Kuliner

Rp20 Ribu Dapat Surga! Ini Warung Paling Diburu di Lombok

×

Rp20 Ribu Dapat Surga! Ini Warung Paling Diburu di Lombok

Sebarkan artikel ini
Rp20 Ribu Dapat Surga! Ini Warung Paling Diburu di Lombok
Kunjungi Sosial Media Kami

Mataram, Jurnalekbis.com — Di tengah beragam pilihan kuliner khas Lombok, satu nama tetap konsisten mencuri perhatian dan memanjakan lidah para pecinta masakan tradisional: Nasi Ebatan daun belimbing Hj. Mustiani. Warung sederhana ini terletak di Jl. Bhanda Saraya Pagutan Peresak Barat, Kecamatan Pagutan, Kota Mataram. Meski dari luar tampil sederhana, warung ini telah mengukuhkan diri sebagai ikon kuliner legendaris yang tak tergantikan selama lebih dari tiga dekade.

Nasi ebatan sendiri adalah sajian khas Lombok yang menggabungkan kesederhanaan bahan dengan cita rasa kompleks dan otentik. Menu utama terdiri dari daun belimbing yang dimasak dan diolah dengan kelapa parut berbumbu khas Sasak. Tidak hanya itu, nasi ebatan juga dilengkapi dengan beberuq, yakni irisan terong mentah yang disiram sambal tomat segar pedas, menciptakan kombinasi segar, pedas, dan gurih yang begitu menggoda.

Yang membuat pengalaman makan nasi ebatan semakin istimewa adalah pilihan lauknya. Mulai dari pelecing ayam kampung, sayur nangka muda, kates (pepaya muda), telur, abon, hingga kedelai berbumbu yang diracik secara tradisional. Semua ini disajikan dalam satu piring dengan harga sangat terjangkau: hanya Rp20.000 per porsi.

Baca Juga :  Nenun Massal Diikuti 2023 Wanita Pecahkan Rekor Muri

Hj. Mustiani, sang pemilik warung, mengungkapkan bahwa ia telah menjajakan nasi ebatan sejak lebih dari 30 tahun lalu. “Saya sudah jualan 30 tahun dan namanya dari dulu tetap sama: nasi ebatan daun belimbing. Bahannya itu daun belimbing, terus sayurnya ada nangka, kates, beberuq, pelecing ayam kampung, abon dan kedelai,” ujarnya. Minggu (13/7).

Warung ini buka dari pukul 07.00 pagi hingga 16.00 sore setiap harinya. Uniknya, dalam sehari Hj. Mustiani bisa menghabiskan 50 sampai 60 ekor ayam kandang, khususnya untuk menu pelecing ayam kampung yang menjadi favorit para pelanggan. Tak hanya itu, konsumsi beras pun mencapai 25 hingga 30 kilogram setiap hari, menandakan tingginya jumlah pengunjung yang datang dari berbagai penjuru.

“Kalau pelanggan, dari mana-mana datang ke sini. Karena khasnya itu nggak bisa ditemukan di tempat lain,” tambahnya.

Asep Sapriudin, salah satu pengunjung setia, mengaku bahwa nasi ebatan Hj. Mustiani memiliki cita rasa yang benar-benar cocok dengan lidah orang Sasak. “Kalau di sini, ada yang khas banget. Ebatan ini khas Pagutan, dan rasanya pedas. Orang Sasak itu suka sekali yang pedas-pedas,” ungkapnya.

Menurut Asep, racikan bumbu dan rasa dari menu nasi ebatan sangat autentik. Terutama pada bagian pelecing ayam kampung, yang menurutnya paling nikmat ketika dipadukan dengan jeruk purut atau jeruk limo yang memberi sensasi segar dan aroma khas. “Pokoknya di sini cocok buat sarapan dan makan siang juga. Apalagi pelecing ayamnya, mantap sekali!” katanya antusias.

Baca Juga :  Final Race MXGP Selaparang - Lombok, Hadirkan "The Spirit of A Culture

Meski hanya berwujud warung kecil di pinggir jalan, tempat makan ini menyimpan makna besar dalam dunia kuliner tradisional NTB. Keberadaan Nasi Ebatan daun belimbing Hj. Mustiani bukan hanya tentang makanan, melainkan juga tentang konsistensi, ketekunan, dan cinta pada budaya lokal. Dalam 30 tahun perjalanannya, warung ini bukan sekadar tempat makan, tapi sudah menjadi bagian dari identitas kuliner Kota Mataram.

Popularitas warung ini juga berkontribusi dalam pelestarian kuliner khas Lombok yang mulai tergeser oleh gempuran tren makanan modern. Di tengah berkembangnya restoran cepat saji dan cafe bergaya kekinian, keberadaan nasi ebatan menjadi napas segar bagi mereka yang ingin merasakan cita rasa otentik dari tanah Sasak.

Baca Juga :  Sosok Inspiratif Lalu Wahidin, Pembuat Mesin Pemecah Biji Mete Pertama di Indonesia

Dengan pertumbuhan pariwisata NTB yang semakin pesat, termasuk keberadaan Sirkuit Mandalika di Lombok Tengah, warung-warung legendaris seperti milik Hj. Mustiani menjadi destinasi kuliner yang tak boleh dilewatkan. Para wisatawan lokal maupun mancanegara yang mencari pengalaman kuliner khas, seringkali direkomendasikan untuk mencoba nasi ebatan sebagai salah satu ikon rasa tradisional dari Lombok.

Dengan harga terjangkau, rasa autentik, serta atmosfer yang ramah dan akrab, tak heran jika warung ini terus menjadi favorit banyak kalangan. Bahkan beberapa pelanggan datang bukan hanya untuk makan, tapi juga sekadar bernostalgia dan mengenang masa kecil mereka.

Keuletan Hj. Mustiani dalam mempertahankan cita rasa asli dan cara penyajian tradisional merupakan bentuk nyata dari pelestarian budaya kuliner Sasak. Di tengah modernisasi yang tak terbendung, semangat menjaga identitas melalui makanan adalah warisan yang tak ternilai harganya.

Dengan berbagai penghargaan tidak resmi dari masyarakat dan loyalitas pelanggan yang terus tumbuh, warung nasi ebatan ini bisa dikatakan sebagai warisan kuliner hidup yang patut diapresiasi. Ia bukan hanya pengusaha kecil, tapi juga penjaga rasa dan tradisi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *