Mataram, Jurnalekbis.com – Gemerlap ajang Festival Olahraga Masyarakat Nasional Indonesia (FORNAS) VIII di Nusa Tenggara Barat tak hanya dihiasi dengan riuhnya sorak-sorai penonton dan aksi memukau para peserta. Di balik panggung utama, di setiap sudut venue, ada tangan-tangan tak terlihat yang bekerja tanpa lelah memastikan kebersihan dan kenyamanan. Mereka adalah para petugas kebersihan, pahlawan senyap yang perannya tak kalah vital dalam menyukseskan perhelatan akbar ini. Salah satunya adalah Fitri, seorang petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, yang dengan bangga mendedikasikan diri untuk menjaga kebersihan FORNAS VIII.
Sebelum terlibat dalam FORNAS VIII, Fitri adalah bagian tak terpisahkan dari denyut nadi kebersihan Kota Mataram. . Pekerjaan yang seringkali dipandang sebelah mata, namun memiliki dampak besar bagi kualitas hidup dan citra sebuah kota.
“Sebelum ada FORNAS ini saya setiap hari melakukan bersih-bersih di jalan-jalan utama di Kota Mataram,” ungkap Fitri.Kamis (31/7).
Keterlibatan Fitri dan rekan-rekannya di FORNAS VIII bermula dari sebuah tawaran. Kesempatan ini disambut antusias olehnya dan tim. Mereka melihat ini bukan hanya sebagai tugas tambahan, tetapi sebagai bentuk partisipasi aktif dalam menyukseskan event nasional yang diselenggarakan di tanah kelahiran mereka. Tanggung jawab ini juga menegaskan bahwa kebersihan adalah fondasi utama bagi setiap acara berskala besar, memastikan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi ribuan peserta, official, dan pengunjung.
“Kemarin masuk FORNAS ini kita ditawarin siapa mau ikut gotong royong dalam acara FORNAS ini dan upahnya sudah ada,” jelas Fitri.
Fitri bukan berjuang sendirian. Ia adalah bagian dari sebuah tim yang solid. Total delapan orang, termasuk dirinya, diturunkan langsung dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram untuk menangani kebersihan di berbagai venue FORNAS VIII.
“Kita dilibatkan selama acara FORNAS berlangsung, dan jumlah teman saya ada tujuh orang,” kata Fitri.
Penugasan mereka dimulai pada tanggal yang berbeda-beda, menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi yang diperlukan dalam mengelola logistik kebersihan untuk event sebesar ini. “Mulai kita dilibatkan tanggal 28 Juli 2025 dan beda-beda tanggal dengan teman yang lain dan kami dari Dinas Kebersihan DLH Kota Mataram,” ujarnya.

Satu hal yang menarik dari penugasan tim kebersihan ini adalah komitmen waktu mereka. Fitri menjelaskan, “Untuk waktu kerja sendiri mulai dari pukul 07.00 WITA hingga sampai acara selesai.” Ini berarti mereka berada di venue sejak pagi hari, bahkan sebelum aktivitas dimulai, hingga acara benar-benar rampung di malam hari. Jam kerja yang panjang ini menunjukkan dedikasi luar biasa untuk memastikan setiap sampah terangkat, setiap area bersih, dan setiap venue siap digunakan kembali keesokan harinya.
Tugas utama mereka sangat jelas: membersihkan setiap venue. Mereka harus bergerak cepat dan efisien, terutama saat jeda antar pertandingan atau setelah acara di satu venue berakhir, agar venue dapat segera dipersiapkan untuk aktivitas berikutnya atau tetap bersih hingga penutupan. Peran mereka sangat krusial dalam menjaga citra FORNAS VIII sebagai acara yang tertata, bersih, dan nyaman bagi semua pihak.
“Tugas kami membersihkan setiap venue mulai pembersihan sampah, saat acara Inorga selesai kita bersihkan,” tegas Fitri.
Terlibat dalam FORNAS VIII bukan hanya soal menjalankan tugas, tetapi juga tentang kebanggaan. Ekspresi kegembiraan ini menunjukkan bahwa bagi Fitri dan rekan-rekannya, pekerjaan ini lebih dari sekadar mencari nafkah. Ada rasa memiliki dan kontribusi nyata terhadap kesuksesan sebuah acara berskala nasional yang diselenggarakan di kampung halaman mereka. Ini adalah bentuk pengabdian yang tulus, mencerminkan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
“Alhamdulillah senang karena bisa ikut terlibat dan berpartisipasi,” ucap Fitri dengan senyum tulus.
Keterlibatan ini juga memberikan validasi atas pentingnya peran mereka. Upah yang diberikan juga menjadi bentuk apresiasi atas kerja keras dan dedikasi mereka. Hal ini penting untuk menjaga motivasi dan memastikan kesejahteraan para pekerja lapangan yang seringkali luput dari perhatian. Dengan adanya upah yang layak, semangat untuk berkontribusi semakin membara.
Melihat ke depan, Fitri memiliki harapan besar. “Harapan saya semoga tenaga kita juga bisa dipakai pada PON 2028 mendatang,” ujarnya penuh harap.
NTB akan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun 2028, sebuah ajang yang jauh lebih besar dan kompleks dibandingkan FORNAS. Pengalaman mereka di FORNAS VIII ini menjadi bekal berharga dan referensi kuat untuk keterlibatan di event yang lebih besar lagi. Harapan Fitri ini tidak hanya mewakili dirinya sendiri, tetapi juga rekan-rekan petugas kebersihan lainnya, yang ingin terus berkontribusi dalam menyukseskan setiap event besar yang diselenggarakan di daerah mereka. Keberadaan mereka adalah jaminan bahwa kebersihan dan kerapihan akan selalu terjaga, apapun skala acaranya.