EkonomiIndustri

Tenun Munapa’a Jadi Ikon Ekonomi Kreatif NTB

×

Tenun Munapa’a Jadi Ikon Ekonomi Kreatif NTB

Sebarkan artikel ini
Tenun Munapa'a Jadi Ikon Ekonomi Kreatif NTB
Kunjungi Sosial Media Kami

jurnalekbis.com/tag/dompu/">Dompu, Jurnalekbis.com – Geliat pelestarian budaya dan penguatan industri lokal kembali digaungkan Pemerintah Provinsi NTB melalui Pelatihan Tenun dan Desain Munapa’a yang digelar oleh Dinas Perindustrian NTB di Desa Ranggo, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini menjadi bukti keseriusan daerah dalam mengangkat kain tenun Munapa’a dari sekadar warisan budaya menjadi komoditas strategis ekonomi kreatifyang siap menembus pasar nasional hingga global.

Di tengah semangat para penenun lokal yang antusias mengikuti setiap sesi pelatihan, hadir sosok yang menjadi pusat perhatian, Ketua Dekranasda NTB, Ny. Sinta Agathia M. Iqbal. Dengan penuh empati dan semangat, beliau tidak hanya membuka kegiatan secara simbolis, tetapi juga secara langsung berdialog dengan para ibu-ibu penenun yang selama ini menjadi penjaga tradisi Munapa’a.

“Saya bangga melihat semangat para ibu di sini. Munapa’a bukan sekadar wastra, tetapi juga warisan yang hidup dan menghidupi. Jika dikelola dengan baik, tenun ini bisa menjadi sumber ekonomi utama masyarakat Ranggo, bahkan menjadi identitas NTB di kancah nasional dan internasional,” ujar Ketua Dekranasda NTB di hadapan peserta pelatihan.

Baca Juga :  Semarak HLN Ke-78, Donasi & Zakat Pegawai PLN NTB Nyalakan Mimpi 234 Rumah Keluarga Kurang Mampu

Tak hanya itu, Ny. Sinta juga mengunjungi Galeri Munapa’a, sebuah pusat kerajinan lokal yang menjadi saksi perjalanan panjang keberadaan tenun khas Dompu ini. Dalam kunjungan tersebut, ia terkesima dengan kualitas dan ragam motif yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampil perempuan desa. Dari motif Pa’a Polos, Zigzag, hingga Cori Waji dan Rumah Adat, semuanya menyimpan nilai estetika dan filosofi yang mendalam.

Pelatihan ini memberikan bekal pengetahuan praktis dan teoritis kepada para penenun, termasuk materi tentang pengembangan desain produk, teknik pewarnaan alami, hingga desain motif geografis yang mengangkat unsur alam dan budaya lokal. Para peserta diajak untuk tidak hanya melestarikan motif lama, tetapi juga menciptakan motif baru yang adaptif terhadap tren pasar.

Mendampingi langsung jalannya pelatihan, Kepala Dinas Perindustrian NTB, Hj. Nuryanti, SE., ME. menegaskan bahwa warisan budaya seperti tenun Munapa’a harus ditempatkan dalam peta pembangunan ekonomi daerah. Menurutnya, tenun bukan hanya seni, tapi juga strategi.

Baca Juga :  Tingkatkan Pengalaman Internet di Nusa Tenggara, Tri Luncurkan Kampanye ‘Jelajah Tri’

“Tenun adalah bahasa budaya kita yang paling awal. Dan ketika budaya ini dipadukan dengan sentuhan inovasi industri, ia akan menjadi bahasa ekonomi masa depan. Di sinilah letak pentingnya pelatihan seperti ini, kita tidak hanya menjaga identitas, tapi mengangkatnya ke level yang memberi kesejahteraan,” tegas Kadisperin Bunda Yanti.

Munapa’a, yang dalam bahasa lokal berarti “berbentuk pahat”, memang memiliki ciri khas unik berupa efek timbul pada benang yang menyerupai ukiran. Ciri inilah yang membedakannya dari tenun daerah lain. Tenun ini memiliki nilai sejarah dan filosofis yang kuat, tak lepas dari sosok Umi Hajrah, perempuan pionir yang memperkenalkan dan mengembangkan teknik Munapa’a sejak 1987. Hari ini, hampir setiap rumah di Ranggo memiliki alat tenun sendiri, menjadikan desa ini sebagai episentrum tenun khas Dompu.

Baca Juga :  Nikmati Kelezatan Ayam Betutu Saus Genap Ala Shefu

Dari sisi pasar, motif Munapa’a semakin diminati. Beberapa motif yang paling laris antara lain Dumu Kakando, Wijik Susun, hingga Wunta Taride. Harganya pun bervariasi antara Rp450.000 hingga Rp650.000, tergantung pada kerumitan dan teknik pewarnaannya. Dengan pelatihan ini, penenun tak hanya memperluas kemampuan teknis, tetapi juga memperkuat daya tawar mereka dalam pasar yang makin kompetitif.

Kegiatan ini juga menjadi momentum membangun kesadaran baru bahwa pelestarian budaya tidak harus berhenti pada romantisme masa lalu. Justru, pelestarian harus menjadi titik tolak inovasi. Itulah yang dihadirkan oleh sinergi kuat antara Dekranasda NTB dan Dinas Perindustrian NTB dalam program ini pelestarian yang tidak statis, melainkan dinamis dan produktif.

Kehadiran langsung Ketua Dekranasda NTB dan Kadisperin NTB menjadi simbol dukungan penuh pemerintah daerah terhadap pelaku industri wastra lokal. Mereka bukan sekadar hadir secara seremonial, tetapi benar-benar mendorong agar Munapa’a menjadi kebanggaan kolektif NTB, dari desa ke dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *