang sering terpapar pasien TBC.

Untuk memastikan seseorang menderita TBC, ada beberapa tahapan pemeriksaan, seperti:

  • Tes dahak (BTA): Pemeriksaan mikroskopis untuk melihat bakteri TBC.

  • Tes Mantoux (tuberkulin skin test): Umum digunakan untuk deteksi TBC laten.

  • Tes darah (IGRA): Alternatif modern untuk mendeteksi TBC laten.

  • Rontgen dada: Menunjukkan adanya kerusakan paru akibat infeksi TBC.

  • Tes molekuler cepat (TCM/GenXpert): Tes akurat untuk mendeteksi TBC sekaligus resistansi terhadap obat.

TBC bisa disembuhkan asalkan penderita mendapatkan pengobatan secara tepat dan rutin. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menyediakan pengobatan TBC gratis di puskesmas dan rumah sakit rujukan.

1. Terapi OAT (Obat Anti Tuberkulosis)

  • Diberikan selama 6 hingga 12 bulan, tergantung jenis dan tingkat keparahan.

  • Terdiri dari kombinasi beberapa jenis obat, seperti rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol.

  • Harus diminum secara teratur setiap hari tanpa putus, sesuai petunjuk dokter.

Baca Juga :  Wisuda Sekolah Orang Tua Hebat di Sidayu: Wujudkan Generasi Bebas Stunting!

2. Dukungan Keluarga dan Lingkungan

  • Pasien TBC membutuhkan dukungan moral dan sosial agar tidak merasa dikucilkan.

  • Keluarga sebaiknya memahami pentingnya menyelesaikan pengobatan, menjaga nutrisi, serta memastikan lingkungan tetap bersih dan berventilasi baik.

3. Isolasi dan Etika Batuk

  • Selama masa pengobatan awal (biasanya 2 minggu pertama), penderita sebaiknya menghindari kontak dekat dengan orang lain, terutama anak-anak dan lansia.

  • Gunakan masker dan terapkan etika batuk yang benar: tutup mulut saat batuk dengan tisu atau siku bagian dalam.

Pencegahan TBC: Langkah-Langkah Efektif

1. Vaksinasi BCG

  • Diberikan pada bayi untuk mencegah TBC berat (misalnya TBC meningitis atau TBC tulang).

  • Vaksin ini tidak 100% mencegah TBC paru, namun tetap penting dalam program imunisasi dasar.

2. Deteksi Dini dan Skrining Berkala

  • Jika ada anggota keluarga yang menderita TBC, anggota keluarga lainnya harus diperiksa, terutama anak-anak.

  • Skrining berkala juga penting untuk kelompok rentan seperti petugas kesehatan.

3. Perbaiki Gizi dan Gaya Hidup

  • Konsumsi makanan bergizi dapat meningkatkan sistem imun.

  • Hindari merokok dan minuman beralkohol karena bisa memperparah kondisi paru.

4. Perbaiki Ventilasi Rumah

  • Pastikan rumah memiliki cukup cahaya matahari dan ventilasi udara.

  • Hindari tinggal dalam ruangan sempit dan tertutup tanpa sirkulasi udara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *