FORNAS

Miu Anantamaya, Penari Cilik Jakarta Sabet 2 Emas di FORNAS VIII

×

Miu Anantamaya, Penari Cilik Jakarta Sabet 2 Emas di FORNAS VIII

Sebarkan artikel ini
Miu Anantamaya, Penari Cilik Jakarta Sabet 2 Emas di FORNAS VIII
Kunjungi Sosial Media Kami

Mataram, Jurnalekbis.com – Gemuruh musik yang menghentak dan gerakan akrobatik yang memukau langsung menyita perhatian publik di Mataram Mall, salah satu venue utama Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII 2025 di Nusa Tenggara Barat. Kali ini, sorotan bukan hanya tertuju pada para breaker kawakan, melainkan pada sebuah talenta muda yang berhasil mencuri perhatian dan mengukir prestasi. Dia adalah Miu Anantamaya Pranoto, seorang “bocil” berusia 11 tahun dari DKI Jakarta, yang dengan lincahnya berhasil menyingkirkan sejumlah peserta dalam ajang B-Boy Indo FORNAS VIII NTB ini. Kehadiran Miu menjadi bukti nyata bahwa bakat dan semangat dalam olahraga rekreasi tak mengenal usia, bahkan di tengah ketatnya persaingan nasional.

Meskipun kerap diasosiasikan dengan genre B-Boy yang maskulin dan penuh kekuatan, Miu Anantamaya Pranoto mengklarifikasi kategori yang ia geluti.

“Ini sebenarnya aku ikutan kategorinya bukan B-Boy. Aku ini Open Style Dancer, kategorinya U12,” jelas Miu dengan percaya diri.

Prestasinya di FORNAS VIII Mataram Mall tidak datang tanpa usaha. Miu mengungkapkan rahasia di balik penampilannya yang memukau: “Persiapannya cuma latihan setiap hari aja sih.” Ucapnya.

Konsistensi adalah kunci. Rutinitas latihan yang disiplin, meskipun ia juga aktif bersekolah, telah membentuk kemampuannya.

Baca Juga :  FORNAS VIII NTB: Lompatan Besar Pelaku Event Lokal ke Kelas Nasional

“Jadi kalau ada kompetisi yang datang ya sudah. Sendiri, private-nya sedikit-sedikit,” tambahnya,

Miu telah menari sejak usia yang sangat muda. “Suka. Sejak usia 7 tahun ,” katanya. Dalam empat tahun terakhir, ia telah mengumpulkan banyak pengalaman dari berbagai kompetisi. “Ada banyak. Kadang-kadang tidak menang, kadang-kadang menang,” ujarnya jujur,

Namun, FORNAS VIII kali ini adalah pengalaman pertamanya di ajang sekelas ini. “Untuk FORNAS baru pertama kali ikutan,” tutur Miu.

Di FORNAS VIII, Miu berkompetisi di dua kategori: Top Rock dan Open Style U12. Hasilnya? “Sudah. Dapat juara satu. Kategorinya dua-duanya. Luar biasa,” ucap Miu bangga.

Di balik setiap anak berbakat, seringkali ada sosok orang tua yang gigih mendukung. Itulah peran Risky Melisa, ibu dari Miu Anantamaya Pranoto. Bagi Risky, menjaga keseimbangan antara hobi dan pendidikan adalah prioritas utama. “Kesehariannya kayak anak biasa sih, sekolah, les. Kalau lagi latihan ya latihan,” ungkap Risky.

Yang menarik, aktivitas menari Miu tidak mengganggu prestasinya di sekolah. “Tapi sekolahnya nggak terganggu dengan pelajaran ini? So far aman-aman saja sih, dia top 3 di kelas masih,” jelas Risky bangga.

Baca Juga :  Sukseskan FORNAS VIII 2025, Dinas Kesehatan NTB Kerahkan 250 Tenaga Medis dan 33 Ambulans

Minat Miu terhadap tari bermula ketika ia masih sangat kecil. “Dia minta ikut kelas tuh umur 7,” kenang Risky.

Saat itu, kesempatan belajar tari hip-hop masih terbatas. “Cuma sebulan sekali ada guru hip-hop yang memang ada di Jakarta. Terus ikut kelas juga, kelas-kelas yang ada di Jakarta,” tambahnya. Seiring waktu, keinginan Miu untuk mendalami tari semakin kuat, dan Risky pun mendukung penuh.

Risky mengakui bahwa ia sendiri bukanlah seorang penari. “Miu lah. Aku bukan dancer, jadi nggak ngerti juga sebenarnya,” ujarnya sambil tertawa.

Namun, ia memastikan Miu mendapatkan bimbingan terbaik. “Untuk latihannya cuma satu orang ngerti? Sebenarnya guru Miu banyak banget, karena dia ikut banyak kelas.” Terangnya.

Tidak hanya indonesia/">di Indonesia, perjalanan Miu sebagai penari telah membawanya melanglang buana. “Di Indonesia pun di luar negeri. Kemarin baru dari Korea, dari Shanghai. Di Korea tuh ada di Seoul, ada di Gwangju. Terus kemudian dari Bangkok sempat, dari tahun ini ya, dari Bangkok sempat. Dari Vietnam sempat. Kemarin di Bali, baru saja pulang,” beber Risky.

Prestasi Miu di kancah internasional pun tak kalah membanggakan. “Kemarin di Gwangju, dia dapat top 16 untuk kategori dewasa. Dapat top 4 untuk kategori anak. Terus di Korea, dia untuk kategori dewasa dapat top 4. Di Bali kemarin, dia hampir semuanya masuk ke babak berikutnya,” papar Risky.

Baca Juga :  Booth Interaktif PLN Ramaikan FORNAS NTB, Layanan Digital Jadi Sorotan

Konsistensi Miu dalam lolos ke babak eliminasi juga patut diacungi jempol. “Jadi paling tinggi itu juara 2 di kategori anak. Top 4 atau top 8 di kategori dewasa. Pokoknya dia selalu lolos ke [babak] eliminasi sih di setiap kategori,” tegas Risky.

Filosofi Risky dalam mendukung Miu sangat sederhana: “Saya cuma ngikutin Miu saja. Selama Miu masih suka dance, ya oke.” Dukungan ini diberikan selama tidak mengganggu pendidikan dan memberikan manfaat bagi perkembangan Miu. “Selama ada kesempatan yang datang menawarin Miu untuk ayo datang battle di luar misalnya gitu. Oke, asal nggak terlalu ganggu sekolah. Sudah gitu asal untuk perkembangan Miu.” Risky

juga mempertimbangkan apakah sebuah kompetisi menawarkan lebih dari sekadar battle. “Misalnya kayak battle-nya ada workshop, biasanya kita oke. Tapi kalau cuma battle doang, kita lihat dulu battle-nya ganggu atau nggak nih hari sekolah.” Ini adalah pendekatan yang bijak, memastikan bahwa hobi Miu tetap menjadi sarana pengembangan diri, bukan beban.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *