News

Remaja Hilang di Pantai Ketapak Ditemukan Meninggal Dunia

×

Remaja Hilang di Pantai Ketapak Ditemukan Meninggal Dunia

Sebarkan artikel ini
Remaja Hilang di Pantai Ketapak Ditemukan Meninggal Dunia
Remaja Hilang di Pantai Ketapak Ditemukan Meninggal Dunia
Kunjungi Sosial Media Kami

Lombok Tengah, Jurnalekbis.com – Fazahurrahman (17), seorang remaja yang dilaporkan hilang terseret ombak di Pantai Ketapak, akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Minggu (8/6/2025) siang. Penemuan ini mengakhiri penantian cemas keluarga dan upaya pencarian tanpa henti yang dilakukan oleh tim SAR gabungan selama lebih dari 24 jam.

Jasad korban ditemukan oleh tim penyelam di kedalaman sembilan meter, pada posisi sekitar 100 meter ke arah timur dari lokasi awal kejadian (LKP). Operasi pencarian yang kompleks dan melibatkan berbagai unsur ini menunjukkan sinergi luar biasa di antara aparat dan masyarakat, meskipun harus berakhir dengan berita yang memilukan.

Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Mataram, Saidar Rahmanjaya, mengonfirmasi penemuan tersebut. “Korban kami temukan pada hari kedua pencarian sekitar pukul 12.30 Wita. Setelah berhasil dievakuasi dari dasar laut, jenazah langsung kami serahkan kepada pihak keluarga yang telah menanti di pesisir pantai,” ujar Saidar, Minggu (8/6).

Peristiwa nahas ini bermula pada Sabtu, 7 Juni 2025. Seperti remaja pada umumnya yang menikmati akhir pekan, Fazahurrahman bersama beberapa temannya memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan mandi dan bermain di bibir Pantai Ketapak, Desa Selong Belanak. Pantai ini dikenal dengan pasir putihnya yang memikat, namun menyimpan potensi bahaya berupa ombak yang terkadang datang tiba-tiba dengan kekuatan besar.

Sekitar pukul 14.15 Wita, suasana ceria berubah menjadi kepanikan. Ombak yang lebih besar dari biasanya tiba-tiba menggulung dan menyeret Fazahurrahman menjauh dari teman-temannya. Dalam hitungan detik, tubuh remaja itu hilang dari pandangan, ditelan oleh gelombang laut selatan Lombok yang terkenal ganas.

Baca Juga :  Semangat Garuda Menggema di Polsek Labuapi, Dukung Timnas U-23 Menuju Juara!

Teman-teman korban yang panik segera meminta pertolongan warga sekitar. Laporan pun diteruskan ke pihak berwenang, dan sinyal darurat segera sampai ke Kantor SAR Mataram. Respons cepat langsung diberikan. Unit Siaga SAR mandalika/">Kuta Mandalika, yang lokasinya paling dekat, menjadi tim pertama yang tiba di lokasi untuk melakukan asesmen dan pencarian awal bersama warga setempat.

“Laporan kami terima pada Sabtu sore, dan kami langsung memberangkatkan tim dari Unit Siaga SAR Kuta Mandalika untuk melakukan upaya pencarian awal,” jelas Saidar.

Memasuki Sabtu malam, pencarian belum membuahkan hasil. Menyadari besarnya tantangan dan terbatasnya waktu, Kantor SAR Mataram meningkatkan skala operasi. Personel tambahan dari Mataram dikerahkan untuk memperkuat tim di lapangan. Tak hanya sumber daya manusia, peralatan canggih pun diturunkan untuk memaksimalkan efektivitas pencarian.

Pada Minggu pagi, pesisir Pantai Ketapak telah ramai oleh puluhan personel yang tergabung dalam tim SAR gabungan. Operasi hari kedua ini menjadi bukti nyata soliditas dan kolaborasi lintas sektor. Unsur-unsur yang terlibat antara lain: Kantor SAR Mataram, TNI-POLRI, BPBD, Damkar,  Penyelam tradisional dan nelayan setempat

Baca Juga :  Sambut Natal dan Tahun Baru 2024, Smartfren Kerahkan Mobile Base Transceiver Station

Setiap unsur memiliki peran krusial. Tim SAR Mataram bertindak sebagai koordinator utama operasi, tim penyelam bertugas menyisir area bawah air, sementara TNI dan Polri membantu pengamanan dan penyisiran di sepanjang garis pantai. BPBD dan Damkar memberikan dukungan logistik dan personel, sedangkan nelayan dan penyelam lokal memberikan pengetahuan tak ternilai mengenai kondisi arus dan kontur bawah laut di sekitar lokasi.

“Kolaborasi ini adalah kunci. Tanpa sinergi dari semua pihak, mustahil kami bisa melakukan operasi pencarian yang masif dan terkoordinasi seperti ini. Kami sangat berterima kasih kepada semua unsur yang terlibat,” tutur Saidar.

Pencarian tidak berjalan mudah. Tim menghadapi berbagai tantangan, baik dari kondisi alam maupun teknis. Di bawah permukaan air, tim penyelam harus berhadapan dengan arus bawah yang cukup kuat serta jarak pandang yang terbatas. Kondisi ini menuntut keahlian, stamina, dan keberanian ekstra.

Untuk mengatasi keterbatasan visual, terutama saat pencarian malam hari dan pagi hari, tim SAR memanfaatkan teknologi modern. Sebuah drone thermal (pengindra panas) diterbangkan untuk memindai permukaan laut dari udara. Drone ini mampu mendeteksi perbedaan suhu, yang diharapkan bisa menemukan anomali panas tubuh manusia di permukaan air.

Penyisiran dibagi menjadi beberapa sektor. Sebagian tim melakukan pencarian di permukaan laut menggunakan perahu karet (Rigid Inflatable Boat/RIB), sebagian lagi menyisir sepanjang garis pantai, dan tim inti penyelam difokuskan pada area-area yang dicurigai sebagai lokasi tersangkutnya korban berdasarkan analisis arus.

Baca Juga :  Jukir Nekat Curi Motor di Mataram Mall Demi Sabu, Terciduk CCTV dan Ditangkap Polisi

Upaya tak kenal lelah ini akhirnya membuahkan hasil. Pada tengah hari, tim penyelam yang menyisir area di sebelah timur lokasi kejadian berhasil menemukan jasad korban. Penemuan ini disambut dengan perasaan lega sekaligus duka yang mendalam. Proses evakuasi berjalan lancar, dan jenazah Fazahurrahman dibawa ke darat untuk diserahkan kepada keluarga.

Tragedi yang menimpa Fazahurrahman menjadi pengingat yang menyakitkan akan bahaya yang tersembunyi di balik keindahan pantai-pantai di pesisir selatan Lombok. Pantai Ketapak, Selong Belanak, Mawun, hingga Kuta Mandalika, meskipun menjadi primadona pariwisata, memiliki karakteristik ombak yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

Arus yang kuat, terutama rip current (arus pecah), seringkali tidak terlihat dari permukaan dan bisa menyeret perenang yang paling berpengalaman sekalipun ke tengah laut. Kondisi cuaca dan pasang surut juga sangat memengaruhi keamanan untuk beraktivitas di air.

“Kami mengimbau seluruh masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke pantai-pantai di NTB, khususnya di pesisir selatan, untuk meningkatkan kewaspadaan. Jangan pernah meremehkan kekuatan alam. Keindahan pantai harus dinikmati dengan rasa tanggung jawab dan kehati-hatian,” tutup Saidar dengan nada tegas.

Ditemukannya jasad Fazahurrahman mengakhiri operasi SAR, namun meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak tentang pentingnya mengutamakan keselamatan di atas segalanya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *